14 - Mama

8.3K 978 68
                                    

---------

Anak-anak menatap sebal ke arah Sehun. Siapa yang nggak sebal kalo tiba-tiba ada perempuan datang ke rumah terus cipika-cipiki dengan Papa mereka. Mana perempuannya cantik banget lagi.

Apalagi adek, yang dari dulu nggak pernah mau punya mama baru. Dia sampai nggak mau keluar dari kamarnya sejak satu jam yang lalu.

"Pa, adek nggak ditengok dulu?" tegur Jeje dengan pelan. Dia agak segan soalnya Sehun lagi duduk bareng sama Irene—perempuan yang mengejutkan hampir seisi rumah— di ruang keluarga.

Sehun menoleh, "Adek kenapa?"

Jeje mengedikkan bahunya, "Ngambek mungkin."

"Ya udah sini, kamu temenin Tante Irene dulu. Papa mau nemuin adek."

"Abang aja ih Pa."

"Apa sih obang abang! Gue mau nyuci mobil." Kata Jaehyun yang baru turun dari lantai dua.

Jeje mendengus, mau tidak mau dia mengiyakan permintaan Papanya.

"Kamu ternyata lebih cantik dari pada di foto." Kata Irene begitu Jeje duduk di sampingnya. Irene senang waktu Jeje mau satu sofa dengannya ya walaupun masih ada jarak, tapi nggak apa-apa.

"Ih tante bohong ya?"

"Nggak. Kamu emang lebih cantik secara langsung dari pada di foto." Irene menunjukkan foto Jeje di ponselnya. Jeje sempat terkejut. Ini hubungan Papanya sama Tante Irene udah sampai mana sih? Kok nggak pernah cerita terus tiba-tiba datang ke rumah. Pake ngirim-ngirim foto lagi.

"Papa kamu juga ngirimin foto saudara kamu." Irene kembali menunjukkan foto-foto yang lain.

Irene tertawa kecil melihat kembali ekspresi Jeje yang terkejut dan heran.

"Papa kamu nggak pernah cerita soal tante ya?" Jeje mengangguk. "Papa kamu ragu mau bilang ke kalian, takut bikin kalian marah."

"Tapi ini lebih mengejutkan loh Tan. Masa tiba-tiba ada perempuan datang ke rumah, terus skinsip gitu. Kan bikin kita hampir jantungan." kata Jeje.

Irene tertawa, "Maaf, tadi tante lupa kalau ada kalian."

Jeje mendengus pelan, "Jadi udah berapa lama Tan?"

Alis Irene naik ke atas, "Apanya?"

"Hubungan kalian, Tante. Hubungan tante sama Papa."

Irene tersenyum melihat Jeje yang gemas, "Udah satu tahun."

"Ih Papa jahat banget." kata Jeje, "Tunggu di sini dulu ya Tan, aku mau minta penjelasan ke Papa."

Irene melihat Jeje yang langsung berlari ke lantai atas dengan meneriakkan kata papa berulang kali.

Dia juga mendengar sahutan si kembar yang langsung ikut berlari ke kamar si bungsu.

Irene menarik napasnya dengan pelan. Nggak mudah ternyata untuk masuk ke dalam lingkaran keluarga Manggala. Dia perlu mengenal anak-anak Sehun dengan mendalam. Begitupun anak-anak Sehun yang harus mengenal dirinya jika dia akan menjadi mama baru untuk mereka. Pertanyaannya, apakah mereka mau mempunyai mama baru?

---------

"PAPAAAAAA. JAHAT BANGET SIH JADI ORANG!"

Sehun yang baru saja menenangkan Jisung terkaget mendengar bantingan pintu dan suara teriakan Jeje.

"Apa sih mbak? Kok berisik banget."

Jeje menghampiri Sehun dan memukul bahunya. "Papa ih jahat banget. Pacaran sama perempuan udah setahun tapi nggak pernah bilang ke kita."

"HA?! BENERAN MBAK?" Jaemin yang baru datang dengan Jeno ikutan heboh.

"Yaampun Papa." kata Jeno dengan sedih.

"Kok Papa tega sama kita?" Tambah Jisung. Dia kembali menangis mendengar pernyataan dari Jeje.

"Papa kalau pengen nikah, bilang dong. Jangan malah bohong." Kata Jaemin.

"Papa nganggep kita anak nggak sih?"

"Ish Jisung." tegur Jeje. Ya bagaimanapun, Sehun tetaplah Papa mereka dan mereka tetap anak Papa.

Sehun mengusap wajahnya, dia bingung harus menjelaskannya dari mana.

"Ayo Pa, jelasin ke kita." Jaehyun yang baru datang ikut bergabung.

"Yaa gitu... Tante Irene sekretaris Papa di kantor. Dia baik banget, nggak cuma ke Papa tapi ke semua orang. Nah Papa jadi ada rasa ke Tante Irene. Akhirnya Papa ngajak pacaran Tante Irene setahun yang lalu."

"Sumpah Pa. Kayak remaja tau nggak. Padahal Papa udah berumur berapa nih? 45 kan ya, nggak malu?"

Ini kenapa mulut anak gadisnya jadi pedes gini sih.

"Ya Papa kan nggak pacaran yang kayak kalian."

"Terus yang kayak gimana?" semprot Jaemin.

"Ya kayak gitu lah. Papa cuma mau kalian punya mama yang bisa sayang sama kalian, yang ngurus kalian, yang masakin kalian, Papa pikir kalian butuh Mama."

"Menurut abang, nggak cuma kita yang butuh mama, tapi Papa juga butuh seseorang yang sayang sama Papa kan?"

Pertanyaan Jaehyun mendapat anggukan dari Sehun. Ya Sehun nggak munafik kalau sebenarnya dia juga ingin sosok istri di sampingnya.

"Tante Irene baik kok. Papa harap kalian mau nerima Tante Irene." kata Sehun.

"Ya kan kata Papa. Nggak tau kan kalau kata kita." Kata Jaemin.

"Tante Irene emang baik kok, Kak." Kata Jeno. Jangan lupakan kalau doi itu hacker dan pencari informasi yang handal.

"Kalau Papa mau kami nerima Tante Irene, kasih kami waktu buat ngenal Tante Irene." kata Jeje yang diangguki semua saudaranya. "Mbak mau pergi dulu, sama Mark." Pamit Jeje kemudian.

Semua memandang tubuh Jeje yang segera hilang di belokan pintu.

"Bener yang dibilang mbak." kata Jaemin. "Lain kali jangan bikin kita jantungan, Pa."

Setelah mengatakan pendapatnya, Jaemin keluar dari kamar si bungsu.

Jaehyun menepuk bahu Sehun, "Mbak sama Kakak perlu waktu. Biarin. Papa nemenin Tante Irene sana. Adek biar dijagain abang sama Mas Jen." Jeno mengangguk, menyetujui ucapan abangnya.

"Dek, Papa tinggal ya?" pamit Sehun, tapi Jisung membelakangi Sehun.

Jeno menepuk bahu Sehun dan mengisyaratkan untuk segera menemui Irene. Sehun tersenyum bangga ke Jaehyun dan Jeno.

"Makasih ya abang, Mas Jen."

-----

Layarin Sehun-Irene nggak nih?

[1] Keluarga Papa SehunTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang