The Days Without You

3.5K 184 46
                                    


RangdaxAtila

Rangda menghentakkan kakinya kesal sambil menjauhi ruang kerja Gabrielle. Pasangan homo gila itu sedang asyik mengerang menikmati gulat bugil yang sampai saat ini tidak Rangda mengerti dimana nikmatnya. Gadis itu berniat menghampiri kamar yang didiami oleh Liam dan Nue. Dia yakin ibu angkatnya itu mau menemaninya bermain. Tapi suara yang sama menyambutnya sebelum ia sempat mengetuk pintu, membuat Rangda cepat-cepat pergi.

"UGH! Tidak Michael, tidak Liam! OLD MAN IS PERVERT!" seru Rangda kesal setengah mati.

Kadang dia heran, sebenarnya ini tempat berkumpulnya para pembunuh haus darah atau rumah seks, sih?! ARGH! Andai saja Lotus atau Ren tidak pergi untuk misi, Rangda yakin mereka akan bersedia menemaninya bermain. Tidak seperti para anggota Death Shadow lain yang langsung kabur mencari aman saat ia baru menyapa mereka.

Rangda menghela nafas kesal saat orang kesekian yang ia sapa kabur tanpa membalas sapaannya. Gadis itu memilih untuk membuat segelas susu hangat di dapur. Mungkin dengan itu dia bisa segera tidur. Langkah gadis itu terhenti saat menyadari ada seseorang di dapur yang sedang membuat teh.

Seorang remaja tanggung, usianya mungkin tiga belas sampai lima belas tahun, plester dan perban menempel di tubuhnya di sana-sini. Dia ingat itu anak asuh Lotus dan Ren, Daiwa Atila. Seolah menyadari kehadirannya, Atila menoleh ke arah Rangda dan mengangguk samar. Spontan Rangda ikut mengangguk samar sebelum melangkah masuk ke dapur.

"Kau belum tidur?"

"Belum bisa tidur kalau belum minum teh hangat. Kak Rangda mau kubuatkan sesuatu?"

"Susu cokelat."

Entah kenapa Rangda malu sendiri mengucapkan minuman favoritnya. Anehnya, Atila tidak merespon dengan tatapan heran atau menertawakannya. Remaja lelaki itu tersenyum lalu menyeduh susu cokelat untuk Rangda. Setelah minuman sudah tersaji di meja makan, mereka meminumnya dalam suasana hening yang canggung.

Sesekali Rangda melirik Atila, teringat bagaimana remaja lelaki itu melawan Michael yang jelas-jelas terlalu berat untuk dilawannya. Tapi Atila pantang menyerah, dia terus melawan meski tulang-tulangnya berderak, meski luka-lukanya makin menganga, meski darah terus mengalir hingga menetes ke lantai. Liam mengagumi kegigihannya dan menerimanya melatih Atila lebih keras agar layak menjadi anggota Death Shadow.

"Kenapa?"

Lamunan Rangda tersentak. Gadis itu menunduk gugup. "Tidak. Hanya berpikir kenapa kau ingin bergabung ke sini?"

"Untuk menjadi kuat. Agar bisa melindungi orang-orang yang berharga bagiku."

"Tidakkah terlalu berlebihan dengan bergabung di sini? Maksudku... kau bisa melatih diri di dojo atau tempat latihan bela diri, kan? Tempat ini terlalu kejam dan..."

"Pada dasarnya dunia ini memang kejam, kok. Aku sudah melihat buktinya."

Rangda melihat kebencian sedingin es abadi dalam mata Atila. Kehangatan saat remaja itu menyodorkannya segelas susu hilang sepenuhnya. Rangda mengangkat tangannya, mengusap-usap rambut Atila dengan lembut, kemudian ia memeluk remaja lelaki itu dengan erat.

"Kau pasti bisa lebih kuat! Aku yakin!"

"Thanks, kak Rangda." Atila balas memeluknya erat lalu menghela nafas. "Aku jadi ingat kak Raini selalu memelukku begini sampai aku tertidur."

"Kalau begitu sebagai kakak yang baik, aku akan memeluk Atila sampai tertidur! Ya? Ya? Ya? Atila mau jadi adikku, kan?"

"Ahaha. Tentu saja."

Suara jam weker di atas meja kecil samping ranjang membuyarkan mimpi Rangda. Wanita muda itu bangun dari tidurnya sambil mengusap-usap matanya dan mematikan alarm yang terus berdengung. Ia mengangkat tangannya tinggi-tinggi seolah hendak meraih langit untuk meregangkan tubuhnya. Setelahnya, ia menoleh sampingnya, ke sisi tempat tidurnya yang kosong dan terlihat rapi.

When The Darkness Calling BackWhere stories live. Discover now