ke-ENAMPULUH

447 43 1
                                    





Setelah Tata menangis seraya memeluk Resa dengan alasan mimpi buruk malam itu, Tata menjalani hari harinya seperti biasa. Ia berusaha untuk menyembunyikan semuanya dari teman teman dan kedua saudaranya. Beruntung Fadil tidak memberi tahu siapapun mengenai masalahnya.

Setiap kali bertemu dengan Marcel, Tata tak pernah menghindar, seakan Marcel tak melakukan kesalahan apapun. Sikap Marcel juga masih sama dengan yang terakhir kali sebelum Tata mengetahui semuanya. Ia agak cuek meski sesekali tersenyum ataupun mengajak Tata sedikit berbincang. Tata berusaha untuk terlihat tenang, dan membiarkan hal ini berjalan dulu.

Resa dan Adam juga demikian, bersikap biasa saja karena memang mereka belum mengetahui apa apa. Tentu saja cepat atau lambat mereka akan mengetahuinya, tapi entah kapan, dan dengan cara yang bagaimana.

"Ta, kok lo biasa aja sih sama dia?" Tanya Fadil yang menghampiri Tata.

Tata berada di kelasnya, sedangkan teman temannya juga Resa pergi ke kantin. Mereka sudah mengajak Tata tadi, tapi Tata menolak dengan alasan malas. Kebetulan Marcel melewati kelas Tata, dan menghampiri Tata yang terlihat sendirian sedang memainkan handphonenya. Mereka berbincang sebentar, dengan Tata yang berusaha menahan agar air matanya tidak lolos.

Fadil mengetahuinya, memperhatikan Tata yang terlihat biasa saja kepada Marcel. Padahal tempo hari Tata menangis sesenggukan seraya memeluknya karena ulah Marcel. Hingga ketika Marcel keluar, Fadil menghampiri Tata yang kembali memasang wajah datarnya.

"Terus gue harus gimana? Nangis kejer gitu ke dia?" Tanya Tata santai.

"Ya maksudnya, lo gak mau minta penjelasan atau apa gitu Ta ke dia?" Tanya Fadil lagi.

"Gue bukan siapa siapanya Dil, ngapain gue minta penjelasan."

Fadil menghela nafas. Tata selalu saja menggunakan kata 'bukan siapa siapa'. Padahal jelas jelas ia adalah gadis yang sedang Marcel dekati akhir akhir ini.

"Ta, lo itu cewek yang jadi inceran dia akhir akhir ini. Yang lagi dia PDKT-in, buat apalagi kalo bukan buat dijadiin pacar. Kalian udah deket lumayan lama, udah sering main, dia juga perhatian banget sama lo. Bahkan dia gak takut sama Resa biar kalian bisa deket terus. Dengan kenyataan yang lo liat kemaren, lo harusnya ngomong ke Marcel, atau setidaknya jauhin dia Ta. Dia gak baik buat lo." Ujar Fadil panjang lebar.

"Gue tau Dil, tapi kalo gue jauhin dia, nanti kak Resa nanya nanya ke gue. Gue gak bisa jawab kalo kak Resa nanya kenapa gue sama Marcel."

"Ya lo jawab seadanya aja Ta, gampang kan?"

"Gak gitu Dil. Lo tau kan kalo kak Resa udah marah kaya gimana. Gue gak mau Marcel jadi kenapa napa gara gara kak Resa."

"Sumpah Ta, baik banget itu juga gak baik buat diri lo sendiri. Liat sekarang, lo bahkan mikirin keadaan Marcel yang gak pernah mikirin perasaan lo. Lo beberapa hari terakhir keliatan murung Ta, gue nyadarin hal itu asal lo tau. Lo emang ketawa ketawa di depan Resa sama temen temen lo, tapi lo gak bisa bohong di depan gue."

Fadil menghela nafasnya lagi, sedangkan Tata hanya diam seraya memainkan jarinya sendiri.

"Gue suka merhatiin lo Ta, lo-"

"Heh kunyuk, ketauan ya lo suka merhatiin adek gue. Minggir lo, mentang mentang gue gak ada seenaknya nyamperin Tata!" Ujar Resa yang baru saja datang, dan langsung menarik kerah baju bagian belakang Fadil.

"Yah ngerusak suasana lo. Liat tuh si Tata udah mau baper malah lo potong!" Protes Fadil yang diselingi candaan.

"Dih mana ada!" Ujar Tata tak terima.

