25. Sakit?

544 32 0
                                    

Pagi ini, matahari tidak begitu menyengat kulit. Awan terlihat sedikit mendung membuat semua siswa dan siswi Nusa bangsa tidak kepanasan saat upacara.

Namun karena pidato dari kepala sekolah yang terlalu panjang membuat siapa saja mendumel akibat kakinya yang sudah pegal karena mendengar pidato yang sama sekali tidak mereka dengarkan.

Seperti Revan saat ini, ia berniat untuk melarikan diri dari barisan. Revan sudah muak mendengarkan pidato kepala sekolah yang menurutnya membosankan.

Revan celingak-celinguk melihat keadaan sekitar. Saat dirasa sudah aman, ia mundur perlahan untuk keluar dari barisan.

Dan karena kerjanya yang cukup berpengalaman, jadi hal seperti itu mudah dilakukan oleh Revan. Revan juga selalu memilih berdiri dibarisan paling belakang supaya memudahkannya untuk kabur saat upacara.

Revan berjalan dikoridor, kali ini ia bingung untuk pergi kemana. Biasanya ia akan pergi ke kantin atau ke uks untuk tidur. Tapi Revan tidak ingin melakukan itu semua.

Kaki Revan berjalan menuju kelas IPA1, yang tak lain adalah kelas Vela. Revan tidak tau kenapa ia berjalan ke kelas Vela. Tapi hasratnya mengatakan kalau ia harus kesana.

Dari pagi, Revan tidak melihat sosok gadis itu di sekolah. Saat upacara juga ia belum melihat batang hidung gadis itu.

Maka dari itu Revan harus memastikan sesuatu.

Revan membuka pintu kelas 12IPA1. Didalam tidak ada orang satupun karena semua masih berada dilapangan untuk upacara.

Revan mengahampiri meja Vela, tetapi ia tidak melihat tas cewek itu.

Revan duduk dibangku Vela, lalu mengeluarkan ponselnya dari saku celana. Ia mencari kontak Vela. Kemudian menelponnya.

Tidak ada jawaban dari sebrang sana, yang ada hanya suara operator yang memberitahu kalau nomor Vela tidak aktif.

Lalu jari Revan bergerak untuk mengetikkan pesan untuk Vela.

Knp ga sklh?

Revan mendengus kasar. Pikirannya mulai meracau kemana-mana. Setelah kejadian semalam, Revan tak henti-hentinya mengkhawatirkan cewek itu.

"Kenapa dia ga masuk? Apa dia sakit?"

Revan melihat jam yang melingkar dilengan kirinya. Lalu bergumam, "Upacara pasti selesai sebentar lagi"

Revan memilih tetap duduk dibangku Vela, sembari menunggu kedua teman Vela untuk bertanya tentang keadaan gadis itu. Siapa tau diantara mereka ada yang mengetahui keberadaan Vela saat ini.

Revan menunggu dengan tidak sabar. Duduk dengan gelisah, celingak-celinguk mencari sesuatu yang bisa membunuh bosannya.

Ide jailnya terlintas begitu saja. Ia menggeledah tas cewek yang ada disamping bangku Vela. Revan dapat menebak kalau yang duduk disini pasti diantara kedua sahabat Vela yang biasa Revan lihat.

Ia mencari sesuatu didalam tas berwarna biru itu. Setelah menemukan 2 pulpen dan 1 tipex didalam tas itu, ia langsung memasukannya kedalam saku celananya.

"Lumayan, pulpen gratis" ucapnya sembari terkekeh.

Jiwa jahilnya tak berhenti sampai situ saja. Ia mulai menjelajahi kelas itu, ada tempat duduk seseorang yang ia cari.

Bangku dibelakang bagian kanan menyita perhatiannya. "Pasti itu tempat duduk dia" gumamnya.

Revan mengeluarkan bekas permen karet dimulutnya, kemudian meletakannya dibangku itu begitu saja. Lalu Ia menyobek kertas pada buku yang ada dimeja, lalu mulai menuliskan kata-kata pada kertas itu.

[✔] My Only One Where stories live. Discover now