62 - Kecelakaan

4.7K 717 160
                                    

Hi, mau bilang, jangan berekspektasi terlalu tinggi sama book ini ya hehehe soalnya memang book ini nggak ada konflik yang bener-bener gede.

-----

Happy reading!

----

Jeje dan Dery singgah di warung bakso ketika pulang dari Grhatama Pustaka. Motor matic-nya ia parkirkan rapi bersama dengan motor lainnya. Jeje melepas helm dan meletakkan di jok motor Dery.

"Bakso spesial dua sama es teh dua ya Pak." ucap Jeje sebelum menarik tangan Dery untuk duduk.

"Panas banget hari ini." keluh Dery. Ia menanggalkan jaketnya di kursi dan mengipasi lehernya dengan kerah kaos yang ia pakai.

Jeje memutar kedua bola matanya malas. "Alay lu."

Dery melotot, memajukan wajahnya, berniat menantang karena tidak terima dengan ejekan Jeje. Kepala Dery mundur akibat dorongan telunjuk Jeje.

"Nggak usah sok garang, nggak cocok."

Dery menghela napas. Hari ini ia lelah sekali. Lelah badan dan lelah pikiran. Sejak jam sembilan pagi tadi ia bersama Jeje pergi ke perpustakaan kota jogja lalu dilanjut ke Grhatama Pustaka untuk mencari sumber materi skripsinya.

Awalnya ia sendirian, beruntung Jeje yang tidak memiliki agenda mau menemani dirinya. Bahkan membantu mengolah data penelitiannya.

Bersyukur Jeje sudah selesai mengerjakan tugas akhirnya, tinggal menunggu yudisium dan wisuda saja. Begitu pula dengan Mark yang notabene teman se-jurusan bahkan sekelasnya.

Dejun dan Lucas juga dua minggu lagi akan sidang akhir. Hanya Dery yang masih mengolah data penelitian. Hal tersebut dikarenakan beberapa hal. Termasuk terbatasnya sumber data yang ia peroleh dan dosen pembimbingnya yang terlalu santai namun sulit di aja bertemu.

"Bisa nggak ya Je, gue ngebut bab 4 sama 5 selama dua minggu."

Jeje meletakkan ponselnya dan menatap Dery yang berwajah sendu. Ia tahu kesulitan Dery. Ia tersenyum dan mengelus tangan kanan Dery. Berusaha menyalurkan energi positifnya.

"Bisa kok Der. Nanti gue bantu. Tadi kan udah diolah tinggal cari kesimpulan. Habis itu nyusun dan dikonsultasikan ke dosen lo."

Dery mendesah, "Masalahnya dosen gue kalo ngoreksi lama banget, Je. Mo nangis aja nih gue."

"Mungkin beliau sibuk, Der. Jadi maklumi ya."

"Ntar gue nggak jadi wisuda bareng kalian lah bego."

"Gapapa, gue juga bakal tetep datang kok." Ujar Jeje. "Nanti malam gue ke rumah lo deh. Gue bantu ngerjain. Atau setidaknya gue bantu ngetik."

Dery menatap Jeje yang tersenyum padanya. "Lo kok baik banget sih, Je. Gue kan jadi terharu."

"Udah, nggak usah menye-menye. Bakso kita datang nih." ujar Jeje yang melihat pelayan berjalan ke arah mereka.

"Makasih ya, Pak." ucap Jeje sebelum pelayan tersebut mengangguk dan meninggalkan mereka.

"Makan dulu, nanti kalau kurang bisa nambah. Gue traktir."

"Gue aja yang traktir Je. Sebagai ucapan makasih karena mau bantu gue."

"Ngga—"

"Gue maksa."

"Okey.."

Keduanya asik memakan bakso pesanan mereka. Sesekali mengobrol dan melemparkan candaannya. Selang beberapa menit akhirnya makanan mereka habis.

[1] Keluarga Papa SehunWhere stories live. Discover now