ke-ENAMPULUH-enam

606 42 1
                                    





Hari ketiga dimana Tata berjalan pulang hanya dengan teman temannya, tanpa kedua dua mahluk yang saling mengejek dan berebut untuk merangkul dirinya sepanjang berjalan di koridor.

Kebetulan sekarang ini ia sedang berjalan sendirian. Karena ada jadwal piket, Tata menyuruh teman temannya untuk pulang tanpa menunggu dirinya, karena juga ada Fadil yang dengan setia siap menunggu Tata hingga kapanpun, katanya. Namun tadi, laki laki itu pamit untuk pergi ke kamar mandi, dan menyuruh Tata untuk menunggu di parkiran saja.

Satu lengan merangkul Tata secara tiba tiba, membuat Tata menolehkan kepalanya.

Ia kira Fadil, namun bukan. Seorang gadis tiba tiba merangkul Tata dan tersenyum lebar ketika Tata menolehkan kepala ke arahnya.

"Ish, ngapain sih lo!" Tata menepis tangan yang ada di pundaknya.

"Galak banget sih. Seharusnya lo berterima kasih sama gue."

Tata mengerutkan keningnya, berpikir dan mengingat ingat jasa apa yang telah dilakukan gadis ini sehingga ia meminta Tata untuk berterima kasih.

"Ah sok sokan lupa lo!" Seperti mengerti akan kebingungan Tata, gadis itu berkata demikian.

"Berkat gue, lo tau kalo lo lagi dimainin."

"Oh, itu. Karna lo juga, muka kakak sama adek gue pada bonyok!" Jawab Tata.

"Eh itu bukan bagian dari karna gue. Gue kan cuma ngasih tau lo, jadi gak ada hubungannya sama mereka berantem kemarin."

"Tapi kan yang kita ikutin waktu itu pas Marce—pas cowok itu lagi sama sodaranya. Gue nemuin dia lagi sama cewek lain juga bukan sama lo, gue lagi sama Fadil waktu itu."

Gadis bernama Martya mengangguk, antara setuju dan tidak. Bagaimanapun ia berjasa dalam hal ini.

"Tapi kalo gue gak maksa dan ajak lo buat ngikutin dia, mana mungkin lo nemuin dia lagi sama cewek lain." Ucapnya.

"Iya deh, makasih." Ucap Tata singkat.

"Gitu doang?" Tanya Martya.

"Terus? Lo mau minta traktir? "

"Ya gak usah traktir juga sih. Cukup ajak gue ke rumah lo aja, gapapa kok." Martya tersenyum yang membuat Tata ingin mendorongnya sekeras mungkin.

"Ngapain ke rumah gue?" Tanya Tata heran.

"Jenguk Adam, hehe."

"ADEK GUE GAK SAKIT, GAK USAH DIJENGUK. BYE!" Tata berjalan cepat mendahului Martya menuju parkiran.

"Eh Ta! Serius, gue mau ketemu Adam!" Teriak Martya yang Tata abaikan.

Martya berhasil mengejar Tata menuju parkiran. Tata menunjukkan wajah kesalnya ketika Martya menghampiri dirinya.

"Apaan sih lo!" Ketus Tata.

"Please Ta, ya?" Mohon Martya.

"Gak! Gila apa lo. Katanya gak mau punya kakak ipar macem gue, sekarang apa?"

"Elah Ta, waktu itu gue reflek doang ngomong gitu. Muka lo nyebelin soalnya."

"Terus gue peduli?" Sinis Tata.

"Baperan banget sih, Ta. Gue gak maksud ngomong gitu kok." Ucap Martya membuat Tata memutar bola matanya malas.

"Gue bukan masalahin soal itu, tapi gue gak suka lo deket deket adek gue, ngerti?"

Martya mendecak kesal, ternyata Tata belum mau memaafkannya karena ulahnya pada Adam.

"Gue minta maaf deh soal yang waktu MPLS. Gue ke rumah lo sekarang, ya?"

The Perfect SiblingsTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang