Chapter 9

3K 211 41
                                    

Kehilangan umpan untuk memancing ikan yang diinginkannya tidak membuat Kyne bertingkah seperti pecundang yang akan menghabiskan semua waktunya dengan alkohol dan nikotin. Dia masih punya cukup akal sehat dan kewarasan untuk menyibukkan dirinya dengan penjualan saham dan joint venture perusahaannya dan keluarga.

Kyne menekan kode apartemennya. Insiden heboh di mansionnya membuat ia terpaksa mengungsi di apartemennya. Pasalnya, bukan hanya karena ia kehilangan Vanessa dan melihat beberapa anak buahnya dibantai. Mansionnya rusak di beberapa tempat karena diledakkan, kemungkinan orang yang mengacau itu memasang bom agar kerusakan mansionnya bisa menjadi piala kemenangan. Pria itu yakin benar bahwa pelakunya pasti Seroja, kakak Vanessa sekaligus orang yang diincarnya. Sayangnya ia tidak punya bukti sama sekali. Kamera cctv mati saat kejadian, anak buah yang berhadapan dengan pelaku semuanya tidak bernyawa.

Itu membuatnya frustasi.

Suasana remang-remang menyambut Kyne saat memasuki ruangan. Tangannya meraba-raba dinding, mencari tombol lampu. Tapi saat menekan tombol itu, lampu masih tetap tidak menyala.

Gom-se-mari-ga han ji-bae iss-eo
a-pa-gom, eo-ma-gom, a-gi-gom
a-pa-gom-eun dung-dung-hae
eo-ma-gom-eun nal-shi-nae
a-gi-gom-eun neo-mu gi-yeo-wa
eu-seuk eu-seuk chal-han-da

Denting piano dan nyanyian itu mengalihkan perhatian Kyne. Dahinya mengerut saat mendengar lagu Gom Se Mari, lagu yang biasa ia nyanyikan saat masih kecil. Dengan langkah hati-hati agar tidak menabrak furniture, ia mendekati asal suara itu.

Di depan piano kayu jati, duduk sosok wanita berambut panjang yang menutupi punggungnya. Angin berhembus pelan dari jendela yang terbuka, mengibarkan tirai putih dan rambut sosok itu seolah hendak menguarkan aura horor di sekelilingnya. Para penakut mungkin akan langsung berpikir sosok itu adalah hantu. Tapi Kyne yang tidak percaya hal mistis tahu bahwa sosok itu pasti manusia.

Kyne baru sadar ada aroma mawar tua yang semakin pekat ketika ia makin dekat dengan sosok itu. Ia berhenti setelah merasa jaraknya dengan sosok itu cukup dekat. Setelah mengulang lagu untuk yang kelima kalinya, sosok itu berhenti menyanyi dan berbalik meski tidak bangun dari kursinya.

“Ah… beruang pedo sudah pulang ke rumah.”

“Huh?” Kyne mengerutkan dahinya. Tersinggung dengan panggilan wanita itu padanya. Beruang pedo? Yang benar saja! Atas dasar apa makhluk tidak jelas di depannya memanggil begitu? “Siapa kau?”

“Menurutmu?”

Di saat bersamaan, awan berarak pelan di langit malam. Rembulan yang sedari mengintip malu-malu kini bersinar dengan cahaya biru temaram yang terkesan misterius. Cahaya bulan yang berbeda dari biasanya itu menyinari wajah sosok tersebut, membuat Kyne mengenali sosok itu dalam sekali lihat. Sayang ia tak sempat berbicara karena aroma mawar tua yang sedari tadi dihirupnya membuatnya lemah. Tubuhnya ambruk begitu saja.

Kyne masih melihat sosok itu tertawa sambil memutar-mutar pisau di tangannya. Pria itu berusaha keras menggerakkan tubuhnya saat merasakan tanda bahaya meraung keras dalam dirinya. Namun sekuat apapun ia berusaha, tubuhnya tetap kaku.

Ia tak mampu merasakan ketika pisau itu menghujamnya berkali-kali, mencabiknya dan mengulitinya. Karena wanita itu sudah mengayunkan pisau itu lebih dulu untuk merobek lehernya. Membiarkan darah mengucur deras bagaikan aliran sungai. Seiring dengan menancapnya pisau itu ke tubuh Kyne, lagu Gom Se Mari terus terlantun di bibir wanita itu. Dengan suara dingin yang menyeramkan.

Gom-se-mari-ga han ji-bae iss-eo
a-pa-gom, eo-ma-gom, a-gi-gom
a-pa-gom-eun dung-dung-hae
eo-ma-gom-eun nal-shi-nae
a-gi-gom-eun neo-mu gi-yeo-wa
eu-seuk eu-seuk chal-han-da

When The Darkness Calling BackWhere stories live. Discover now