"Dah dah pergi sana, ganggu lo!"

"Ohh berani lo ngusir gue? HARUSNYA GUE YANG BILANG GITU BAMBANG!" Kesal Resa karena malah Fadil yang mengusirnya, bukan sebaliknya.

Akhirnya Fadil keluar dari kelas dengan bibir yang tak henti hentinya mengucapkan sumpah serapah. Sedangkan Tata tertawa melihat ekspresi Fadil saat Resa mengusirnya balik.

"Ngomong apa aja dia tadi?" Tanya Resa dan duduk di bangku yang ada di sebelah Tata.

"Hah? Ya biasa, gitu gitu aja." Bohong Tata pada Resa.

"Gitu gitu gimana?"

"Ya gitu, kak Resa tau lah."

Sebenarnya Tata agak gugup, tapi ia berusaha menyembunyikannya agar Resa tak curiga.

"Nih dimakan dulu, jangan nolak. Jangan sok sokan gak laper padahal perutnya bunyi terus." Ujar Resa yang membuat Tata tertawa.

"Kenapa ketawa?"

"Kak Resa udah kaya ibu ibu yang kesel sama anaknya hahaha." Ucap Tata, sedangkan Resa hanya mendengus.

Dan akhirnya Tata memakan makanan yang dibawakan Resa. Kalau tidak, kakaknya itu akan terus saja berceloteh. Tapi di tengah tengah acara makan...

"WOII!"

Uhuk uhukk

"Eh ehh nih minum minum. Wahh sialan lu, ADEK GUE LAGI MAKAN SETAN NGAPAIN LO NGAGETIN SEGALA!" Teriak Resa pada Fadil yang lagi lagi datang.

"Hehe maaf ya Ta, gue niatnya mau ngagetin si Resa. Maaf seyeng." Ujar Fadil seraya cengengesan.

"Seyeng seyeng pala lu. Gue aduin Marcel biar bonyok tau rasa lo!"

Tidak biasanya Resa membawa bawa nama Marcel ketika Fadil sedang menganggu Tata dengan kata kata gombalannya. Sekarang apa, ucapan Resa membuat Fadil dan Tata sama sama diam.

"Tegang kan muka lo. Mau ngapain lagi ke sini?" Tanya Resa.

"Gue cuman mau minjem buku bahasa inggris punya lo hehe." Ucap Fadil seraya melihat ke arah Tata yang raut wajahnya berubah.

"Kebiasaan, nih sana bawa."

"Oke Sa thanks, lain kali kalo ngomong dijaga biar Tata gak bete. GUE PINJEM YA BUKUNYA!" Ujar Fadil seraya berlari keluar kelas, takut takut jika Tata marah kepadanya.

'Fadil sialan!' Batin Tata.

"Kamu suka sama Fadil?" Tanya Resa.

"Hah? Apaan enggak!"

"Trus tadi maksud Fadil apaan. Kamu bete kakak marahin dia?"

"Engga kak ya Allah. Dia kan emang gitu, gak jelas!"

Resa melihat jahil ke arah Tata yang sedang memainkan nasinya. Sedangkan kening Tata berkerut ketika melihat ke arah Resa yang sedang menaik turunkan alisnya.

"Ohh, boleh nih sama Fadil? Yaudah kalo gitu-"

"Enggak Ta gak boleh!"

"Sama Fadil aja lah, baik tau!"

Raut wajah Resa berubah sekarang. Padahal ia hanya bercanda tadi, namun mengapa Tata menanggapinya dengan serius.

"Enggak ah, apaan tengil gitu." Kini Resa yang dibuat kesal.

"Fix sama Fadil!"

"TA!"

"Ihh ngebentakk." Ujar Tata seraya memasang wajah sedih.

"Eh, eng-enggak gitu engga." Ucap Resa gelagapan seraya meraih wajah Tata.

"Mamaaa, kak Resa bentak Tata tadii. Mau sama Fadil aja ah, Fadil gak pernah bentak akuuu!"

Resa menatap tajam ke arah Tata. Tata diam kemudian tertawa terbahak bahak melihat ekspresi masam dari Resa.

"Sayang Tata!"

"Sayang Fadil, HAHHAHAHAA!"


































Sebenernyaa beberapa chapter lagi work ini abis guyss yuhuuuu...

Thanks for readiingg!!

Jangan lupa vote sama comment-nya

   ❣❣❣

The Perfect SiblingsWhere stories live. Discover now