30 - Papa

5.1K 753 52
                                    


Sorry for typo:(

-----

f a n f i c t i o n —

Siang ini, tidak biasanya Sehun sudah berada di rumah. Ia meminta anak gadisnya untuk membuatkan kopi. Sementara menunggu kopi, ia duduk di teras rumah dengan membawa koran.

"Tumben Papa udah di rumah."

"Salam dulu, Kak." tegur Sehun pada Jaemin yang baru saja pulang dari kampus.

Jaemin tertawa kecil kemudian ia menyalami Sehun.

"Assalamualaikum, Papa ganteng."

"Waalaikumsalam, Kakak jelek."

"Idih Papa!"

Sehun tertawa melihat anaknya itu merajuk bahkan memukul pelan lengannya.

"Duduk dulu, kak." kata Sehun. "Temani Papa."

Jaemin menurut. Ia duduk di samping Sehun dengan meja kecil sebagai pembatas antara mereka.

"Papa lagi galau?"

Sehun menoleh dan tersenyum tipis, "kelihatan ya?"

"Iya. Dah kayak remaja, pake galau-galauan."

Sehun mendengus, "bukan gitu konsepnya, kak."

"Terus?"

"Beberapa bulan terakhir ini kok rasanya ada aja musibah datang ke keluarga kita. Satu selesai, datang yang lain."

Jaemin bersandar pada kursi dan menghela napas. "Namanya juga hidup Pa."

Sehun mengangguk. "Papa masih keinget Irene."

Jaemin menoleh. Sehun memang hari ini terlihat sedih dan murung. Ah, rasanya ia ingin marah pada Tuhan. Kenapa Tuhan berikan banyak banget ujian hidup ke Sehun.

"Sabar ya, Pa. Jangan berlarut ke masalah itu lagi."

"Papa bersyukur kok, Kak. Papa tahu kenyataan mengenai Irene sebelum Papa bener-bener mau ngelamar dia."

"Nah, Allah beri jalan dengan itu, Pa. Mungkin bentar lagi bakal ada perempuan yang baik dan pantas untuk Papa."

"Ngomongin apa nih?"

Jeje datang dengan sebuah nampan berisi secangkir kopi dan sepiring pisang goreng.

"Ngomongin jodohnya Papa, Mbak."

"Widihhh, dah ada calon?"

Jaemin berdiri dan mendorong pelan kepala Jeje.

"Belum lah, ogeb!" Kata Jaemin. "Masih keinget orang yang lu benci."

Ekspresi waja Jeje langsung berubah masam. "Dia nggak baik dan nggak pantes buat, Papa."

Sehun tersenyum. "Iya mbak. Papa tahu."

"Karma tuh Pa. Papa nggak bilang dulu sama kita-kita tapi malah diem-diem pacaran."

Sehun meringis. Benar juga kata anak perawannya ini.

"Iya maafin Papa ya?"

Jeje mengangguk.

"Sini duduk. Papa pengen peluk kamu."

Jeje memeluk Sehun yang masih duduk di kursi. Erat sekali pelukannya. Kapan ya terakhir Jeje meluk Sehun? Sepertinya sudah lama sekali.

"Kakak juga mauuuu."

Jaemin juga menghambur memeluk tubuh Sehun dan Jeje.

"Gimana kuliah kalian?" tanya Sehun ketika kedua anaknya sudah melepaskan pelukan. Jeje duduk di kuris lain yang ia ambil dari dalam rumah. Sementara Jaemin dan Sehun masih di posisi semula.

[1] Keluarga Papa SehunOpowieści tętniące życiem. Odkryj je teraz