28. Perkelahian

377 27 0
                                    

Vote dulu sebelum baca(´∀`)♡

'••••'

Keadaan kelas 12IPA1 hening, karena sedang mengadakan ulangan harian dadakan. Tadinya membuat seisi kelas melayangkan protes kepada pak Dadang guru MTK yang tiba-tiba mengadakan ulangan. Tapi percuma saja, karena pak Dadang keukeh buat tetap ngadain ulangan.

Dadakan ya kaya perasaanku yang tiba-tiba suka sama kamu, eh :v

Sudah berjalan satu setengah jam dan Vela masih berkutat dengan selembaran kertas yang berisikan soal-soal yang memusingkan, dan ia lagi mengerjakan nomor 25, kurang 5 soal lagi.

Vela bisa dibilang cepat karna dapat mengerjakan soal dan tinggal tersisa lima. Sedangkan yang lain pasti masih banyak soal yang tersisa. Bahkan ada yang baru mengerjakan 5 soal.

Saat Vela sedang menuliskan rumus unutuk memecahkan soal nomor 26, ada satu gumpalan kertas yang dilemparkan diatas mejanya.

Vela menengok kesekitarnya, namun ia tidak menemukan orang yang kira-kira melemparkan kertas ini, semuanya sibuk menulis jawaban masing-masing. Tapi ia yakin asal kertas itu dari belakang.

Vela membuka kertas itu dan membacanya. Disana terdapat kunci jawaban matematika. Vela dibuat bingung, apa maksudnya seseorang memberikannya ini?

"Pak, Vela nyontek!"

Deg!

Vela melihat kebelakang, dan itu suara Fania yang menuduhnya menyontek.

Vela langsung gelagapan ditempat, sekarang banyak pasang mata yang tengah meliriknya. "Enggak pak, ini bukan punya saya" ucap Vela meyakinkan pak Dadang.

Pak Dadang menghampiri Vela dengan muka garangnya. Ia merebut kertas yang tadi Vela pegang.

"Vela, berani ya kamu nyontek waktu ulangan pelajaran saya!" gertak pak Dadang dengan pelototan matanya yang tajam.

Vela menggeleng, "Enggak pak, beneran itu bukan punya saya" ucap Vela lagi, berusaha meyakinkan.

"Jangan ngelak kamu, jelas-jelas ini ada kunci jawaban. Pantes aja kamu cepet banget ngerjainnya"

"Tapi itu beneran bukan punya saya pak. Sumpah" rasanya Vela ingin menangis saja. Dituduh mencontek. Vela mengerjakan soal ini dengan cepat itu karena kerja kerasnya sendiri, emang dia pintar. Bukan dari hasil kunci jawaban yang entah dari siapa.

"Kamu keluar dari kelas saya, saya akan turunin nilai kamu"

"Tapi pak-"

"Gak ada tapi-tapian. Sekarang cepet kamu keluar, berdiri dilapangan sampe jam istirahat kedua bunyi!" kata pak Dadang tegas.

Vela cuma bisa pasrah. Toh percuma dia membela diri sendiri, tapi ga akan ada yang percaya.

"Pak, Vela ga nyontek pak" kata Febby membela Vela.

"Iya pak, tadi saya liat, kertasnya dari belakang" ujar Naya ikut membela.

"Kalian ga usah membela teman kalian yang jelas-jelas udah salah" omel pak Dadang kepada Febby dan Naya.

"Tap-"

Naya yang ingin melayangkan protes pun terhenti karena Vela memperingatinya lewat tatapan matanya yang seolah berkata 'Udah, gue gapapa'

Vela berdiri dari kursinya, dan melihat sekilas kebelakang. Fania yang duduk dibelakang menatap dengan senyum meremehkan. Dan ia mengucapkan 'Mampus' namun tidak bersuara.

Vela yang sudah tau siapa penyebabnya hanya bisa menahan emosinya. Ia jalan keluar kelas untuk menuju lapangan.

Cuaca siang ini sedikir panas. Ah bukan sedikit, tapi emang benar-benar panas.

[✔] My Only One Where stories live. Discover now