"Kau akan mati jika Hyuuga mengetahui hal ini." Itu ancaman yang pasti. Orang-orang Hyuuga tak akan tinggal diam jika mengetahui hal ini. Terlebih Hiashi yang merupakan Ayah Hinata sekaligus kepala klan Hyuuga. Jika dia menuntut kompensasi berupa nyawa Sasuke dan Konoha tak menurutinya, dipastikan Hyuuga akan memberontak. Kekacauan akan kembali terjadi dan semua itu lagi-lagi diperbuat oleh seorang Uchiha.

"Aku akan bertanggungjawab." Tegas, lugas, dan singkat. Pernyataan yang sukses membuat kedua mata madu Tsunade terbelalak lebar.

"A-apa?" Tanya Tsunade masih tidak percaya. Apa yang dikatakan Sasuke bagaikan sambaran petir di siang bolong.

Sasuke menutup matanya sejenak. Lalu menghela nafasnya pelan. Ia tak menyangka jika wanita yang pernah menjadi Hokage ini memiliki pendengaran yang kurang sehingga membuatnya harus mengulangi perkataannya tadi.

"Aku yakin kau belum tuli." Perempatan siku-siku pun muncul di jidat Tsunade. Jika membuat dirinya kesal, pemuda ini adalah ahlinya. Dia sama sekali tak memiliki sopan santun terhadap siapapun bahkan kepada dirinya yang merupakan mantan Hokage.

Tsunade berusaha menenangkan emosinya. Disaat seperti ini amarahnya tidak boleh terpancing. Apalagi oleh seorang bocah Uchiha tengik tak berperasaan yang dengan teganya menodai gadis kecilnya yang lugu.

Ayah si calon bayi ada disini. Jika Hinata tak bisa mengatakan kebenarannya, maka Tsunade akan mencari kebenarannya pada pemuda ini. Hinata seperti memiliki rasa trauma kepada Sasuke. Setiap dirinya menyebut nama pemuda ini, tubuh Hinata langsung merespon berlebihan. Pertama Tsunade harus menyembuhkan rasa trauma Hinata terlebih dahulu. Jika Sasuke mau bertanggungjawab tapi Hinata menolaknya karena traumanya pada Sasuke, bukankah masalah ini tak akan menemukan ujungnya? Maka dari itu Tsunade ingin mengetahui cerita jelasnya agar bisa menyembuhkan rasa trauma Hinata.

"Sasuke, apa yang kau lakukan pada Hinata?" Tanya Tsunade yang terdengar ambigu di telinga Sasuke. Sasuke mengangkat satu alisnya dan Tsunade pun memperjelas pertanyaannya.

"Apa yang kau lakukan pada Hinata sampai dia bisa jadi seperti itu?" Sayangnya pertanyaan itu semakin terdengar ambigu di telinga Sasuke. Kejeniusan otak Sasuke tak bisa menangkap dengan benar maksud pertanyaan Tsunade.

"Kau ingin aku menceritakan kegiatan intim kami?" Tanya balik Sasuke yang membuat Tsunade mematahkan pulpen di tangannya.

"Kau bahkan sudah terlalu tua untuk mendengar cerita itu." Lagi dan lagi. Namun kini Tsunade tak dapat menahan kekesalannya. Meja kerjanya ambruk ditangannya. Kertas pun berserakan dimana-mana. Sasuke hanya memperhatikan kemarahan Tsunade dengan tenang. Tidak ada sama sekali raut ketakutan di wajahnya dan itu membuat Tsunade semakin merasa marah.

"Sebelum Hyuuga membunuhmu, aku akan membunuhmu terlebih dahulu!" Sumpah Tsunade.

****

Kunoichi yang identik dengan suasana musim semi itu tengah duduk termenung dibawah sebuah pohon ceri. Ia hanya sendirian, menikmati kekhawatiran nya seorang diri. Sakura menatap hamparan rumput di depannya dengan sendu. Bibirnya digigitnya dengan kuat untuk menahan tangis yang ingin kembali keluar. Ia tak ingin menangis lagi namun pelupuk matanya tak mampu membendung air matanya. Kembali Sakura menangis karena memikirkan nasib sahabatnya.

"Hiks...Kami-sama, kenapa kau memberikan cobaan yang begitu berat pada Hinata-chan?" Mendengar cerita dari Tsunade membuat Sakura tak henti-hentinya memikirkan Hinata. Gadis baik yang bahkan tak pernah memikirkan dirinya sendiri itu, yang selalu menolong orang tanpa pamrih, kenapa bisa diberikan cobaan yang begitu berat seperti ini?

Hamil diusia muda, di luar nikah, dan lebih buruknya tak mengetahui siapa pria yang menghamilinya. Hati Hinata yang seputih salju bahkan tak ingin membunuh bayi yang tumbuh di rahimnya walaupun dia tidak tahu siapa ayah dari bayi yang dikandungnya. Sahabatnya begitu malang sampai menimpa kejadian seperti ini. Jika itu dirinya, mungkin Sakura akan memilih untuk menggugurkan janinnya. Dirinya tak akan sanggup menerima cobaan yang begitu berat seperti Hinata.

"Sakura, kau adalah temannya. Tolong kuatkan dia!" Sakura menegakkan kepalanya. Ia teringat akan perkataan terakhir gurunya itu padanya. Sakura pun menghapus air matanya. Jika dirinya lemah seperti ini bagaimana mungkin Ia bisa menguatkan Hinata?

Sakura berdiri dari duduknya. Ia mengepalkan tangannya dengan kuat. Dalam hati Ia bertekad harus bisa kuat demi bisa menguatkan Hinata. Saat ini Hinata tak memiliki siapapun untuk membagi kesedihannya. Tidak ada yang mengetahui tentang kehamilannya itu kecuali dirinya, Tsunade, dan Shizune.  Sebagai sahabatnya, Sakura akan selalu mendukung Hinata sampai akhir. Walaupun nanti Ayahnya akan menolaknya, klan Hyuuga akan mengusirnya, dan Konoha akan mencemoohnya, Sakura sebagai sahabat Hinata akan selalu menerimanya dengan tangan terbuka. Sakura tak ingin kejadian seperti Sasuke dan Naruto terulang kembali. Disaat semua orang menolaknya, Sakura berjanji akan menjadi satu-satunya orang yang tak akan menolak keberadaan Hinata. Itulah janji yang diteguhkan Sakura dalam hatinya.

To be continued
Aku update gila-gilaan demi membayar penantian panjang pembaca setiaku😘 makasih udah mau nunggu author update cerita ini, terima kasih karena udah selalu support dan memberikan saran dan kritikan yang membangun untuk author. Pokoknya terima kasih banyak untuk readers yang selalu menanti cerita author dengan setia😍💜 tanpa kalian author bukanlah apa-apa 🥰 

Yg cerita satu lagi, mari kembali bersabar untuk menunggu kelanjutannya ya😅




Not PresumedTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang