35. Epilog

456 19 1
                                    

Apakah kamu yakin semesta benar-benar tak mendukungmu?
Lantas, kenapa rasa ini masih tertaut sama?
Lalu bagaimana dengan waktu yang terus berjalan tanpa berhenti?
Apakah nanti semesta juga masih tak mendukung?
Lalu bagaimana dengan kesetiaan rasa?

______

Menerka-nerka sesuatu bukanlah hal yang pasti, cari tahulah finalnya dengan pertahananan yang kokoh dalam dirimu.

Seperti sebuah perasaan yang tak memperdulikan sekitar.

Karena sebuah rasa yang tersimpan utuh, lalu diperjuangkan untuk berakhir dengan indah.

Desakan dan sorakan semakin menggema ditengah orang-orang yang berteriak antuasias. Kali ini Verdenzo dan Gerlandz akan bertanding dengan kilatan tatapan yang terlihat tampak seperti dua kutub magnet yang berlawan arus.

Fay menyilangkan kedua tangannya. Raut wajahnya terlihat begitu datar, berusaha menulikan teriakan gadis yang meneriaki nama kekasihnya itu dengan beberapa kalimat absurd yang mengikuti.

Kali ini Fay sedikit kesal menonton balapan, biar bagaimanapun Fay sebenarnya kesal dijadikan bahan taruhan.

"Ini kapan selesainya?" decak Fay membuat gadis-gadis itu terdiam sejenak.

"Nggak antusias banget sih lo." sembur salah satu dari mereka.

Fay melotot, begitu sumpek dengan keadaan ini. "Terus? Gue harus teriak-teriak nggak waras kayak lo semua?" tanya Fay melotot, membuat mereka terdiam terenyah.

Reinoo!!! Leon!!! Fero!!! Zaki!!! Jojo!!!

Sorakan itu membuat Fay kesal, entah mengapa kali ini rasanya benar-benar mengesalkan saat Rieno benar-benar mendapatkan banyak perhatian dari gadis-gadis ini.

Jangan kira mereka hanya menyorak nama saja, kalimatnya itu loh. Astagfirullah.

"Fix gini banget gue direbutin, sedih woi!!"
"Tertampar pesona cowok-cowok ganteng."
"Kilauannya melebihi sengatan ubur-ubur ya?"
"Deg-degan seperti terlempar kejurang."
"REINO!!! UWWUUUU!!!"

*Bruk.

"Woi lo—." kalimat Fay tertahan.

"GILA REINO KENAPA GANTENG BANGET GITU SIH? LO TAU NGGAK RASANYA OLENG KE PACAR TEMEN LO SENDIRI?" ucap Vania ngos-ngosan.

Fay melotot, "Apa lo bilang?"

"Hehe nggak jadi." ucap Vania menggeleng sambil menyengir.

Fay memutar bola matanya malas, "Ayo, udahan nontonnya." ucap Fay membuat Vania melotot tak terima.

"Sesusah ini gue buat nyelip nonton didepan, dan dengan seenak jidat lo kinclong lo ngajak gue udahan nonton?!" tanya Vania kesal setengah mati.

"Ginian doang ditonton?! Mending cabut makan."

"GAK! GUE HARUS LIAT LEON SAMPAI DIA MENANG!"

"Faedahanya apa kalo nanti lo bisa liat dia menang apa nggak?" ucap Fay menatap sekitar, sumpek sekali.

"Rieno...!!!"
"Astaga cowok gue."
"Dare menetralkan detak jantung didekat Reino adalah sebuah kegagalan yang pasti terjadi."
"Gini amat ngerebutin gw?"
"WOI WOI WOI!!! MENANG?"
"Yang bener lo."
"Belum selesai. Mata lo plus ya?"
"Lo yang merem dari tadi blo'on!"
"Menjamkan mata dulu ya."
"Harap tenang ini tawuran."
"Balapan, anjeng ralat."
"..."

Stagnation (Completed)Where stories live. Discover now