58 - Kalut

4.1K 700 185
                                    


Happy reading!

----

Jeje bukan gadis sempurna. Bukan gadis baik hati yang ramah dan suka menolong pada siapapun. Ia juga bukan gadis anggun yang selalu menjaga tingkah laku, sikap dan penampilannya.

Ia hanyalah Jeje. Gadis ceria yang selalu menutupi rasa sedih dan sakit.

Menurut orang-orang sekitarnya, Jeje adalah seorang yang naif, lugu dan polos. Selain itu, jiwa keibuannya yang hangat selalu melekat pada dirinya.

Namun, bagi Jeje, dirinya hanyalah seorang yang lemah, penakut dan ceroboh. Oh, penakut di sini merujuk pada dirinya yang selalu takut akan masa depan dan takut ketika mengambil sebuah keputusan.

Dia cenderung berkata dahulu sebelum berpikir. Tidak heran, terkadang keputusannya berakhir merugikan dirinya sendiri. Meskipun begitu, dia selalu bisa memberikan argumen untuk menguatkan pendapatnya. Karena itu lah tidak sedikit orang membenci dirinya. Mereka iri pada cara kerja Jeje yang selalu bisa mematahkan argumen lawannya. Ia juga selalu mementingkan kedamaian dan kepentingan umum dari pada dirinya sendiri.

Sisi dirinya yang seperti itu selalu mendapat perhatian lebih dari orang-orang tersayangnya. Seperti Jeno yang diam-diam selalu memantau media sosial milik Jeje. Jangan kira dia tidak tahu bahwa akun media sosial kakak perempuannya itu selalu mendapat ujaran kebencian.

Atau, Jaemin yang selalu menyempatkan diri di sela-sela jam kuliah untuk mengunjungi Jeje di fakultas yang berbeda dengan dirinya.

Dan lagi, Mark yang hampir 24/7 selalu bersamanya. Menjaga dan memperhatikan dirinya. Bahkan, laki-laki itu sering menebak dengan benar apa yang diinginkannya.

Ah, jangan lupakan juga sahabatnya, Dery dan Dejun yang kemudian bertambah dengan kedatangan Lucas sebagai member baru. Ketiga laki-laki itu selalu bisa membuat Jeje tertawa dan nyaman.

Terlepas dari ketidakadilan dan ketidak sempurnaan yang ia miliki, ia selalu bersyukur berada di tengah-tengah orang yang menyayanginya dengan tulus.

Ia merasa berdosa ketika berpikir bahwa di dunia ini hanya dirinyalah yang menderita. Kenyataannya, banyak orang yang lebih menderita dibandingkan dirinya.

"Jangan ngelamun."

Jeje terlonjak kaget ketika Mark kembali dari toilet. Saat ini mereka sedang berada di salah satu tempat ngopi. Duduk berdampingan dengan masing-masing minuman kesukaan mereka. Ya saat ini mereka hanya berdua karena Dejun, Dery dan Lucas sedang melaksanakan KKN.

Jeje menghela napas lelah, ia kembali memusatkan fokusnya pada layar laptop. Berusaha menuliskan beberapa paragraf untuk menyempurnakan bagian latar belakang proposal skripsinya.

Tapi tidak bisa. Ia tidak bisa fokus.

Jari-jari mungil Jeje terangkat oleh tangan besar milik Mark. Laki-laki itu menekan tombol Ctrl+S dan menge-close Microsoft Word di laptop Jeje.

Jeje hanya memandangi segala tingkah laku Mark. Bahkan ia hanya terdiam kala kepalanya ditarik dengan lembut ke arah pundak Mark.

"Mikirin apa sih?" Tangan kanannya mengusap lembut puncak kepala Jeje.

"Gue ternyata nyusahin banget ya?"

Mark melirik, "Kata siapa?"

"Gue." jawab Jeje. "Nyusahin keluarga gue, temen-temen, nyusahin lo juga."

"Nggak. Lo nggak nyusahin. Jangan berpikiran kayak begitu." jelas Mark. "Bilang sama gue, ada yang ngehujat lo?"

Diamnya Jeje dapat Mark artikan bahwa memang ada yang memberikan komentar negatif pada gadis itu.

[1] Keluarga Papa SehunWhere stories live. Discover now