ke-EMPATPULUH-tujuh

546 46 2
                                    









Esoknya, Tata masih berangkat bersama Resa menggunakan motor maticnya. Tapi bedanya, Tata tak berani memeluk Resa yang terlihat masih marah kepadanya.

Setelah sampai di parkiran sekolah, Tata turun dan membuka helmnya. Kemudian Tata diam menunggu Resa selesai memarkirkan motornya. Tapi setelah selesai, Resa malah berlalu melewati Tata begitu saja, membuat Tata cemberut dan diam di tempatnya seraya melihat Resa.

Resa berbalik, melihat ke arah Tata yang masih saja diam dan melihat ke arahnya gusar.

"Ngapain diem? Mau belajar di parkiran?" Ujar Resa agak keras agar terdengar oleh Tata.

Tata tersenyum tipis dan berlari kecil ke arah Resa. Mereka berjalan dengan Tata yang sesekali melirik Resa, tapi Resa hanya fokus melihat kedepan, membuat Tata hanya menghela nafas kasar.

Brukk

Kemudian ada seseorang berlari dari arah belakang dan lewat di antara Tata dan Resa. Resa menarik kerah belakang bajunya, membuat orang tersebut mundur beberapa langkah seraya tertawa memperlihatkan gigi berpagarnya.

"LO GAK BISA JALAN APA!?" Teriak Resa tepat pada telinga Adam.

"SAKIT TELINGA GUE BEGO!" Balas Adam.

"PERGI LO JAUH JAUH!"

"Dih orang lo yang narik ya bambang!"

Setelah Adam berjalan ke kelasnya, Resa melihat ke arah Tata yang tengah mengusap lengannya. Resa merangkul Tata dan kemudian menggantikan Tata untuk mengusap lengannya. Padahal tak begitu sakit, tapi Resa tetap melakukan hal tersebut.

Tata menahan senyumnya. Ia berpikir, sepertinya Resa sudah tidak marah. Tapi mengapa wajahnya masih saja terlihat kesal.

.





.





.

Kriingg

Bel berbunyi, membuat semua siswa berhambur keluar kelas, termasuk Resa. Resa pergi begitu saja bersama Fadil meninggalkan Tata. Sejak tadi mereka memang tidak mengobrol sama sekali. Tapi kenapa tadi pagi Resa bersikap manis? Membuat Tata bingung saja.

"Lo lagi marahan ya sama si Resa?" Tanya Amel, dan Tata hanya diam.

"Udah ah ayo gak usah cemberut gitu. Udah jelek makin bubuk tuh muka!" Ucap Amel berusaha menghibur.

Ketika sedang berjalan di kantin bersama ketiga temannya, Tata berpapasan dengan Marcel. Awalnya Tata akan menyapa Marcel. Tapi melihat wajah Marcel yang terlihat kesal, Tata mengurungkan niatnya tersebut.

Ketiga teman Tata heran melihat Tata yang sejak tadi hanya diam. Ia memang memesan makanan dan memakannya, tapi hanya sedikit sedikit dan terlihat tidak berselera. Akhirnya mereka bertanya kepada Tata, dan Tata pun menceritakan semuanya.

"Kalo kata gue sih lo yang salah Ta." Ucap Riska setelah Tata selesai bercerita.

"Salah gimana?" Tanya Tata heran.

"Ya seharusnya lo kalo mau main sama Marcel jangan tiap hari juga. Jangan mentang mentang udah punya doi, sodara sodara lo dilupain." Sambung Riska kemudian.

"Tapi gue gak main tiap hari kok. Ya emang sih kemaren kemaren sering main. Tapi kan waktu kak Resa larang, gue gak jadi deh main sama Marcel."

"Tapi keseringan kan jadi." Timpal Amel.

"Ya kan sebelumnya kak Resa keliatan gak masalah. Kata dia asal guenya seneng, ya gapapa juga selagi gak macem macem."

"Tapi lo pake kesempatan itu seenaknya Ta. Harusnya lo juga bisa ngebagi waktu buat sodara sodara lo." Ucap Amel yang membuat Tata diam sejenak.

"Tapi gue juga bingung karena Marcel keliatan marah juga sama gue. Gue harus gimana sekarang?"

"Dia marah gara gara lo ngajak pulang?" Tanya Amanda, dan Tata mengangguk.

"Kayanya sih gitu."

"Ya lo juga salah tiba tiba ngerusak rencana main lo sama Marcel. Harusnya lo gak ngajak pulang juga waktu itu." Ucap Amanda.

"Hah?" Kesal Tata.

"Iya lah. Lo udah ada janji sama Marcel, tapi lo tiba tiba ngajak pulang. Siapa yang gak kesel coba." Sambung Amanda.

"Tapi kan gue pulang juga supaya kak Resa sama Adam gak ngerasa kalo gue prioritasin Marcel."

"Tapi lo tetep salah Ta. Harusnya lo batalin janji di awal awal. Gak ditengah tengah kaya gitu! Lo tuh kalo dibilangim susah ya!" Timpal Riska dengan nada yang agak tinggi.

"Kok jadi gue terus yang salah sih? Gue cerita ke kalian itu buat seengganya ngilangin beban. Kok kalian kesannya jadi kaya nyalahin gue?" Jawab Tata dengan nada yang lebih tinggi.

"Ya emang gitu kenyataannya gimana lagi!" Timpal Riska lagi.

"Dahlah, pusing gue!" Ucap Tata seraya pergi.

"Dih ngambekan najis." Ucap Riska yang masih bisa terdengar oleh Tata.


































Hayolo gelud tuh gelud:(

Thanks for readingg!!

Jangan lupa tinggalkan bintang

❣❣❣

The Perfect SiblingsWhere stories live. Discover now