34. Malam Panjang Irsiabella Ravelsa (5)

7K 1.5K 398
                                    

"Aku juga menyayangimu, Kak Stella!
Kau satu-satunya kakak yang kupunya. Hehehe."

***

Langkah Stella bertambah berat setiap jaraknya mendekati keberadaan Aurorasia dan Pangeran Felixence. Semakin dekat, Stella pun semakin yakin kalau dirinya mencium aroma bunga-bunga yang teramat memabukan.

Aroma Golden Sun yang menguar dari Aurorasia, membuatnya yakin bahwa putri Duke Swanbell itu memang tengah menggunakannya.

Aurorasia menyadari keberadaan Stella dan Dayward yang mendekat ke arahnya. Senyumannya yang tadinya cerah dan ceria karena berhasil menciptakan momen bersama Pangeran Felixence, menjadi pudar setelah bersitatap kembali dengan mata emas Irsiabella.

"Siapa?"

Suara Aurorasia terdengar meskipun Stella bisa melihat dengan jelas bahwa gadis itu masih mengatup bibirnya rapat. Stella memperhatikan Pangeran Felixence yang tampaknya juga mendengarkan itu, kemudian mengikuti kemana arah Aurorasia menoleh.

Dan di sanalah, semua tubuh Stella seolah mati rasa ketika bersitatap dengan manik ungu amethyst itu.

Rupanya, Luna tidak melebih-lebihkan saat menuliskan setiap kata 'tampan'. Pangeran Felixence memang sangat-sangat-

"Ini Irsiabella Ravelsa yang kuceritakan kemarin."

Stella nyaris saja menolehkan wajahnya untuk melihat Dayward, tetapi Pangeran Felixence masih menatap tepat ke arahnya, seolah sang pangeran tidak mendengar hal yang dikatakan oleh Dayward.

Stella membatin ngeri, jangan bilang Irsiabella bisa mendengar perbincangan telepati orang lain?!

"Oh, pantas saja kau tergila-gila dengannya, tapi mengapa membawanya kemari?"

Stella tidak percaya kalau Aurorasia yang masih menatapnya dengan wajah polosnya mengatakan demikian dengan kekuatan telepatinya.

"Aurora, berhentilah menggunakan telepati. Yang Mulia Pangeran bisa mendengarkanmu." Begitu kata Dayward.

Tapi mengapa Pangeran Felixence tidak mendengar suara Dayward?

"Keagungan abadi dan berkat mulia di bawah langit Terevias." Dayward dan Stella mengucapkannya hampir bersamaan.

"Saya kemari bermaksud untuk menyapa Yang Mulia dan Nona Swanbell. Maaf jika saya mengganggu waktunya."

Stella menoleh sejenak ke Dayward yang kini menyapa Pangeran Felixence seperti seorang bangsawan sungguhan yang berwibawa. Ah, Dayward memang seorang bangsawan, tetapi selama ini sikapnya tidak menunjukkan seperti itu.

"Tidak, kalian tidak mengganggu."

Untuk pertama kalinya, Stella mendengar suara Pangeran Felixence. Melihat pangeran yang beralih ke arahnya dengan penasaran, skenario tentang percakapan pertamanya dengan Putri Felinette pun terasa semakin dekat.

"Ngomong-ngomong, Nona ini?" Pangeran Felixence mengatakannya tanpa mengalihkan pandangan.

Stella buru-buru menunduk hormat. Bisa-bisanya dirinya lupa memperkenalkan diri di depan Pangeran.

"Maafkan kelancangan saya, Yang Mulia. Nama saya Irsiabella Ravelsa." Stella mengangkat kedua sisi gaun dengan gugup.

Apa kegugupannya hanya karena dia berhadapan dengan Pangeran Terevias? Karena pemuda ini adalah Kakak Putri Felinette? Atau karena Stella waspada dengan keberadaan seseorang yang mungkin adalah Tuan Felix Anonim?

In Order to Keep THE PRINCESS SurvivesTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang