Chapter 2

4K 233 19
                                    

Zürich, 20 tahun lalu

Kira menatap bayi prematur yang baru lahir kemarin lusa itu lewat kaca besar di depannya. Bayi itu terbaring damai dalam inkubator, tubuhnya tak lebih besar dari botol air mineral, kulitnya memerah meski tak semerah helaian rambutnya. Tatapan pria itu teralih pada bunga lotus di tangannya, teringat permintaan kecil istrinya yang kini masih berada dalam ruang perawatan.

Bisakah kau membawakan bunga lotus untuk putri kecil kita? Kumohon…

Pria itu mendesah pelan dan kembali menatap putri kecilnya. Sejak terlahir ke dunia hingga detik ini, bayi itu tak menangis seperti halnya bayi lain jika baru lahir. Diam tak bergerak, hanya dadanya yang bergerak naik turun menandakan bahwa ia bernafas. Kira teringat perbincangannya dengan dokter yang menangani putrinya itu, kekhawatiran mengenai resiko yang biasa dialami bayi prematur.

Matanya birunya terpejam perlahan, meresapi heningnya suasana rumah sakit di malam hari. Tempat ini tak benar-benar sepi, ia masih mendengar suara langkah kaki perawat, roda-roda yang menggelinding, juga peralatan medis penopang hidup. Namun ada suara lain yang menarik perhatiannya.

Suara mesin yang bergerak naik. Lift? Ya, itu suara lift. Suara yang bergeser itu pasti pintu lift yang terbuka. Dan suara selanjutnya berhasil membuat mata biru itu terbuka dengan waspada. Langkah kaki bergerak bersamaan, letusan yang tertahan, sesuatu yang roboh ke lantai. Pria itu menatap ke arah asal suara, menanti apa yang akan mendatanginya.

“Kenapa kalian menyeretku dan keluargaku dalam perang kalian?”

Seakan menjawab gumaman pria itu, jendela di dekatnya hancur berkeping-keping. Sosok pria berpakaian serba hitam menerobos masuk sambil menggendong seseorang di punggungnya.

“Nue-chan dan Liam datang menyelamatkan!” seru wanita muda yang digendong. “Hai, Black!”

Kira melengos mendengar wanita Jepang yang ia kenal bernama Nue sambil memutar mata birunya, ia kesal dipanggil dengan codename-nya. Baru saja Nue turun dari gendongan, Kira mencengkram baju Liam dan mendorong pria itu hingga punggungnya membentur dinding. “Aku bersumpah akan membunuhmu jika kecelakaan istriku ada kaitannya dengan Death Shadow!”

“Tenangkan dirimu, Black! Apa menikah membuatmu selemah ini?”

“Bedebah! Istri dan kedua putriku nyaris mati!”

Menghiraukan kedua pria yang sedang bertengkar itu, Nue memasuki ruangan tempat bayi kecil itu berada. Wanita muda itu takjub melihat tubuh bayi itu lebih kecil dari ukuran bayi normal. Nue menggendongnya perlahan dan memperhatikan baik-baik. Wajah dan kulitnya khas Asia Tenggara – berbanding terbalik dengan Kira yang Irlandia-Rusia, yang mirip dengan Kira hanya helaian rambut merahnya.

Nue meletakkan tangan putihnya di kepala bayi itu sambil memejamkan mata. Dahinya mengerut sebelum kemudian membuka matanya kembali. Ia menghela nafas sambil melepas tangannya dari kepala mungil itu.

“Kenapa Kau tidak ambil saja anak tidak berdosa ini, Kami-sama?” gumam Nue.

Tubuh seseorang terlempar masuk ke tempatnya berada lewat jendela kaca besar. Nue segera menyingkir lalu melihat keluar, Kira sudah membereskan para tamu tak diundang bersama Liam yang membantu dengan cakar besi andalannya. Wanita itu baru keluar dari ruangan setelah yakin leher tamu terakhir sudah patah di tangan Kira.

Nue terkejut saat melihat aura membunuh masih berkabut di mata biru Kira saat pria itu menatapnya. Namun saat tatapan Kira turun, aura mengerikan itu lenyap seketika. Pria itu mendekati Nue dan tanpa banyak bicara mengambil alih bayi digendongannya. Tak peduli darah musuh yang melekat, Kira mengusap pelan kepala bayi itu sebelum pergi meninggalkan lorong penuh mayat.

When The Darkness Calling BackWhere stories live. Discover now