31. Maaf

474 33 1
                                    

"Lo kenapa si dari tadi pagi murung terus" ujar Febby sambil melihat Vela yang menenggelamkan wajahnya dilipatan tangan.

"Gapapa, lagi ga mood aja" jawabnya pelan.

"Yakin gapapa? Kalo ada masalah cerita sama gue" kata Febby.

"Gapapa, Feb"

"Kantin kuy" ajak Naya kepada Vela dan Febby.

"Yoklah" ujar Febby.

"Kalian aja, gue ga ikut"  jawaban Vela membuat dua cewek itu menoleh padanya.

"Kenapa? Tumben amat" ucap Naya.

"Ga laper"

"Yaelah Vel, ga seru lo dari tadi. Muka ditekuk terus, keriput tau rasa lo" ujar Naya.

"Yaudah kita aja, biarin si Vela. Dia kayanya lagi ada masalah" kata Febby, lalu menarik lengan Naya dan membawanya kekantin.

Bukan karena Vela tidak lapar, sebenarnya ia ingin ikut bersama kedua sahabatnya. Namun hari ini Vela sedang menghindari seseorang yang tidak ingin ia temui untuk beebrapa saat, atau mungkin selamanya?

Ah sudahlah kepala Vela terasa ingin meledak hanya untuk memikirkannya.

Vela tidak membenci Revan, hanya saja...

Sedikit kecewa.

Ia tidak akan pernah bisa melupakan perkataan menyakitkan yang Revan utarakan untuknya.

"Si Vela kemana? Tumben kaga ikut?" tanya Aldo yang menyadari ada sesuatu yang kurang.

"Dikelas, ga mau ikut dia" jawab Naya sambil mengaduk siomay miliknya.

"Dia kayanya lagi ada masalah deh. Dia beda dari biasanya" ujar Febby lagi.

"Kira-kira masalahnya apa ya? Apa karna bokapnya lagi?" tanya Sam menerka.

"Engga deh kayanya. Sekarang Vela kan udah ga ada urusan lagi sama keluarga baru ayahnya" Febby menanggapi.

Revan yang sedari tadi menyimak hanya membeku ditempat. Tidak bersuara. Tangannya mengepal penuh.

Pandangannya menerawang, ia teringat tentang semalam.

Ah shit!

Dia lupa sudah melakukan hal gila tadi malam.

Brak!

Spontan Revan memukul meja kantin sehingga membuat suara yang menggema. Orang orang yang berada dikantin menatap kearahnya. Aldo, Sam, Naya dan Febby pun teelonjak kaget karena ulah Revan.

Bahkan Aldo hampir tersedak bakso karena terlalu kaget.

"Kenapa si anying ngaggetin aja" pekik Aldo kesal.

Revan tidak menjawab, ia langsung pergi dari kantin. Meninggalkan teman-temannya yang masih makan. Menyisakan banyak pertanyaan yang mulai muncul dipikiran mereka semua.

Bahkan bakso milik Revan ditinggalkan begitu saja, padahal belum ada satupun bakso yang dilahap sang pemilik.

"Dia napa dah?"

Pertanyaan Sam hanya dijawab gelengan kepala oleh temannya.

Berjalan tergesa dikoridor sekolah. Memikirkan kebodohan yang ia lakukan. Ingin sekali menghajar dirinya sendiri karena sudah berbuat hal gila seperti itu kepada Vela.

Pasti Vela tidak akan pernah memaafkannya.

Brak!

Pintu terbuka lebar, membuat beberapa murid yang berada dikelas melihat kearah suara. Mata Revan menyapu keseluruh ruangan, namun ia tidak mendapati sosok yang ia cari. Perasaan kian bergejolak sekarang.

[✔] My Only One Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang