ke-TIGAPULUH

763 62 0
                                    







Tiba lah hari dimana mereka akan pergi ke rumah nenek. Hari yang sangat amat menyenangkan bagi Tata tentunya. Hari ini Tata, Adam dan Resa diantar papa ke stasiun.

"Hati hati ya, Resa sama adek pokoknya jagain Tata ya. Jangan banyak ngelamun, jagain tas kalian juga. Nanti sampe sana telfon ya, nanti papa jemput di stasiun, ngerti?"

"Iya sayang hati hati ya, Tata juga jangan sampe ngerepotin kakak sama adek ya!? Jangan sampe kepisah, kalo ada apa apa minta tolong atau telfon mama ya sayang. Pokoknya sampe sana mama gamau ada satu apapun yang kurang."

"Iya ma, mama sama papa juga hati hati ya. Pokoknya Resa bakal jagain Tata, jangan khawatir, papa yang fokus nyetirnya gausah sambil mikirin kita."

"Pengen banget papa pikirin?" Ucap papa dengan tatapan jahil.

"Ga juga sih, gausah dipikirin juga gapapa. Dahlah males!" Ucap Resa balas bercanda.

"Aku bisa jelasin." Ucap papa sambil memegang tangan Resa.

"PLIS DEH YA, GELI LIATNYAA."

.


.


.

Sepertinya hari ini kereta tidak terlalu penuh-

"E-e-ehhh."

Oops! Sepertinya aku salah. Salah besar.

Resa segera memeluk Tata ketika penumpang mulai naik dan yaaa, bisa kalian bayangkan sendiri betapa sesaknya.
Tata menarik tangan Adam, takut jika adiknya tiba tiba hilang.

"See? Kenapa kamu masih ngeyel pengen naik kereta? Kalo tadi gak kakak pegang mungkin kamu sekarang udah duduk dibawah, kedorong dorong sama yang lain."

"Kan aku udah bilang, pasti ada kakak sama Adam yang jagain aku." Ucap Tata sambil cengengesan. Resa hanya menghela nafas, mau bagaimana lagi? Kereta sudah melaju dan tak mungkin ia bersama kedua saudaranya melompat keluar.

Sesak memang. Tapi tak apa, Tata yakin seiring berjalannya kereta akan ada hal yang menyenangkan untuk dilihat. Pemandangan hijau misalnya.








"Gerah ya dek?" Tanya Tata kepada Adam.

Adam menggeleng sambil tersenyum.
"Engga kok."

"Gak nyaman ya?" Tanya Tata lagi, dan Adam menggeleng lagi.

"Pegel?"

"Engga kak Tata sayanggg." Balas Adam sambil mengusap kepala kakaknya.

"Maaf."

"Kenapa minta maaf?"

"Gara gara aku, kalian yang harusnya duduk nyaman di mobil jadi berdiri desak desakan kaya gini." Ucap Tata sambil menunduk.

"Gapapa, kalo Tata seneng kita juga seneng kok. Kalo kamu cemberut kaya gini, kita juga nyesel gak maksa kamu naik mobil. Senyum dong." Giliran Resa yang berbicara, yang membuat Tata tersenyum.








Ketika Tata sedang asyik melihat keluar -dengan Adam di sisi kiri, dan Resa di sisi kanannya- , tiba tiba saja ada laki laki paruh baya mendekati dan berusaha menyelip ke belakang Adam. Resa yang menyadarinya hanya memperhatikannya. Ketika pria tersebut semakin dekat, tangannya terulur seperti akan menggapai sesuatu. Adam kemudian berpindah ke belakang Tata, memotong jarak antara pria tadi dengan Tata. Resa yang sedari tadi memperhatikan tangannya, terkejut saat ternyata tangan pria tersebut terarah ke pinggang Tata. Resa segera memegang tangannya sebelum benar benar sampai ke pinggang Tata, meremas jarinya kuat sampai laki laki tersebut meringis.

The Perfect SiblingsDonde viven las historias. Descúbrelo ahora