ke-EMPATPULUH-empat

597 49 2
                                    







Tata sedang agak tidak nyaman sekarang. Dia memang sedang berada di kantin, yang siapapun akan nyaman berada di sana. Tapi bagaimana yaa...

Bayangkan saja. Sekarang ia sedang duduk di salah satu bangku di kantin, ditemani Resa di sebelahnya. Tak hanya Resa, tapi Adam dan Marcel juga ada di hadapannya. Bukan, dia bukannya tidak nyaman berada di dekat mereka. Hanya saja... mereka sedang memperhatikan Tata yang sedang makan, dengan menopang dagu mereka --menggunakan tangan masing masing tentu saja.

"Hilih cabe busuk ya gitu... dikelilingin lalet."

"Apaansi lo?" Jawab Tata ketus.

"Nyenyenyee."

"Lo masih dendam gara gara gue larang lo deketin adek gue hah?" Tanya Tata.

"Dih siapa lagi yang mau deketin adek lo. Najisun gue punya kakak ipar macam gini."

"Dih, terus maksud lo baik baikin Adam apaan hah?" Tata bertanya lagi.

"Lah? Adam sama adek lo apa hubungannya ya mba?" Martya malah balik bertanya.

"Ahh Markonah, punya otak gadipake copotin ajalah. Daripada sempit."

"Dih garing." Jawab Martya.

"ADAM KAN ADEK GUE BEGO!"

Martya diam terkejut, namun kemudian mencoba mengontrol lagi ekspresinya. Ia terkekeh meremehkan.

"Haha, beda banget ya sama kakaknya. Adeknya lugu, kakaknya-"

"PERGI LO! Kesini cuman buat ngatain orang."

"Dih sensi." Ucap Martya yang kemudian pergi.

"Nyebelin banget si."

Ketiga laki laki yang mengelilingi Tata hanya diam, tak melakukan apapun. Mereka bahkan tersenyum melihat tingkah Tata.

"Apaansi ih malah senyum senyum. Kalian tuh kenapa sih?" Tanya Tata, dan ketiga laki laki yang mengelilinginya menggeleng kompak.

"Lucu!" Ucap Marcel, dan Tata mengangguk.

"Gue tau!" Jawab Tata.

"Hiihhh." Marcel berusaha menggapai pipi Tata, yang kemudian tangannya dipukul oleh Resa.

"Enak aja lu, gak boleh pegang pegang!"

"Yaampun gitu amat yak!"

Kemudian mereka diam lagi, memperhatikan Tata yang sudah menyelesaikan makannya. Tata melihat ke arah mereka satu per-satu, kemudian memeluk Resa dari samping dan bersembunyi di punggungnya.

"Aku gak suka diliatin kaya gituuu!"

Kemudian ia mengintip ke arah Adam dan Marcel. Memastikan apakah mereka masih memperhatikannya atau tidak. Ternyata masih.

"Kenapa sih ihhh? Ada yang aneh?" Tanya Tata. Adam dan Marcel menggelengkan kepala.

"Terus kenapaa?" Tanya Tata lagi, dan mereka menggelengkan kepala lagi. Aneh.

"DAH AH MALES AKU MAU KE KELAS!"

Kemudian Tata pergi ke kelas, meninggalkan tiga anak laki laki konyol di kantin tadi. Ada apa dengan mereka? Apakah ada yang salah dengan wajahnya? Atau ada sesuatu yang memang harus diperhatikan? Arghh terserah!

Tata melihat ke belakang, memastikan apakah ketiga laki laki tersebut mengikutinya. Ternyata tidak, mereka tidak mengikuti Tata. Sungguh tidak jelas! Tata benci mereka hari ini! Tapi mungkin tidak seharian penuh.

.




.




.

"Kak kerjain tuh soalnya, malah diem!" Ujar Tata. Tapi Resa malah terus saja diam dan tak melakukan apapun.

