11. Thinking.

195 16 0
                                    

"Nikmati saja alurnya, lalu mengeluhlah seakan seseorang itu akan mengabulkan kemauanmu."

______

~Reino Ardiestiro.

"Gue dimana?" Fay membuka matanya pelan lalu meringis saat mendapati kepalanya begitu sakit saat digerakan.

"Dirumah sakit jiwa!" seorang lelaki dengan kaos putih polos yang membawakan secangkir teh itu menatap Fay yang masih awam untuk melihat dengan jelas.

Fay membangkitan tubuhnya pelan, gadis itu muntah begitu banyak semalam dan berakhir tak sadarkan diri hingga kini ia menyadari ia sudah singgah diapartemennya.

Gadis itu mendekap selimut berwarna violetnya lalu menerima uluran secangkir teh dari sosok yang terlihat begitu cuek dari biasanya, lalu menimum teh itu pelan.

"Lain kali lo harusnya ngelakuin lebih dari ini" ucap lelaki ini dengan suara yang sedikit terlihat marah dengan tatapan memandang lurus kedepan.

*Uhuk... uhuk...

"Ngapain lo ketempat gituan? Mau nyari mati? Mau bokap lo tau tentang kelakuan lo?" Reino menarik lengan Fay mendepet kearahnya lalu menjitak gadis yang meringis memegangi leher dengan satu tangannya itu.

Rambut yang acak-acakkan dan baju yang sudah berganti dengan piyama. Tunggu... siapa yang menggantinya?

Reino mengambil cangkir yang digenggam oleh Fay, gadis itu hanya diam seperti gadis polos, bahkan lipstick merah yang blepotan disekitar bibirnya pun masih ada.

"Bandel banget lo jadi cewek!" Reino menggeram dan melotot kearah gadis yang justru memeluk lengannya erat juga selimut yang menyelimuti tubuhnya.

"Maaf." Fay berucap pelan dan tampak sedikit imut.

Reino melepaskan pegangan tangan Fay. "Maaf nggak cukup bikin lo berubah, berapa kali lo keclub sebulan ini? Ngapain lo kesana sih!" Reino tampak begitu kesal dengan kekasihnya itu. Dan kini lelaki itu memilih untuk beralih kekursi diseberang Fay.

Fay menyibakan selimut yang merangkup tubuh kecilnya itu, lalu membenarkan rambutnya asal lalu beranjak dari duduknya.

Membuat Reino semakin kesal dan bertanya-tanya, "Mau kemana lo? Jawab pertanyaan gue!" Reino menyeru.

Fay menghentikan langkahnya dan tersenyum paksa. "Gue mandi dulu, tunggu bentar ya, mau jalan kan?" tanya Fay berbalik dan tersenyum manis.

"Jalan kemana? Lo masih kayak orang mabok gitu mau jalan? Nyungsep disemak-semak adanya."

Fay menghela napas lagi, "Mending diem dulu deh, gue tau lo kangen sama gue, gue mandi bentaran."

"Ngomong apaan sih lo? Jawab perntanyaan gue tadi, nggak usah sok ngalihin pembicaraan!" Reino menujuk wajah Fay, wajah yang terlihat tersenyum tanpa dosa.

Terlihat tanpa beban dan menenggelamkan rasa kesalnya pada Reino yang sebenarnya menjadi faktor utamanya pergi keclub itu.

"Dibilangin gue mau mandi dulu! Tungguin ya. Jangan kemana-mana... Apalagi sama cewek lain." Fay mengerutkan bibirnya dan tertawa kecil lalu berbalik dan berjalan menjauh dari Reino.

Reino menggretak lalu mengacak rambutnya frustasi.

"Cewek gila!"

* * *

"Anzela!" suara yang sedikit nyaring itu membuat gadis yang hendak membuka handle pintu itu mengurungkan kegiatannya.

Stagnation (Completed)Where stories live. Discover now