23. Perjalanan Pulang Irsiabella Ravelsa

6.2K 1.7K 292
                                    

"Aku berharap kau menatap ke arahku dan tersenyum seperti dulu,
tetapi sekarang, aku tidak berhak punya angan seperti itu.
"

***

"Jadi, bagaimana pesta minum tehnya?" Regdar bertanya begitu sudah memastikan Stella mendapat tempat duduk ternyamannya. "Menyenangkan?" 

Melelahkan. "Ya, begitulah," jawab Stella seadanya. 

Regdar tampaknya meyadari bahwa Stella terlalu lelah untuk menjawab pertanyaan kecilnya. Stella juga tahu bahwa Regdar akan menuntut cerita-ceritanya. 

"Bukankah sudah kubilang tidak perlu menjemputku? Ayah sampai jauh-jauh kemari," ucap Stella. 

"Ayah sekaligus melengkapi dokumen untuk keperluan pendaftaranmu di sekolah publik. Musim panas nanti, kau sudah bisa bergabung," jelas Regdar. 

Stella diam selama beberapa saat. Musim panas nanti, dia akan memasuki akademi umum. Waktu berjalan terlalu cepat, sampai-sampai dirinya tak menyadari bahwa dia sudah hampir satu tahun berada di dunia ini, sebagai Irsiabella. 

"Apa ada sesuatu yang terjadi ketika pesta tadi?"

Ingin sekali rasanya Stella meringkas semua kejadian hari ini dalam satu kalimat. Namun Regdar selalu ingin tahu lebih tentang putrinya, jadi daripada Stella harus menjawab satu persatu pertanyaannya tadi, sebaiknya Stella mulai menjelaskannya dengan singkat. 

Stella mengeluarkan botol kecil yang berisi Golden Sun, barang pemberian Dayward yang terpaksa diterimanya. 

"Tuan Muda Whistler memberikanku ini," jelas Stella tanpa berbasa-basi. 

Mata Regdar terbelalak melihatnya. Cairan berwarna kuning keemasan itu mungkin saja ... 

"Tolong jangan bilang kepada Ayah kalau itu adalah Golden--"

"--Ini adalah Golden Sun," potong Stella yang membuat Regdar tampak kehabisan kata-kata. 

"M-Mengapa kau malah menerimanya?!"

"Mereka berdua bilang itu hadiah ulangtahunku," balas Stella. 

"Berdua?! Mereka berdua memberikannya? Bukan salah satu?! Astaga, Irsiabella! Kau tahu apa artinya ini?" tanya Regdar, panik. 

Stella diam selama beberapa saat. Kepalanya sudah dipenuhi berbagai asumsi, tetapi Stella memilih jawaban terkonyol yang bisa dipikirkannya, "Kita punya barang langka?" 

"Bukan! Maksud Ayah, itu tidak salah! Tapi ..." Regdar menarik napas dan menghembuskanya kembali dengan pelan, berusaha menenangkan diri. "Mungkin kau menerima ini tanpa tahu seberapa ajaibnya parfum ini."

Mengapa Stella merasa bahwa Regdar mengatakan kata yang sama persis dengan Violene? Oh, kecuali fakta bahwa keduanya mengatakan hal yang berkebalikan. 

"Aku sudah menolaknya. Malah awalnya mereka ingin memberikanku satu botol utuh." Stella mencoba menvisualisasikan tinggi parfum itu dengan tangannya. "Tapi aku terus disudutkan untuk menerimanya, oleh semua orang di sana." 

Regdar tampak menghela napas cemas begitu mendengarkannya. Stella mengerti kekhawatiran yang dirasakan Regdar. Regdar pasti takut tidak bisa membalas hadiah pemberian mereka dan menjadikan posisi keluarga mereka lebih sulit akibat berhutang satu barang. Namun seperti yang sebenarnya terjadi dan telah Stella jelaskan, barang itu diterimanya secara terpaksa. 

"Tenang, Ayah. Aku tidak akan menggunakannya," janji Stella. "Suatu hari nanti, kalau mereka meminta balasan dari hadiah ini, aku akan mengembalikan semuanya secara utuh." 

In Order to Keep THE PRINCESS SurvivesWhere stories live. Discover now