Chapter 4

4K 223 13
                                    

Suara itu terdengar sangat ramah, namun Seroja takkan tertipu sedikit pun. Ia mengenal baik kebuasan dan kemurkaan dalam mata coklat gelap. Bahkan celemek hitam motif beruang rilakkuma yang dipakai Desna pun tidak dapat mengurangi aura mengerikannya. Seketika Seroja merasakan hantaman yang lebih menakutkan dibanding kematian di dadanya.

Seroja segera menyentak tangan Kyne dengan keras dan sengaja melangkah di antara mereka berdua. "Dia sudah mau pulang, Desna. Kau tidak perlu menawarkan makan malam padanya," ujar Seroja serak, tahu kalau suaminya tidak mungkin menawarkan jamuan pada pria lancang ini.

"Jadi pria ini yang membuatmu berpaling dariku?" tanya Kyne sambil menyandarkan punggungnya ke mobil dan melipat tangan di depan dada. "Padahal akulah yang mendapatkan first kiss-mu."

"Kau..."

Seroja tak melanjutkan desisannya karena merasakan sosok melesat cepat di sampingnya. Ia terbelalak kaget melihat Desna menerjang maju dengan tinju yang siap menghantam wajah Kyne. Namun Kyne yang sudah tahu apa yang Desna lakukan hanya bergeser sedikit hingga tinju Desna beralih menghantam kaca mobil itu hingga hancur berkeping-keping.

"Siapa dan mau apa kau kemari, bocah tengik?" tanya Desna masih dengan suara dingin, namun kental dengan kemarahan. "Jangan berlagak kau adalah mantannya. Aku tahu Seroja bukan gadis bodoh yang mau jadi pacarmu."

Kedua pria itu saling menerjang bagai pejantan di musim kawin. Untuk sesaat Seroja tercengang menatap perkelahian mereka hingga tidak melakukan apapun selain bengong. Gadis itu melihat Kyne melayang dan jatuh berdebum ke arah pot tanaman hiasnya. Kyne segera bangkit meski berdarah-darah sambil melayangkan tinjunya.

Seroja berteriak-teriak, entah apa yang diserukannya. Membuat gadis tangguh itu tak ubahnya tokoh utama dalam drama picisan di televisi. Sadar itu tidak berguna, Seroja melempar benda terdekat ke arah mereka berdua. Kyne yang mendapat lemparan helm langsung menoleh kaget, namun Desna yang mendapat lemparan batu bata tidak bereaksi bahkan tinjunya yang masih melayang mendarat tepat ke wajah Kyne dengan kerasnya. Seakan belum puas, Desna meraih kerah baju Kyne dengan kepalan kuat di tangan lainnya, siap memukul.

"Desna!" teriak Seroja dengan pot sedang terangkat tinggi-tinggi. "Lepaskan dia atau kulempar kau dengan ini!"

Desna menoleh dan mencampakkan Kyne yang sudah setengah sadar di tanah. Ketika matanya dan Seroja bersirobok, Seroja bisa merasakan bara amarah dalam mata itu. Mereka saling menatap sampai kemudian seorang pemuda sedari tadi menunggu dalam mobil keluar untuk memapah Kyne.

"Maafkan sepupuku. Aku akan membawanya pulang."

"Bagus. Nasehati dia agar tidak mengganggu rumah tangga orang," ujar Desna tanpa melepas pandangannya pada Seroja. "Mau melemparku dengan itu? Lakukan!"

Seroja merasakan ketakutan mencengkramnya semakin erat tiap pria itu melangkah mendekatinya. Ia bersyukur tempat tinggal mereka jauh dari pemukiman hingga ia tidak menjadi tontonan gratis. Gadis itu meletakkan pot di tangannya dengan setengah membanting lalu balas menatap tajam.

"Aku tidak akan melakukannya jika kau tidak tenang. Demi Tuhan! Kau nyaris membunuhnya!"

"Kenapa kau begitu peduli padanya?"

Suara Desna masih setenang air danau dan sedingin es. Namun Seroja merasa tidak tenang, dia lebih senang menghadapi Desna yang marah-marah. Jawaban yang siap dilontarkan tiba-tiba saja tertahan di tenggorokan. Tiba-tiba saja Desna melangkah cepat dan memanggul Seroja di bahu seperti karung beras. Pria itu mengabaikan teriakan dan pukulan gadis yang dibawanya. Ia segera mengunci pintu ketika memasuki kamar lalu menurunkan Seroja hati-hati.

"Kau salah paham. Aku bisa saja menghajarnya habis-habisan seperti yang kau lakukan tapi pria sialan itu menyembunyikan adikku entah dimana."

"Dan kau membiarkannya menyentuhmu untuk mengetahui keberadaan adikmu?"

When The Darkness Calling BackWhere stories live. Discover now