27. Flow

143 5 0
                                    

"Kamu, adalah sebuah topik pemikiran yang tak bosan dipikirkan bahkan enggan hilang dan memenuhi ruang pikiran setiap waktu."

_____
Stagnation
_____

Hujan kembali turun, Fay sedang berada dihalte bus menunggu bus yang akan mengantarnya pulang kerumah kali ini.

Gadis itu meremas roknya, menunduk dan mencaci dirinya dalam diam.

Lo nggak bisa kayak gini Fay. Lo nggak seharusnya ngebiarin siapapun ngerebut milik lo.

Fay memejamkan matanya, tak ada tanda-tanda Reino mengejarnya. Gadis itu merasakan sesak didalam tubuhnya.

Kebahagiaannya sekarang berpresentase begitu rendah, berbeda dengan kehidupan Fay dahulu, yang selalu senang dengan apa yang ia lakukan.

"Gue mohon Rei, jadi orang yang ngerti posisi gue sekarang." gumam Fay memperhatikan sekitar lalu tersenyum gitir.

Selang dua puluh menit berlalu, bus kota sudah sampai didepannya, Fay melangkahkan kakinya pelan, menunduk sambil menutupi wajahnya.

Gadis itu duduk didekat jendela, melihat kota dari dalam bus. Dalam hidup Fay baru kali ini ia menaiki bus kota, dibalik wajahnya yang tampak gelisah, rematan foto yang tampak lusuh itu masih ia genggam.

Fay mengetikan pesan untuk Vania.

Vania
Van, jemput gue didepan caffe deket komplek rumah gue ya? Gue traktir lo ntar.

Fay menyenderkan kepalanya dikaca bus, terbayang semua kenangan masalalu. Yang indah dan terlalu bermakna, hingga kini egonya benar-benar belum bisa mengakui. Bahwa dia sedang merindukan semua hal itu.

* * *

"Beberapa minggu lalu Fay kecelakaan dan luka parah sampe harus tranfusi darah, pas itu dia juga lagi nggak baikan sama Reino, pacarnya. Dia lagi sendiri, bahkan Vania juga nggak lagi sama Fay. Ditambah diskors dari sekolah gara-gara fitnah rivalnya disekolah. Dia kehabisan uang, sampe minjem saya juga sama Keyno. Anak Om Dimas itu... Dia juga dibully sama temen sekolahnya, mobilnya dipilox. Tapi sekarang udah mulai membaik sih semuanya."

Diandra menyilangkan duduknya, beberapa pekerja rumahnya baru saja mengangkat dan menyusun barang baru. Karena beberapa barang katanya sudah Fay jual.

Lelaki ini menatap kedepan, berbeda dengan kesehariannya yang sibuk karena pekerjaan kantor, Diandra kali ini memilih duduk diruang keluarganya.

Memikirkan kerjasama rumit yang membuatnya hilang kontak dengan Fay selama beberapa waktu. Kini rasanya sesak menjalar dihati Diandra.

Putri perempuan kesayangannya, menjauh bahkan tak ingin muncul.

"Sayang, ini minumnya diminum dulu." Annalyne menyerahkan secangkir teh panas itu.

Diandra langsung tersentak dan memberikan senyuman cerahnya, "Makasih ya, oh iya..." Diandra meneguk secangkir teh itu.

"Aku mau ngomong sama kamu, ini tentang Fay." ucapan Diandra dibalas Annalyne dengan senyuman.

Wanita yang usianya begitu jauh dengan Diandra dan membantu Diandra saat kesulitan diluar negeri lalu membuat salah satu pihak jatuh hati.

"Aku tau, semua ini gak mudah buat dia... Terlebih masa-masa sulit yang dialamin sendiri saat kamu pergi, aku paham Mas, ini semua butuh waktu." Annalyne tersenyum dengan bahasa yang sedikit bakunya.

Stagnation (Completed)Where stories live. Discover now