"Kak ihh!" Ujar Tata lagi seraya memukul lengan Resa. Wajah Tata terlihat kesal sekarang.

"Eh iya iyaa, marah marah terus." Jawab Resa, dan Tata hanya mendecak sebal.

Keduanya mengerjakan soal dengan tenang, sambil sesekali bertanya satu sama lain. Sepertinya tidak begitu tenang, karena Resa sangat usil sejak tadi. Entah itu mencolek dagu Tata, atau menatap jahil ke arahnya.

"Sini aku aja yang kumpulin." Ujar Tata, dan Resa menyerahkan bukunya kepada Tata.

Ketika Tata sedang berjalan ke arah mejanya, Resa terus saja memperhatikannya membuat Tata salah tingkah. Sampai Tata duduk-pun, Resa terus saja memperhatikannya. Awalnya Tata membiarkannya dan memilih membaca novel. Tapi lama kelamaan ia risih dengan tingkah kakaknya.

"Kak Resa." Panggil Tata lembut.

"Hmm?"

"Kak Resa ngapain sih ngeliatin aku terus ishhh!?" Sambung Tata yang nadanya berbeda dari sebelumnya.

"Emang kenapa?" Tanya Resa balik.

"Aku gak sukaa kak Resaaa!" Ucap Tata dengan nada merengek, sambil bergelayut manja di lengan Resa. Tapi Resa hanya terkekeh, membuat Tata semakin kesal.

Setelah lepas dari Resa, Tata diam menatap Resa yang juga tengah menatapnya. Teteteteewww.g

Tata mengerutkan keningnya kesal, namun Resa malah tersenyum. Tata memukul lengan Resa, tapi Resa malah tertawa. Kemudian mata Tata mulai berkaca kaca. Ia tak suka diperhatikan!

"Kak Resaa!" Ujarnya dengan mata berkaca kaca dan suara yang bergetar.

"Hahahha iya iya jangan nangis ih maluu!" Ujar Resa seraya memeluk Tata.

"Kak Resa ih itu ada guru nanti dimarahin, gak usah peluk peluk!"

"Mana ada, gurunya udah keluar." Ucap Resa. Dan benar saja, sudah tak ada guru di kelasnya.

"Terus kak Resa kenapa sih ngeliatin aku teruss?"

"Engga kok, gapapa."

.




.




.

Rmhq istnq...

Tata langsung pergi ke kamarnya. Ia meninggalkan Adam dan Resa yang masih saja memperhatikannya. Menyebalkan!

Tata melihat dirinya di cermin, memastikan apakah ada yang salah pada dirinya. Ohhh... apakah karena jerawat yang ada di dahinya? Tata memang tidak biasa mendapati jerawat di wajahnya. Yaa... mungkin karena itulah Resa, Adam dan Marcel memperhatikannya. Tapi mengapa sampai segitunya.

"Ciee rindu siapa tuh?" Tanya Resa jahil saat memasuki kamar Tata lewat pintu samping.

"IH TUHKAN BENER!" Ujar Tata berteriak, yang hanya dijawab tawa oleh Resa.

"Kenapa sih kak ih gak jelas kalian semua!"

"Kalian semua itu termasuk jerawatnya? Atau orang penyebab jerawatnya?" Tanya Resa.

Memangnya jika jerawat tumbuh, itu berarti ia sedang merindukan seseorang? Dan kuman dengan tahu menghampiri wajah seseorang yang sedang merindukan orang lain? Konyol!

"Cie ngelamun, mikirin orangnya ya HAHHAHA!"

"Kak Resa!"

"Ciee Tata udah gede!"

"IHH KAK RESA! GAK JELAS!"

Kemudian Tawa Resa terdengar menggema di dalam kamarnya. Sungguh sangat amat tidak jelas!































Thanks for readingg!!

Jangan lupa vomment-nyaa

  ❣❣❣

The Perfect SiblingsWhere stories live. Discover now