25 - Bucin

5.4K 775 89
                                    

Jaemin baru saja turun dari mobil yang terparkir rapi. Ia mengeluh. Hari ini ia tidak dapat parkir di gedung kuliahnya. Bahkan ia terpaksa harus parkir di gedung Geodesi dan berjalan agak jauh untuk mencapai kelasnya.

Ia kembali mengeluh dan menghela napas ketika ingat bahwa kelasnya berada di lantai 4.

Tanpa sengaja pandangannya tertuju pada seorang gadis yang terlihat kebingungan sedang menaiki motornya.

Memang untuk mencapai kelas, Jaemin harus melewati parkiran motor dahulu.

"Kenapa?"

Gadis itu tampak terkejut dengan kedatangan Jaemin. Namun ekspresi itu segera tergantikan dengan raut sedih, bingung dan paniknya.

"Nggak bisa ngeluarin motor."

Arah pandang Jaemin memperhatikan letak motor gadis itu. Pantas. Terlalu sempit dan disebelah motor gadis itu ada motor gede yang mempersulit motor matic milik gadis itu untuk keluar.

"Turun. Gue bantu keluarin."

Gadis itu menurut. Membiarkan Jaemin mengambil alih motornya.

"Makasih ya." Gadis itu tersenyum kala Jaemin dapat mengeluarkan kendaraannya bahkan mengarahkan ke arah pintu keluar parkiran.

Jaemin tercenung. Senyum gadis itu manis.

"Sama-sama." balasnya. Jaemin mengulurkan tangan kanannya. "Gue Jaemin. Arsitektur 18."

"Oh gue Minju. Geodesi 18. Salam kenal ya Jaemin."

Sekali lagi Jaemin dibuat terpana dengan senyum manis gadis di depannya ini. Menenangkan dan membuat candu.

"Salam kenal juga, Minju."

"Oke Jaem. Gue duluan ya, buru-buru. Makasih atas bantuannya. Semoga kita bisa ketemu lagi biar gue bisa ngebales kebaikan lo."

"Hahah. Iya santai aja. Hati-hati di jalan Minju."

Minju mengangguk dan melambaikan tangannya tanda berpamitan.

Laki-laki manis itu memperhatikan hingga Minju bersama kendaraannya tidak terlihat lagi di pandangannya.

"Apa secepat ini gue bisa move on dari lo Chae?" lirih Jaemin.

Pikirannya kembali melalang buana ketika ia dekat dengan Chaeyeon. Gadis yang ia sukai namun bertepuk sebelah tangan.

Beberapa detik kemudian ia tersentak. Melirik jam tangannya yang menyebabkan kedua bola matanya membola.

"Anjir. 5 menit lagi gue telat nih."

Ia berjalan agak cepat, terkesan berlari untuk melangkah ke gedung arsitektur.

------

"Ngaco lo, kak. Mana ada bidadari di fakultas lo." kata Jeno pada seseorang di seberang telepon. Saat ini ia bersama Renjun sedang makan siang di kantin. Tadi secara tiba-tiba, kembaran nya menelepon hanya untuk memberitahukan bahwa dia bertemu dengan bidadari.

Renjun memperhatikan Jeno sesekali di sela-sela kesibukan menyendok sotonya.

"Iya udah nanti lanjut di rumah. Gue mau makan dulu. Assalamualaikum."

Jeno meletakkan ponselnya ke atas meja.

"Ada-ada aja." gumam Jeno pelan namun dapat didengar oleh Renjun.

"Jaemin kenapa?"

"Lagi kena mabuk cinta. Padahal sebulan terakhir dia galau karena ditolak cintanya."

"Kayaknya Jaemin otw jadi bucin kayak lo, Jen." Renjun terkekeh.

"Gue bucin?" Renjun mengangguk. Mengiyakan pertanyaan Jeno. "Ngaco lo."

[1] Keluarga Papa SehunWhere stories live. Discover now