22. Pesta Minum Teh Irsiabella Ravelsa (3)

6K 1.6K 416
                                    

"Bagaimana bisa aku melupakanmu?
Setiap melihat langit malam, aku selalu melihatmu
."

***

Aku mau pulang! Stella menghela napas pelan-pelan, setelah memastikan tidak ada yang sedang memperhatikannya. 

Matahari sudah terik dan akhirnya memutuskan untuk menyudahi acara minum teh sesi terakhir. Kali ini mereka sudah duduk di taman yang memiliki tempat perteduhan. Semuanya sibuk mengobrol sendiri-sendiri. 

Violene mengobrol dengan bangsawan lain dengan elegan, padahal kalau dia tenang begitu, dia terlihat seperti bangsawan sungguhan--ya, walaupun memang sungguhan. Bahkan Svencer yang kelihatannya selalu menyimak juga memiliki teman kelompok untuk mengobrol. 

Ini pasti karena Stella belum memasuki akademi publik, sementara yang lain telah memiliki teman sejak awal. Mungkin ini satu dari banyaknya kerugian yang bisa langsung dirasakan Stella setelah ketinggalan akademi satu tahun. 

Dayward sedang kembali ke dalam rumahnya setelah Nyonya Whistler memanggilnya beberapa saat yang lalu. Stella hanya berharap mereka bukan membicarakan tentang parfum Golden Sun yang telah ditolaknya. Rayward meladeni orang lain berbicara, yang mana halnya membuat Stella kembali waspada dengan pemikirannya. 

Stella hanya berharap kalau teh pilihan Rayward hanyalah sebuah ketidaksengajaan belaka. Tidak ada yang tahu mengenai taman bunga mawar itu, baik Regdar, atau bahkan dirinya sendiri. Namun seandainya Rayward memang mengetahuinya, Stella hanya berharap kalau itu bukanlah pertanda buruk. 

Rahasia Irsiabella harus tetap aman; Irsiabella Ravelsa, memiliki sihir yang hebat. 

Stella harus bisa menjaga rahasia itu setidaknya dua tahun lagi, mengikuti alur cerita yang sebenarnya, ketika usia Irsiabella 16 tahun. Saat ini Irsiabella sudah berumur 14 tahun dan Stella benar-benar tidak punya petunjuk atas apa yang sebenarnya dilakukan Irsiabella di kisah aslinya ketika usianya masa ini. 

Duduk sendirian terlalu lama, sepertinya Stella berhasil memancing perhatian seseorang. Violene dan beberapa temannya datang menghampirinya. Stella langsung mengerti perasaan orang-orang yang dilabrak di depan umum, walaupun dia ragu kalau para bangsawan itu akan melakukannya terang-terangan. 

"Selamat siang, Nona Ravelsa," sapa mereka bersamaan. 

Stella akhirnya berdiri dan mengangkat sisi gaunnya bersamaan, lalu membungkuk hormat, "Selamat siang." Jangan berharap aku ingat nama kalian. Hanya itu yang dipikirkannya dalam hati. 

"Kata Nona Veilor, kita seumuran," ucap Nona Liberty. 

Stella hanya menekuk senyum, tidak tahu harus membalas apa. Orang-orang ini pasti datang dengan tujuan tertentu, jadi Stella tidak perlu benar-benar memikirkan topik untuk berbasa-basi. 

"Oke, cukup basa-basinya. Aku harap kau tidak keberatan kalau kita berbicara non-formal." Violene langsung pada intinya. 

"Iya, silakan, Nona Veilor." Stella hanya mengiyakan. Lagipula, memang itu yang diinginkannya, tanpa basa-basi. Stella juga ingin tahu apa yang diingin dibicarakan para bangsawan-bangsawan ini. 

"Mungkin kau menolak Golden Sun tanpa tahu seajaib apa parfum itu," ucap Violene menyayangkan. 

Ah, kembali membicarakan parfum itu lagi. 

"Nona Veilor benar. Itu bukan parfum biasa, lho, Nona Ravelsa," sambung bangsawan lain. "Kelak itu akan menjadi salah satu ikon wajib Kerajaan Terevias."

Yang lain menyambung, "Kudengar, bahkan ada beberapa bangsawan dari kerajaan sebelah yang sengaja datang jauh-jauh ke Negeri Terevias untuk mengikuti lelang Golden Sun, lho." 

In Order to Keep THE PRINCESS SurvivesOpowieści tętniące życiem. Odkryj je teraz