29. Perang dingin

410 28 0
                                    

Vote dulu sebelum baca.

Hppy reading:*

'••••'

Ruang BK.

Disinilah Vela sekarang. Ruang yang sangat keramat bagi Vela, karena ini baru pertama kalinya ia berdiri sambil di introgasi oleh guru.  Vela sangat malu sudah melakukan kesalahan. Tapi ini bukan sepenuhnya salah Vela bukan?

Vela hanya bisa menunduk dan duduk tegang menghadap Pak Roni selaku guru BK. Disampingnya ada Fania yang juga duduk namun ia duduknya agak jauh, supaya jaga-jaga kalau nanti keduanya akan bertengkar lagi.

"KENAPA KALIAN TADI BERTENGKAR? MAU JADI JAGOAN? HAH?!" bentak pak Roni, membuat Vela sedikit terlonjak kaget.

"Dia duluan pak yang nampar saya, gara-gara ga terima saya laporin dia nyontek pas ulangan"  ucap Fania seolah menyalahkan Vela.

Shit.

Padahal Fania lah yang sudah memancimg emosi Vela dan memfitnahnya.

"Bukan saya pak, dia duluan yang cari gara-gara sama saya" ujar Vela.

"DIAM KALIAN!" kata pak Roni tegas, membuat keduanya diam.

"Vela, saya sudah dengar hal ini dari pak Dadang kalau saat ulangan tadi kamu mencontek. Dan kamu juga lari dari hukuman yang udah diberikan pak Dadang. Apa kamu masih mau mengelak?" ucap pak Roni menatap tajam Vela.

"Engga pak. Saya dituduh mencontek, saya ga pernah nyontek pak. Dan soal lari dari hukuman itu memang benar itu salah saya. Tapi sumpah pak saya ga pernah nyontek" jelas Vela menekankan katanya supaya pak Roni percaya padanya.

"Sudahlah ga usah mencari alasan lagi. Semua ada bukti contekan kamu dikelas"

"Tap-"

"Jangan menjawab lagi" kata pak Roni menyela ucapan Vela.

"Dan kamu Fania. Kamu itu siswi baru yang baru masuk hari ini, tapi udah bertengkar dan masuk ruang BK, saya ga ngerti apa yang kamu pikirin. Ini tuh sekolahan bukan tempat buat tenar doang. Kamu ini niat ga sih masuk kesekolah ini?" kata pak Roni yang memarahi Fania.

"Saya tetep merasa ga salah kok pak" jawab Fania santai. Fania  menampilkan muka tidak pedulinya. Lain dengan Vela yang sudah takut setengah mati.

Pak Roni menghela napas mendengar jawaban Fania yang kelewat santai, "Sekarang saya akan memanggil wali kalian" ucap pak Roni.

Vela membelalakan matanya, "Pak, jangan panggil orangtua saya pak. Kasih saya hukuman apa aja asalkan jangan panggil orangtua" ucap Vela memelas, berharap pak Roni mengasihani Vela dan tidak jadi memanggil orangtua.

"Tidak ada bantahan, sekarang saya akan menghubungi orang tua kalian" final pak Roni tak terbantahkan.

Vela menggigit bibirnya, panik. Ia tidak mau kalau mamanya tau kalau Vela bertengkar dan membuat mamanya kecewa.

"Pak, mama saya lagi di luar kota" ucap Vela. Ia tidak berbohong, memang benar kalau mamanya sedang di luar kota karna kerjaan.

"Jangan bohong"

"Beneran pak, orangtua saya lagi di luar kota" kata Vela meyakinkan.

Pak Roni menatap Vela berusaha mencari kebohongan dari matanya, tapi pak Roni tidak menemukannya, "Lalu siapa yang akan bersedia hadir menjadi wali mu disini?" tanya pak Roni.

"Mungkin kakak saya bisa pak" jawab Vela pelan.

"Yasudah, kasih saya nomor kakakmu" Vela terpaksa memberi nomor kakaknya. Ia tidak bisa mengelak lagi sekarang.

[✔] My Only One Where stories live. Discover now