49 - Keseharian dan Program Kerja

4.2K 694 348
                                    

Happy reading!

---

Maafkan kalau banyak typo wkwkw bukan suatu kesengajaan🤣

---

Seminggu sudah berlalu. Mark dan teman-temannya hingga saat ini mampu melaksanakan program kerja yang sudah mereka susun sejak awal. Ya meskipun ada beberapa kendala dan hambatan, tapi itu semua bisa terlewati.

Seperti pagi-pagi sebelumnya, anak-anak bangun untuk sholat subuh bagi yang menjalankan. Lalu beberapa ada yang sudah mulai piket (Sihoon dan Jeje), olahraga (Yohan dan Yena, dua anak ini emang sering nempel), dan rebahan lagi di depan televisi.

Chaeyoung dan Yeri baru saja keluar dari kamarnya dan ikut bergabung dengan bujang-bujang rebahan.

"Udah seminggu di sini tapi belum bisa beradaptasi sama hawa dinginnya." ujar Woojin. Tangannya menarik lagi sarung kotak-kotak kebanggaannya untuk menutupi wajahnya.

Mark terkekeh, ia juga merapatkan jaketnya. Dia nggak bohong, ini memang dingin banget.

Jeje berjalan melewati mereka, membawa sapu lidi dan ikrak (apa sih bahasa Indonesia nya? Aku lupa). Tubuhnya dibalut jaket tebal dan celana training.

"Masih jam lima pagi, Je. Masih gelap." tegur Mark.

"Cuma naro ini doang kok. Dapur sumpek banget."

Mark menganggukkan kepalanya. Tidak lama, Jeje kembali masuk dan berkacak pinggang di depan teman-temannya.

"Kalian mau makan apa?"

"Nasi, mak." jawab Changbin.

"Lauknya maksud gue."

"Mau ayam goreng, mak." Tanggap Woojin dari balik sarungnya.

Iya guys, Jeje punya nama panggilan baru. Emak. Panggilan itu berawal dari Woojin yang merasa Jeje itu seperti ibunya. Mengurus dia dan teman-temannya dengan baik. Hampir setiap hari, tugas masak-memasak diambil alih oleh Jeje. Terkadang mereka juga menitip baju untuk dicucikan Jeje. Jeje menerima meskipun sambil ngomel. Seperti emak-emak.

"Oh bisa. Tapi belanja dulu sana. Ke pasar. Biar murah. Sekalian belanja buat tiga hari ke depan."

"Masih dingin, Mak." rengek Woojin.

"Nanti agak siangan aja Je." kata Chaeyoung.

"Ntar kita kehabisan ayam. Yang jual ayam di pasar itu cuma dua orang dan pasti cepet abis."

"Lo aja sana yang belanja, Mak." usul Hangyul.

Jeje menepuk pelan tubuh Hangyul, "Gue mau bikin sarapan, anjir!"

Sejak pertengkaran mereka dulu itu usai, Hangyul dan Jeje malah jadi akrab dan sering bercanda.

Membuat oknum bernama Mark, jadi lebih memperhatikan mereka. Mark itu cemburuan tapi dia juga nggak mau ngekang, nggak mau terlalu terlihat posesif.

"Ya udah gue aja." Mark menawarkan diri.

"Nah bagus. Lo sama Mark aja, Mak." kata Changbin.

"Nggak. Gue mau piket dan masak." kata Jeje. "Heh Gyul. Lo piket astagaaaaa."

Hangyul yang lengannya ditarik paksa oleh Jeje mendengus. Dia ngantuk dan butuh kehangatan.

"Dingin Makkkk." kata Hangyul. Ia kembali merebahkan dirinya. "Nanti gue deh yang nyapu rumah sama halaman."

"Beneran lu ya?"

"Iyaaa."

"Ya udah." kata Jeje. "Ada yang mau nemenin Mark ke pasar?"

[1] Keluarga Papa SehunTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang