67. Mimpi Irsiabella Ravelsa

3.8K 804 203
                                    

Aku selalu merasa bahwa aku bisa melepaskan apapun untuk bertemu denganmu.
Aku bisa menyerah terhadap apapun. Jadi, tolong, jangan menghindariku.”

***

Malam itu memang kejadian yang tidak terduga dan sangat mengerikan. 

Stella melirik Regdar yang sedang meninjau laporan dekat perapian. Pria itu tampak begitu serius, sampai akhirnya dirinya menyadari bahwa putri semata wayangnya sedang fokus memperhatikannya. 

“Apa kau bosan?”

Sedaritadi Stella memang hanya diam dan duduk di ruang kerja Regdar, tanpa melakukan hal yang berarti. Pelan dan tegas, Stella menggelengkan kepalanya. Regdar hanya tersenyum sekilas, lalu kembali melanjutkan pekerjaannya. 

Entah apa yang akan terjadi jika Regdar mengetahui kejadian yang sebenarnya tentang malam itu. Hampir mati terinjak, menggunakan kekuatan teleportasi terang-terangan, lalu bertemu dengan salah satu kriminal … Stella yakin, Regdar akan melarang Stella keluar rumah lagi setelahnya. 

Untungnya, Pangeran Felixence bisa diajak bekerja sama. Sang pangeran tidak memberikan banyak pertanyaan, hanya mendengar sedikit curahan hati Stella tentang kekhawatiran Regdar yang berlebihan dan menjelaskan bahwa dirinya sendiri yang akan menjelaskan situasi itu kepada Regdar jika dirinya sudah siap. 

Jadinya, Pangeran Felixence tidak menjelaskan lebih detail tentang ancaman yang hampir merenggut nyawa Stella. Ia hanya  membantu menjelaskan bahwa mereka tidak sengaja bertemu, hanya itu. Tentu, karena keadaan tidak akan setenang itu jika Regdar tahu kejadian sesungguhnya. 

“Apa kau benar-benar tidak ingin membuat pesta ulang tahun? Kau bisa mengundang teman-temanmu,” ucap Regdar.

Stella hanya tersenyum kecil, lalu kembali menggeleng seperti yang selalu dilakukannya setiap mendapatkan pertanyaan yang sama dari Regdar. “Kurasa juga, para keluarga bangsawan tidak akan mengizinkan putra-putri mereka dalam situasi seperti ini.” 

Stella membicarakan tentang keadaan Terevias yang masih dinilai tidak aman untuk berpergian, apalagi setelah kerusuhan yang terjadi di tengah malam sakral di Terevias. 

Regdar tampaknya kembali mengingat memori buruk itu, sebab pria itu menghela napas dan menghampiri putri semata wayangnya di saat menumpuknya pekerjaan yang harus diselesaikannya. 

“Ayah mendengarkan kabar tentangmu di akademi,” ucapnya. 

Stella berusaha untuk tetap tenang. Memang, Regdar pasti aka segera mengetahuinya cepat atau lambat, informasi yang telah menyebar memang akan selalu meluas dengan cepat, apalagi jika itu mengenai rumor buruk. 

“Kau baik-baik saja?” tanya Regdar sembari duduk di sampingnya. 

Apa ini alasan mengapa Regdar memulangkanku lebih cepat? Stella pikir, Regdar hanya merindukan Irsiabella sampai melakukan hal itu. Ternyata ada berita tidak menyenangkan yang didengarnya. 

Stella memberikan senyuman, “Aku baik-baik saja. Ada banyak teman yang mendukungku. Dan lagipula, mereka tidak bisa menggangguku karena aturan baru yang telah ditetapkan di akademi. Ayah jangan khawatir.” 

“Bagaimana mungkin Ayah tidak khawatir? Kau sampai demam kemarin.” 

Stella tertawa hambar, “Itu karena ketika awal musim dingin, aku terlalu lama menghabiskan waktuku di luar. Tidak ada yang menggangguku, kok.” Stella teringat kembali. Waktu itu Putri Felinette memberikan pelukan sebagai hadiah ulang tahunnya. Kenangan indah membuatnya tertawa pelan.

“Apa ada yang lucu?” tanya Regdar, tampak agak khawatir. 

“Aku senang karena Ayah mengizinkanku masuk ke akademi publik dan aku tidak menyesal telah memintanya. Ada banyak hal baru yang kupelajari di sana. Kuharap Ayah mempercayaiku dan membiarkanku di sana sampai selesai. Kalau aku tidak kuat, aku janji akan segera memberitahu Ayah.” 

In Order to Keep THE PRINCESS SurvivesWhere stories live. Discover now