Gift Part

3.7K 258 62
                                    

Hiren Radheya, 25 tahun

New York, USA

Dari atap sebuah bangunan, Hiren mengamati gadis remaja itu sambil memutar gagang lolipop karamel yang sedang dinikmatinya. Gadis itu mengenakan kaus ketat hitam dengan motif permata di dadanya, tangannya memegang sebuah bat besi berlumuran darah yang pasti ia gunakan untuk menghajar perampok perhiasan yang tergeletak di sekitar kakinya. Wajahnya yang dihiasi riasan semacam cat tersenyum dingin. Cantik dan mengerikan di saat yang sama.

Suara sirine mobil patroli membuat gadis itu segera melesat pergi meninggalkan gang itu. Hiren mengikuti langkah gadis itu sesenyap malam. Saat gadis itu berada di tempat sunyi untuk membersihkan riasan wajah dan membersihkan bat besinya, barulah Hiren menampakkan wujudnya di hadapannya gadis itu.

"Jadi ini alasan kenapa kau selalu mengantuk di kelas, Lyra Alexandria Flohr?" tanya Hiren dengan nada seperti ayah pada anaknya.

Gadis itu tersentak kaget sampai menjatuhkan bat besinya. Ia menatap horor Hiren yang melangkah mendekatinya. "K-kau lihat?"

"Yah, semuanya. Memang. Darah selalu lebih kental dari air. Kau seperti ibumu."

"Aku memang ingin seperti ibu." Lyra menggigit bibirnya gelisah. "Please, jangan katakan pada orang tuaku tentang hal ini. Mereka pasti akan menendang bokongku sampai ke Alaska."

"Kalau ibumu, aku ragu dia kecewa. Dia pasti akan langsung buat pesta perayaan. Ayahmu, kurasa selama akademimu tidak terganggu karena hal ini, dia akan mengijinkan. Dan... jangan sampai kau mengganggu bisnisnya juga."

"Kau yakin?"

"Tenang saja. Aku akan bantu bicara."

Lyra tersenyum pada pria kepercayaan ayahnya. Tiba-tiba ia mencium aroma selain citrus segar lain dari diri Hiren. Aroma yang serupa dengan bat besi Lyra meski tampak samar. Darah.

"Kau... baru selesai 'bertugas'?"

Hiren hanya tersenyum menjawabnya. Lyra tahu tentang pekerjaan ilegal ayahnya, tentang obat-obatan dan senjata yang dijual di pasar gelap, juga pasukan bayangan bernama Death Shadow yang membereskan pengganggu bisnis. Hiren dan Shuiren juga termasuk dalam pasukan itu, mengikuti jejak orang tua mereka yang juga merupakan anggota terbaik dalam Death Shadow.

Hiren baru saja berniat mengantar Lyra pulang, namun smartphone yang bergetar di sakunya menghentikan niatnya. Ada panggilan video dari Arwen, istrinya. Pria itu tidak akan pernah bisa menghentikan senyumnya jika melihat nama itu atau bahkan melihat bayangan wanita itu di pikirannya. Butuh perjuangan keras selama dua belas tahun untuk bisa membuktikan pada model tunarungu terkenal itu bahwa perasaannya tulus, bukan obsesi berlebihan sejak kecil.

Wajah Arwen terpampang jelas di layar. Tetap cantik meski usianya sudah kepala tiga. Dilihat dari dress yang masih dipakainya, sepertinya Arwen baru selesai melakukan pemotretan untuk menjadi model dari perusahaan perhiasan emas putih.

"Sudah selesai?" Hiren melihat Arwen menjawab dengan anggukan. "Aku akan segera pulang setelah mengantar Lyra."

Aku punya kabar gembira! Arwen terlihat bersemangat saat melakukan bahasa isyaratnya.

"Kabar apa?"

Aku mendapat job untuk memperagakan baju-baju dari designer Edna! Di empat kota Eropa!

"Wow! Kita harus merayakannya!"

Aku sudah siapkan makan malam. Juga sesuatu yang kau suka!

Dahi Hiren mengerut saat melihat Arwen menghilang dari layar. Beberapa saat kemudian, wanita itu muncul lagi dengan menggunakan aksesoris kepala berbentuk telinga kucing dan celemek putih yang membalut dressnya. Sedetik kemudian, darah muncrat dari hidung Hiren.

When The Darkness Calling BackWhere stories live. Discover now