37. Kebenaran

364 28 0
                                    

Pukul 01.00 malam. Cowok jangkung itu baru sampai dirumahnya setelah mengikuti acara prom night dan kerumah Vela. Dengan penampilan yang berantakan, ia berjalan memasuki rumah yang jarang sekali ia kunjungi.

Jujur, sebenarnya ia malas datang kerumah ini, namun karena ia harus siap-siap untuk pergi ke Jerman besok, pastinya ia harus membawa perlengkapan yang tidak semua ada di apartemennya, sisanya tertinggal dirumah ini. Akhirnya ia memilih datang untuk mengambil barang keperluanya, setelah itu ia akan langsung kembali ke apartemen.

Melangkah pelan memasuki rumah yang sunyi, Revan pikir semua penghuni rumah ini sudah masuk kealam mimpi, namun dugaannya salah.

Prang!

Suara benda jatuh terdengar dari arah dapur, karena penasaran dan takutnya yang membuat bising itu 'maling' Revan menghampiri dapur.

"Ngapain lo?"

"Eh setan!" pekik orang itu kaget.

"Lo yang setan, gue manusia" ujar Revan sinis.

"Lagian lo nganggetin gue bego!, gue kira kan setan" kata Reza kesal.

Revan menatap malas kakak tirinya itu, lalu berbalik, ingin meninggalkan orang yang sudah membuat kebisingan tadi.

"Jangan pergi dulu, duduk dulu sini" kata Reza smbil mendorong bahu Revan untuk duduk dimeja makan.

Dengan malas Revan mengikuti kemauan Reza.

"Lo baru pulang?" tanya Reza memulai obrolan.

"...."

"Muka lo kenapa kusut gitu kaya baju belom digosok?"

"...."

"Woi! gue ngomong ama batu apa ama orang si?, kalo ditanya tuh jawab, nyet" ujar Reza kesal karena dikacangin.

"Bacot"

"Adek tiri laknat lo ye"

"Gue kekamar" kata Revan lalu mulai berjalan menjauhi dapur.

"Lo yakin mau ke Jerman?"

Revan yang mendengar ucapan Reza pun berhenti. Lalu ia merasakan Reza mengahmpirinya.

"Lo udah ngambil keputusan yang tepat, bro" ujar Reza sambil menepuk bahu Revan pelan.

Revan menoleh kearah Reza,  menatap laki-laki itu, "Lo tau apa tentang masalah gue?"

"Gue tau apapun tentang lo, termasuk kesepakatan itu" kata Reza lalu ia kembali duduk dimeja makan dengan tenangnya.

Revan masih diam, melirik kearah Reza yang dengan santainya makan mie instan yang baru dibikin olehnya.

"Kalo penasaran tuh nanya, jangan kebanyakan gengsi  kalo lo ga mau mati penasaran" ujar Reza santai sambil terkekeh.

Revan berdecak malas, lalu dengan berat hati ia menghampiri Reza dan ikut duduk dihadapannya.

"Ceritain semua yang lo tau" ucap Revan to the point.

"Santuy bro, ga mau basa-basi dulu gitu?" kata Reza bercanda.

Revan berdecak malas, "gue serius, njing"

"Ga bisa bercanda amat si lo" kata Reza, lalu ia meneguk air putihnya.

"Sebelumnya gue mau tanya sama lo," Reza menatap Revan, kali ini mulai serius. "lo tau maksud papa ngasih pilihan buat lo?"

"Udah jelas, dia mau nyusahin gue" jawab Revan mantap.

Reza tertawa entah apa yang lucu, "segitu ga sukanya lo sama papa kandung lo sendiri? Sampe lo berprasangka buruk mulu soal papa"

Revan mengernyitkan dahi, "Ga perlu nanya, lo pasti udah tau jawabannya" kata Revan acuh.

[✔] My Only One Where stories live. Discover now