33. Pernyataan

170 4 0
                                    

Ketika semesta tak lagi mendukung.
Bisakah kita pergi bersama dari sana?

Selang infus itu terpasang dipunggung tangan sebelah kiri tangan Fay. Banyak alat medis yang terpasang ditubuhnya.

Reino menemukannya, langkahnya terhenti saat beberapa mobil ambulance membawa Fay. Lelaki ini terus mengenggam tangan Fay.

Berharap dalam hati agar kekasihnya membuka matanya.

"Maafin gue... Keluarga gue yang buat keluaga lo hancur— Gue bukan orang baik buat lo." Reino mengenggan erat tangan Fay.

"Gue cinta sama lo." kalimat yang tak pernah Reino katakan sekalipun saat menenmbak dan PDKT dengan Fay keluar dengan tulus.

Kecelakaan tragis ini membuat Diandra begitu terpukul, jelas berita ini sudah menyebar hingga membuat sahabat dan teman-teman Fay panik.

Reino menatap wajah Fay, wajah lelah yang selalu ia tutupi dengan wajah datar atau wajah sangar ketika ia sedang melapiaskan semua hal yang ia lalui.

"Bangun Fay."

* * *

"Om— Saya nggak bermaksud sama sekali buat nipu keluarga Om. Bahkan saya nggak tau kalau pacar Fay itu adik saya. Saya udah lama pisah sama Papa Mama—."

"Sudah cukup, sebaiknya jangan berharap untuk perjodohan itu lagi." ucap Diandra membenarkan dasinya.

Annalyne sedang tak ada dirumah, wanita itu menjaga Fay dirumah sakit sambil memasang wajah kesal bercampur cemas.

Sebastian mengacak rambutnya frustasi, "Kalau gitu, biarin Fay bahagia sama Reino. Bisa kan?" tanya Sebastian membuat Diandra melotot.

"APA KATA KAMU?!"

"KESEDIHAN FAY ITU BERSUMBER DARI SEMUA HAL YANG KELUARGA KAMU LAKUIN KESAYA!"

"Saya nggak akan pernah lupain itu, lebih baik sekarang kamu pergi dari sini." ucap Diandra menujuk pintu keluar.

"Om saya mohon—."

"Urus dia." perintah Diandra pada pengawalnya.

Beberapa lelaki itu menarik tangan Sebastian untuk keluar, namun lelaki ini mengelak.

"Saya peringatin ke Om, sejauh apapun niat Om ngejauhin Fay sama orang yang dicinta, sejauh itu juga Om berusaha buat Fay merasa kehilangan orang yang dia cinta, lagi."

"KELUAR!"

* * *

Setelah beberapa tahun berpisah, kini kedua sibligs ini akhirnya berjumpa dalam sapa. Keduanya tampak menujukan ekspresi yang hampir mirip.

Datar dan kesal. Bagaimana bisa kejadian hal tak terduga seperti ini bisa memecah hubungannya dengan Fay dengan cepat.

"Sejauh ini, gue kira lo udah tenggelem dimakan paus." ucap Reino membuka mulutnya sambil meminum minuman yang ia pesan dikafe ini.

Sebastian tertawa pelan, menatap wajah adiknya. Sosok yang selalu berjalan tanpa arah dan mampu bertahan dari banyak kekangan dari Diestiro.

"Gue mulai diluar dari nol. Gue pernah hidup susah karna jauh dari bokap nyokap, tapi gue punya tujuan. Sekarang gue lebih dari lega buat nikmatin hasil gue." ucap Sebastian merapikan kerah berdasinya.

Stagnation (Completed)Where stories live. Discover now