29 - Rasa

4.7K 729 77
                                    


Sorry for typo:(

-------

f a n f i c t i o n

-----

Rasa nyaman dan peduli yang diberikan oleh Siyeon padanya mampu membuat ragunya menghilang untuk menjadikan gadis itu tambatan hati.

Jeno semakin yakin ketika hubungan mereka yang awalnya hanya seorang teman, kini berubah menjadi pacar. Sudah dua bulan. Dan ia berharap, Siyeon merupakan gadis terakhir yang menjajah hatinya.

Siyeon seorang yang blak-blakan namun peduli pada sekitar. Poin itu lah yang Jeno sukai dari Siyeon.

Ketika teman-temannya menyupport dengan perkataan, Siyeon membantu dan menemani dirinya untuk keluar dari permasalahan yang ia hadapi.

Ah, dia beruntung sekali dipertemukan dengan gadis itu.

Jeno bersyukur, ketika dunia menghujat Siyeon karena berpacaran denga Jeno, gadis itu masih tetap bisa tersenyum. Jeno tahu, gadis itu menahan amarahnya. Siyeon tidak bisa membungkam satu persatu orang yang mengoloknya bahwa ia tidak cocok bersanding dengan Jeno.

Apalagi ketika semua orang mengulik latar belakang gadisnya. Jeno marah. Namun dengan lembut Siyeon mencegah Jeno untuk melawan.

Sejak itu, ia selalu menyempatkan waktu untuk bertemu. Mengobrol dan bertukar pikiran. Ia juga jadi lebih sering mengajak Siyeon ke rumahnya.

Sudah empat hari Siyeon menginap di rumahnya. Itu dikarenakan keadaan rumah Siyeon yang tidak baik-baik saja. Kali ini, orang tuanya semakin parah. Mereka bertengkar. Dan Siyeon benci itu.

Jeje yang melihat Siyeon datang sambil menangis empat hari lalu, langsung mengajak pacar adiknya itu untuk menuju kamarnya. Menenangkan dan merawat Siyeon yang demam.

"Mbak masak apa?"

"Oh hai Siyeon. Pulang bareng Mas Jen kan?"

Siyeon mengangguk. Ia meletakkan totebagnya di meja dan menghampiri Jeje.

"Gue bantu ya mbak?"

"Istirahat dulu aja, Si." kata Jeje. "Pasti capek kuliah dari pagi."

Siyeon tertawa. "Nggak mbak. Beneran deh."

Jeje mengalah. Ia memperbolehkan Siyeon membantunya untuk menyiapkan makan malam.

Jeje melirik jam dinding dapur. 15 menit lagi adzan maghrib. Anggota keluarganya yang lain juga akan segera pulang.

"Lo mandi Si. Ini biar gue lanjutin gorengnya."

Siyeon mengangguk. Rasanya juga lelah sekali. Dia sudah membantu Jeje hampir sejam. Ingin cepat-cepat mengguyur tubuhnya dengan air yang segar.

"Assalamualaikum anak Papa."

Jeje menoleh dan menjawab salam. "Papa mandi gih terus kita sholat berjamaah."

"Oke anakku." Sehun mengusap lembut puncak kepala Jeje.

Setelah Sehun pergi ke kamar untuk membersihkan diri, kedua adiknya yang lain, Jisung dan Jaemin, datang menghampirinya.

"Udah selesai futsal?"

"Udah."

"Mandi gih. Terus sholat." kata Jeje sambil mematikan kompor.

"Adek laper tapi mbak."

"Tahan! Abis sholat baru makan bareng." tegur Jaemin.

Jisung mengerucutkan bibirnya. Aduh Jeje gemes. Walaupun badan Jisung sangat besar dibanding kakak-kakaknya, tapi perilaku dan sifatnya masih seperti anak kecil. Khas anak bungsu pada umumnya.

[1] Keluarga Papa SehunWhere stories live. Discover now