44 - KKN?

4.4K 708 61
                                    


Sorry karena typo huhuhu

----

Happy reading!

----

Meski libur, hari ini Jeje pergi ke kampus. Tangan kanannya sudah menenteng sebuah map berwarna merah yang di dalamnya terdapat proposal pengajuan KKN. Cepet banget ya udah KKN aja hihihi.

Jeje nggak sendirian kok, ada Mark yang nemenin. Ya niatnya mereka berdua itu mau mengajukan tempat KKN sendiri gitu. Mereka memilih ikut KKN periode khusus. Di mana anggota dan tempatnya dapat ditentukan sendiri oleh mahasiswa.

Kebetulan sekali, Jeje diajak Yena untuk satu kelompok. Kemudian Jeje mengajak ketiga temannya. Tapi hanya Mark yang ikut karena Dejun dan Dery memilih ikut KKN periode depan (umum).

Alasan Jeje ikut periode khusus ini karena waktunya lebih dahulu dari pada yang periode umum. Prinsip Jeje, "Selagi ada yang cepat kenapa nggak."

Kalau Mark sih... Ya kalian pasti tahu lah alasannya apa😂

Kata Dery sih gini, "Bucin dasar. Awas di tempat KKN jangan berbuat yang iya-iya. Mildun mampus." Yang tentu saja langsung mendapat geplakan tas dari Jeje.

Dejun beda lagi, respon dia cuma gini, "Lengket banget kayak upil sama hidung."

"HARUS BANGET PERUMPAANNYA PAKE UPIL SAMA HIDUNG??!"

Hidung Jeje sampai kembang kempis setelah teriak. Emosi dia.

Jangan tanya keadaan Mark gimana. Dia yang semula berdiri, sudah berguling sambil tertawa. Kakinya seperti jelly kalo lagi ketawa. Tidak lupa tepukan tangan juga terdengar dari Mark.

Itu keadaan tiga hari yang lalu saat empat sekawan itu sedang main game dan ghibah bareng di rumah Mark.

"Yena mana sih? Dia yang bikin janji padahal." sungut Jeje. Ia kesal karena sudah menunggu di fakultas Yena sejak 30 menit yang lalu. Namun, batang hidung perempuan cerewet itu belum terlihat.

Mark menepuk dan menarik pundak Jeje agar mendekat ke arahnya.

"Paling lagi sama Yohan. Mereka kan satu arah rumahnya."

Dosen Pembimbing Lapangan mereka memang dari fakultas Yena, FISIP. Nah, yang bikin janji itu Yena.

Jeje menghela nafas, berusaha untuk menghilangkan rasa emosinya. Dia memilih menyenderkan kepalanya di bahu Mark dan memejamkan mata.

Jujur, sebenarnya dia ngantuk banget.

Tadi malam Dery ngajak mabar sampai jam tiga pagi. Nggak ada akhlak emang.

"Mark! Jeje!"

Jeje membuka mata, kepalanya ia tegakkan dan penglihatannya mencari orang yang memanggilnya.

Diujung lorong, terlihat Yena dan Yohan berlari kecil menghampirinya.

Jeje berdiri untuk menyambut, "Cepet banget datengnya. Naik siput ya?"

Yena tertawa mendengar sindiran dari Jeje. Ia berjalan mendekat, memeluk tubuh kecil Jeje.

"Maafin ya. Tadi Yohan kebelet boker, jadi lamaan di rumah gue."

Pandangan Jeje beralih pada Yohan yang cengengesan menunjukkan deretan giginya yang rapi.

"Udah sih Je. Mereka telat juga ada alasan." ujar Mark.

"Dah lah. Marah pun nggak ada guna." kata Jeje. "Langsung ke ruangan dosen lo nggak nih?"

Yena mengangguk cepat. Ia meraih lengan Jeje dan menariknya menuju ruangan dosen yang ia maksud.

[1] Keluarga Papa SehunWhere stories live. Discover now