Chapter 1

5.2K 276 9
                                    

Dalam kegelapan yang menyelimuti, Desna tertegun menatap pria di hadapannya. Pria itu ras Kaukasia, dengan mata sebiru langit dan rambut merah gelap. Desna mengenal pria itu meski belum pernah bertemu langsung, pria yang ia lihat dalam potret keluarga Seroja. Kira Radheya.

Kira mengangkat tangan, jari telunjuknya mengarah pada Desna. Ah, bukan. Lebih tepatnya ke belakang Desna. Desna pun segera berbalik dan terkejut mendapati pemandangan mengerikan.

Seorang gadis berambut merah tertahan di dinding dengan tongkat besi menusuk hingga tembus di beberapa bagian tubuhnya ; betis, paha, bahu, telapak tangan. Gadis itu menunduk, membiarkan rambutnya terurai jatuh menutupi wajahnya. Meski begitu, Desna tahu siapa gadis itu hanya dengan mencium aroma yang dikenalnya. Minyak telon dengan aroma lavender dan camomile.

Kau tidak bisa melindunginya

Mata Desna sontak terbuka. Dadanya naik turun seiring dengan nafasnya yang terengah. Tangannya mengusap keringat dingin yang membasahi keningnya.

Mimpi, batin Desna sambil memejamkan matanya kembali dan memijat kedua pelipisnya.

Geliat kecil di samping membuat Desna menoleh lalu tersenyum. Tubuh polos seorang gadis - ah, bukan, seorang wanita muda tepatnya, tengah merapat ke tubuhnya seolah berusaha mencuri kehangatannya. Tangan Desna terulur mengusap rambut merah gelap wanita itu, wanita yang sudah resmi menjadi istrinya dua minggu lalu.

Mau tidak mau Desna tertawa kecil mengingat ketika mengutarakan maksudnya untuk meminang Seroja dan meminta pak Yana untuk menjadi wali. Permintaan Desna yang mendadak membuat keluarga pak Yana dan keluarganya sendiri mengira Seroja sudah berbadan dua. Mira, kakak iparnya sekaligus ibu Suzy bahkan sampai melakukan tes kehamilan pada Seroja saking tidak percaya. Yah, Desna tidak bisa menyalahkan mereka semua mengingat banyak sekali reputasi buruknya pada para wanita.

Desna menggunakan adat Sunda dalam lamaran dan upacara pernikahannya, pengaruh adat mendiang nenek yang disayanginya sudah melekat pada Desna. Pria itu tidak akan lupa saat Seroja harus melakukan tradisi pingitan selama sebulan penuh, proses yang sukses membuat Desna rindu setengah mati karena tidak bisa bertemu dan mengetahui kabar si mungil kesayangannya.

Namun rasa rindu Desna yang menggunung terbayar setelah ia mengucapkan ijab qobul. Wanita yang dinantinya keluar dari kamar dengan diiringi bu Rena dan Suzy, mengenakan sebuah kebaya putih cantik, make up sederhana dan senyum malu kesukaannya. Mata sehitam malam itu bercahaya ketika bertatapannya, benar-benar menambah kecantikan terpendam yang dimiliki wanita itu.

Sehari setelah upacara sakral nan sederhana itu, Desna memboyong Seroja ke sebuah pulau pribadi untuk menikmati bulan madu selama dua minggu. Berjalan santai di hamparan pasir putih, berenang di tepi pantai, dan tentu saja yang tak mungkin bisa Desna lupakan saat bisa menyentuh lembut tubuh Seroja yang sudah sah menjadi miliknya hingga wanita itu menjerit nikmat di antara deru ombak yang terdengar di luar villa.

Desna mengecup lama bibir Seroja sebelum beranjak dari ranjangnya. Ia menatap pakaian yang berserakan di lantai sambil menggaruk kepalanya yang tidak gatal, mengingat betapa tidak tahu malunya menyerang Seroja semalam. Padahal mereka baru saja pulang dari perjalanan jauh. Pria itu memakai celana yang teronggok di lantai. Setelah menarik resleting, ia berjalan ke dapur. Dan tidak menyadari Seroja menggeliat kembali dalam selimutnya dengan dahi berkerut.

*_*_*

"Kak Chandni, bangun. Bangun."

Dahi Seroja mengerut dalam. Suara itu tak henti mengganggu tidurnya. Segera ia menarik selimut hingga menutupi kepalanya, namun sedetik kemudian selimut itu ditarik cepat hingga teronggok di lantai. Seroja menatap sebal ke arah pemilik suara yang sudah mengganggu tidurnya. Gadis dengan wajah sama persis seperti dirinya namun berambut hitam dan bermata biru langit.

When The Darkness Calling BackWhere stories live. Discover now