ke-ENAMPULUH-lima

489 43 3
                                    






Tata berjalan di koridor sekolah, sendirian, tanpa Resa dan Adam. Ya, sekarang sudah hari senin, hari dimana skorsing yang didapat Resa dan Adam dimulai.

Ia berjalan dengan menatap lurus kedepan, hingga tidak menyadari seseorang mensejajarkan langkah dengannya, dan memperhatikannya dari samping.

"Ekhem." Satu suara membuat Tata terperanjat seraya menoleh.

"Huftt... gue kira setan." Jawab Tata yang kembali melihat ke depan.

"Gak usah ngelamun dong, nanti nabrak orang gimana? Cukup hati gue aja yang lo tabrak, orang lain jangan." Bisa kita tebak siapa dia.

"Hmm." Jawab Tata tanpa mengalihkan pandangannya.

"Sendiri ke kelas gapapa kan, Ta? Gue mau ke kantin soalnya." Tanya Fadil.

"Perasaan sebelum ada lo, gue juga sendiri." Jawab Tata membuat Fadil tertawa.

Setelah itu ia benar benar pergi ke kantin, melambaikan tangannya membuat Tata memutar bola matanya malas.

Tata berjalan sendirian menuju kelas. Dan ketika sampai di depan kelas, niatnya untuk masuk ia urungkan ketika melihat seseorang yang kemarin berkelahi dengan kedua saudaranya. Iya, dia Marcel.

Tata hendak pergi dari sana, namun ia kalah cepat dengan tangan Marcel yang sudah menahan tangannya untuk tidak pergi.

"Lepasin!" Ujar Tata ketus.

"Ta, gue mau-"

"Lepasin gue bilang!" Pinta Tata lagi membuat Marcel menurut.

"Minggir! Gue mau masuk." Tata mengerutkan alisnya jutek.

"Ta, gue mau ngomong."

Tata tak menjawab, memilih untuk menatap Marcel tajam yang membuat Marcel bergeser. Tata tak pernah terlihat se-menyeramkan ini.

Akhirnya Marcel pergi, mencari waktu yang tepat untuk berbicara kepada Tata.

Sebenarnya sejak kemarin Marcel menghubunginya. Mulai dari mengirimi pesan dan menelfonnya, namun sama sekali tak Tata jawab.

"Ta!" Panggil Fadil, membuat Tata yang sedang berjalan menuju bangkunya menoleh.

"Tangkap nih, HAP!" Fadil melemparkan satu susu kotak, membuat Tata membulatkan matanya namun juga berhasil menangkap susu kotak yang dilempar Fadil.

"Diminum Ta, gue ke kelas." Pamitnya yang langsung pergi.

"Makasih!" Ujar Tata berteriak, sedangkan Fadil menjawabnya dengan menyatukan ujung jari telunjuk dan ibu jarinya, membentuk huruf 'o' dari jendela.

"Kalo kena kepala gue gimana anjir." Rutuk Tata seraya berjalan ke arah bangkunya.

"Fadil baik, ya?" Tanya Amel jahil seraya menaik turunkan alisnya.

Tata mengerutkan keningnya, kemudian duduk di sebelah Amel tanpa ingin melihat lagi wajah sahabatnya itu.

"Ciee." Amel menyolek dagu Tata jahil.

"Diem atau gue siram?"

"Ah, lo mana mungkin rela buang setetes pun susu cuma buat nyiram gue."

"Iyasi. Dahlah diem Mel, gak mood gue!"

Amel mengusap punggung Tata, bermaksud menenangkan. Ia tahu sahabatnya ini sedang sedih karena seorang laki laki baru saja mempermainkan perasaannya.

"Tapi lo cocok sama Fadil."

"Ye, thanks." Jawab Tata membuat Amel tertawa keras.

.





The Perfect SiblingsWhere stories live. Discover now