ke-ENAMPULUH-empat

469 43 7
                                    





Tata melenggang pergi ke kamarnya, meninggalkan kedua saudaranya yang masih saja tak ingin ia dengar.

Setelah berganti pakaian, Tata pergi ke dapur. Seperti biasa, ia akan membuat sesuatu sebagai lauk makan siang. Masih mengabaikan kedua saudaranya, Tata memasak dengan tenang dan hanya terfokus pada apa yang ia kerjakan.

"Makan dulu." Ujar Tata dingin.

Ia memang sedang marah pada kedua saudaranya, namun ia tak ingin Resa dan Adam membiarkan perut mereka kosong.

"Kak?"

"Kakak gak suka ada yang banyak ngomong kalo lagi makan." Bukannya menjawab, Tata malah berkata seperti itu pada Adam, membuat Adam menelan ludahnya lalu diam.

Hanya suara sendok yang beradu dengan piring yang terdengar. Tak ada percakapan di antara tiga orang yang sedang mengisi perutnya.

Hingga semuanya selesai, dan Tata membereskan semua piring dan gelas lalu mencucinya.

Setelah selesai, ia pergi ke kamarnya, sebelum akhirnya Adam menarik tangannya pelan.

"Kak, Adam mau ngomong."

"Daritadi kamu udah ngomong."

"Tapi aku pengen kakak jawab, jangan diem aja."

"Tadi kakak udah jawab."

Adam menghela nafas. Ia tak bisa berdebat dengan Tata, apalagi dengan keadaan Tata yang sedang marah seperti ini.

Adam benar benar menarik Tata ke sofa dengan pelan, mendudukan kakaknya di samping Resa. Setelah itu, ia juga duduk di samping kiri Tata.

"Ta, maaf. Kakak tau kakak salah, kakak udah ngelanggar perjanjian kita, kan?" Tanya Resa, dan Tata hanya diam.

"Kalo kamu ada di posisi kakak, kamu juga pasti ngelakuin hal yang sama, Ta. Apa kamu tega ngeliat adek sendiri nangis gara gara orang lain? Padahal kamu sendiri berusaha buat gak nyakitin dia sedikit pun. Kamu pasti ngerti Ta, kakak yakin."

"Adam juga mau minta maaf, kak, Adam udah ngelanggar perjanjian. Kakak mau hukum Adam? Adam siap kok kak. Tapi kak Tata jangan diemin Adam kaya gini, Adam gak siap."

Tata masih diam, itulah yang dilihat Resa dan Adam. Padahal, Tata sedang menahan air matanya.

"Kamu tau? Hal yang kakak lakuin sama dia, bikin dia bonyok, gak sebanding sama apa yang dia lakuin ke kamu. Kakak bisa bales lebih dari ini kalo kamu mau. Tapi kakak masih ngehargain kamu. Kakak tau kamu sayang sama Marcel. Kakak tau kamu gak mau liat dia kenapa napa, kamu sedih liat dia kesakitan. Kakak tau."

"Kakak juga tau kan kalo aku benci liat kalian kenapa napa? Kakak tau kan aku gak suka liat kondisi kalian kaya gini? Kakak tau?" Tata menahan tangisnya seraya melihat ke arah Resa.

Resa tersenyum tipis, kemudian merengkuh tubuh adiknya untuk masuk ke dalam pelukannya, membuat tangisan Tata pecah seketika.

"Maaf..." ujar Resa tulus, membuat Tata menelusupkan kepalanya ke dada bidang Resa.

Resa mengusap kepala Tata sayang, sedangkan Tata masih saja terisak di sana.

Tata melonggarkan pelukannya, kemudian menunduk dan menghapus semua air matanya. Ia menoleh ke arah Adam yang ternyata tengah menatapnya.

Tata mengulurkan tangannya, menyentuh bagian wajah Adam yang lebam, membuat Adam sedikit meringis.

"Masa muka bayi bonyok bonyok hiks. Bayinya nakal, gak mau dengerin apa kata kakaknya."

The Perfect SiblingsWhere stories live. Discover now