4. Penasaran

1K 72 5
                                    

Bel istirahat sudah berbunyi, banyak anak anak yang keluar kelas untuk menuju ke kantin dan mengisi perutnya yang keroncongan. Termasuk Vela dan kedua sahabatnya. Mereka kini berada di kantin dan sudah memilih tempat duduk yang kosong.

Naya datang dengan membawa nampan merah yang berisi tiga mangkok bakso dan tiga gelas es teh manis yang sudah ia pesan untuk mereka makan. Memang Naya lah yang selalu semangat untuk memesan makana, kebanyakan orang malah malas kalau untuk mengantri dan berdesak desakan untuk memesan makanan, tapi entah kenapa Naya malah sebaliknya. Aneh emang.

"Makanan siap" ucap Naya sambil meletakan bakso dan es teh manis di atas meja.

"Thanks" ucap Vela dan Febby bersamaan.

Vela menyeruput es teh manisnya terlebih dahulu, membiarkan sensasi dingin dan manis menari ditenggorokannya. Sedangkan kedua temannya sudah melahap baksonya dengan rakus.

Vela tak sengaja melihat ke arah pojok kantin yang terdapat sosok Revan dan kedua temannya. Memang tempat duduk di pojok kantin ialah tempat kekuasaan Revan, Sam dan Aldo. Tidak ada yang berani menduduki wilayah mereka.

Vela melihat mereka bertiga sedang asik melempar candaan dan sesekali tertawa. Saat Revan melihat balik kearahnya, Vela pun langsung menunduk dan langsung pura pura memakan baksonya. Ia tidak mau kalau Revan menyuruh nyuruhnya lagi.

Tidak ada lima menit Vela dan Febby sudah selesai menghabiskan semangkuk baksonya. Sekarang mereka kekenyangan dan memilih untuk tetap berada dikantin, karna bel masuk masih tersisa 10 menit lagi.

Naya jangan ditanya kemana, karena ia tadi pamit pergi ke toilet sebentar untuk buang air besar. Karena dari tadi ia mengeluh mules akibat memakan bakso dengan sambal yang terlalu banyak.

Tatapan Revan tak teralih sedikitpun pada seseorang diujung sana. Cewek itu seolah menghipnotis Revan untuk terus memandangi wajah cantiknya. Revan penasaran dengan cewek yang ia lihat sekarang, siapa lagi kalau bukan babunya sendiri, Vela.

"Woy!, bengong mulu lo celeng" ucap Aldo sembari menepuk punggung Revan dengan kencang,  spontan Revan menoleh kearah Aldo yang ada di hadapannya lalu menjitak kepalanya keras. Cowok itu mengaduh kesakitan sambil mengusap usap kepala malangnya.

"Bacot lo" kata Revan.

"Liatin siapa si, Van?" kini giliran Sam yang bertanya.

"Gue kayaknya nggak asing deh sama tuh cewek" ucap Revan seraya menunjuk cewek yang sedang berbincang dengan temannya itu dengan dagu.

"Itukan Vela anak kelas 12 IPA 1, cewek yang lo jadiin babu kan?" tanya Sam kembali.

"Iya gue tau. Tapi dia itu kayak mirip sama seseorang"

"Mantan ya?" tanya Aldo dengan nada bercanda.

"Sok tau lo bambang!" ketus Revan, ia masih menatap kearah Vela.

"Vel, kayaknya elo dari tadi diliatin si Revan mulu deh" ucap Febby dan spontan membuat Vela menengok kearah pojok kantin, dan benar ia melihat Revan yang sedang mengamatinya dari kejauhan sambil menegak air mineralnya yang tersisa setengah.

"Iya nih, gue risih. Kayaknya dia bakal nyuruh nyuruh gue lagi deh" ucap Vela  menatap Febby seolah minta pertolongan.

Kedua temannya sudah tau kalau Vela harus jadi babu Revan selama seminggu ini. Karena Vela sudah menceritakan semuanya kepada mereka.

"Mendingan lo sembunyi aja deh biar ga ketemu dia lagi" saran Febby.

"Mau sembunyi dimana? Kita kan satu sekolahan, pasti bakal ketemu lah"

"Iya juga sih"

BRAK!

Spontan keduanya kaget tiba tiba ada yang menggebrak mejanya keras, lalu keduanya mendongak dan ia langsung mendengus karena melihat Naya yang barusan membuat mereka kaget.

"Kampret!" pekik Febby sambil menjitak kepala Naya keras dan membuat Naya mengusap usap kepalanya yang sakit akibat dijitak oleh Febby.

"Kebiasaan lo ya! Dasar kecebong!" Racau Vela sambil menatap Naya  kesal.

"Hehehe.. Lagian lo berdua kayaknya serius amat, lagi ngapain si?" tanya Naya kepo.

"Lagi mikirin cara buat bikin lo waras!" sahut Febby asal dan membuat muka Naya cemberut.

"Lo kira selama ini gue gila?!" pekik Naya tidak terima.

Vela dan Febby pun tertawa. Setelah puas tertawa dan meledek Naya, mereka memilih untuk kembali ke kelas meskipun jam istirahat belum berakhir.

Saat mereka berjalan beriringan, Vela kaget karena dirinya tiba tiba saja diseret oleh seorang laki laki tinggi dengan paksa dan membuat tubuhnya ikut terseret.

Ia mendongak dan langsung mengetahui siapa cowok yang sudah menariknya. Ia melihat sosok Revan dengan baju yang sudah keluar dari celananya, tidak memakai ikat pinggang, rambut yang acak acakan tetapi tetap tampan bagi kalangan wanita, ia persis seperti preman sekolahan yang seenaknya melanggar peraturan sekolah.

"Lo mau kemanain temen gue!" teriak Febby tidak terima melihat temannya dibawa kabur oleh Revan tanpa ijin. Febby dan Naya berusaha menarik Vela supaya terbebas dari genggaman Revan, namun sayang tenaga Revan lebih kuat dari kedua gadis ini.

Revan berhenti dan kedua teman Vela juga ikut berhenti. Revan menatap Febby dan Naya dengan tatapan tajam dan langsung membuat keduanya membeku ditempat. Mereka takut dengan tatapan Revan yang seolah menusuk mereka.

"Lo nggak usah ikut campur! Ini urusan gue sama nih cewek!" ucap Revan ketus dan kembali menarik tangan Vela dengan paksa.

Febby dan Naya pun tidak berani mengikuti mereka lagi, karena takut pada cowok monster itu.

"Apaan si lo narik narik gue!" racau Vela sambil berusaha melepaskan genggaman Revan.

"Lo mau bawa gue kemana si?!" ucap Vela lagi karena tidak mendapat jawaban dari cowok itu.

"Diem, atau lo gue abisin disini!" ancam Revan sadis. Vela tersentak dan memilih diam.

"Dasar cowok kejam" decak Vela dalam hati dengan melayangkan tatapan kesal ke arah cowok yang memaksanya ini.

Vela hanya menurut dan tidak mengucapkan sepatah kata lagi, ia pasrah mengikuti pergerakan Revan yang entah akan membawanya kemana.

[✔] My Only One Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang