Brotherhood

2.1K 165 43
                                    


DamianxDesna

Tubuh Damian terpental hingga punggungnya menabrak dinding. Pria itu meringis saat rasa sakit menjalari pipinya. Diusapnya pelan darah yang mengalir di sudut pipinya sambil mengangkat tubuhnya untuk berdiri. Mata abu-abu cemerlangnya menatap sosok tinggi yang baru saja meninjunya, seorang pria berparas Asia yang tersenyum lebar.

"Akhirnya tiba juga saatnya untuk mengirimmu kembali ke rumah sakit, lil bro. Sebagai kakak yang baik, aku akan memberimu pelajaran karena sudah berusaha merebut milikku," gumam Desna sambil melemaskan jari-jarinya.

Senyum meremehkan menghiasi wajah sejuta dollar Damian. "Heh. Kau pikir aku akan membiarkanmu menghancurkan wajahku dengan mudah, big bro."

"Kalau begitu, akan kuukir rasa sakit dan penderitaan istriku di wajah congkakmu itu!"

Desna kembali menerjang, melancarkan tinjunya kembali ke wajah Damian. Bogem mentah itu berhasil dihindari Damian. Dia tahu ini akan terjadi, saat dimana Desna akan meremukkan tubuhnya karena penderitaan yang sudah dilakukannya pada Seroja. Tidak ada lagi pangkat seorang atasan dan bawahan di antara mereka, hanya ada ikatan persahabatan yang mulai koyak karena sebuah pengkhianatan.

Memang benar yang dikatakan orang. Wanita mampu menghancurkan pria, bahkan hanya dengan keberadaannya.

Tendangan berputar Desna mengenai rahang Damian dan Damian membalasnya dengan tinju di rusuk. Damian tidak akan marah dengan semua serangan Desna, tapi dia harus tetap mempertahankan diri agar Desna tak kelewatan semangat untuk membunuhnya. Dia berjanji pada Seroja untuk tetap hidup sampai memiliki penerus yang layak dan dia masih belum mau terlalu cepat meninggalkan Lucca yang dicintainya dan akhirnya balas mencintainya.

Desna berhasil mendaratkan lagi tinjunya ke wajah Damian dan menikmati rasa sakit ketika buku jari bertemu dengan daging. Sesuatu robek saat ia menerkam Damian dan tubuh mereka tersungkur di lantai. Desna tahu Damian bukan pria lemah hingga butuh pengawalan. Semua pengawalan itu hanya untuk formalitas, dia tahu benar seberapa kuat pria yang berada di bawah tubuhnya itu.

Sikut Desna masih menekan leher Damian kuat-kuat, menghambat jalur oksigen di sistem pernafasannya. Damian tak membiarkan Desna membunuhnya karena sesak nafas, jadi ia menghantam tinjunya ke dada Desna hingga pria itu menyingkir dari atas tubuhnya. Desna tidak akan membiarkan Damian lolos, jadi ia mengacuhkan rasa sakitnya dan kembali menyerang Damian.

Damian melompat ke atas meja kerjanya, Desna mengejar dan memindahkan arena pertempuran ke atas meja yang sempit. Kesempatan, dan juga ancaman. Begitu ada yang jatuh, maka dengan mudah lawan di atas akan menerjang dan membuat gravitasi mendukung serangan selanjutnya. Desna mendapat kesempatan itu, menerjang Damian hingga tubuh pria itu jatuh lalu menindihnya. Kepalan tangan Desna menghujam wajah Damian berkali-kali, hingga lebam memenuhi wajah pria itu dan buku-buku jarinya makin terluka.

Sejam kemudian, kelelahan menghentikan pertarungan mereka. Kedua pria itu terkapar di lantai, di antara properti ruang kerja Damian yang hancur lebur, dengan tubuh penuh memar dan luka berdarah-darah. Damian melihat Desna sudah kepayahan untuk mengangkat tubuhnya sendiri lalu mengumpat sendiri saat tubuh tersungkur kembali ke lantai. Tanpa sadar Damian tertawa lalu meringis saat rasa sakit nyaris merobek bibirnya.

"Kenapa kau tertawa?"

"Tidak." Damian menatap langit-langit ruangannya dengan sayu. "Aku minta maaf, Desna. Sungguh, hal yang terjadi saat itu hanya karena manifestasi amarahku. Aku benar-benar gelap mata."

"Berhubung aku sudah puas mendengar tulang-tulangmu patah dan wajahmu sudah hancur, maka aku akan memaafkanmu."

"Apa kau akan mengijinkanku untuk menemui si kembar?"

When The Darkness Calling BackTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang