Chapter 24

2.9K 212 34
                                    

New York City.


Sebagai kota terpadat di Amerika Serikat dan salah satu pusat metropolitan tersibuk di dunia, New York tak pernah tidur sedikit pun. Kebisingan lalu lintas, pejalan kaki lalu lalang, teriakan pedagang kaki lima ; entah itu menawarkan dagangannya atau umpatan pada pembeli yang kurang membayar, mewarnai tiap sudut kota berjulukan The Big Apple itu.


Seperti Jakarta. Namun lebih sibuk, batin Seroja yang mengamati pemandangan dari jendela apartemennya.


New York selalu menjadi kota favorit Seroja. Tidak hanya karena kota ini menjadi pusat dari semua bisnis keluarga Flohr, tapi juga karena keramaiannnya. Seroja selalu senang melangkah sendirian di antara keramaian orang-orang yang sibuk dengan kegiatan mereka. Tak ada perlu ia pedulikan dan tak ada perlu memperdulikannya.


Tapi waktu terus berjalan. Seroja tak bisa lagi egois dengan tidak peduli pada dunia. Dia punya orang yang harus ia jaga. Keluarga.


Seroja segera beranjak dari kamarnya menuju dapur untuk membuat sarapan. Ia mendengar suara langkah kaki ketika menyajikan omelet di piring terakhir. Dan benar saja, Atila dan Raini sudah duduk manis di meja makan.


"Pagi, bunda."


Seroja terkekeh kecil mendengar kedua anak asuhnya memanggil dengan sebutan itu. Mereka memaksa memanggilnya begitu karena sudah memanggil Desna dengan sebutan ayah. Siapa sangka di usia dua puluh satu dia sudah dipanggil bunda?


"Pagi," balas Seroja sambil menyodorkan kedua piring berisi omelet pada mereka. Dahi Seroja mengerut saat melihat Raini langsung menyambar omeletnya dan memakannya terburu-buru. "Pelan-pelan, Raini."


"Tidak bisa. Hari ini miss Macayle memintaku ke studio lebih cepat. Dan aku akan sedikit telat karena ada jadwal kuliah sore." Raini segera menutup mulutnya dengan tangan saat sadar ia makan dengan mulut terisi penuh.


Seroja tersenyum kecil. Sudah hampir tiga bulan mereka semua pindah kemari, tepatnya setelah kelulusan Raini. Hari itu Desna dan Seroja menceritakan semuanya tanpa menutupi apapun. Tentang pekerjaan yang akan mereka jalani dan orang-orang yang bertanggung jawab atas kematian orang tua mereka. Kedua anak itu menolak saat Seroja menawarkan untuk memulangkan ke Indonesia demi keselamatan. Justru keduanya ingin tetap mengikuti mereka tanpa memperdulikan status buron yang mereka sandang.


Raini kini kuliah di Universitas Colombia di jurusan pencitraan. Selain itu, dia juga bekerja sebagai asisten seorang fotografer yang terkenal akan hasil karya dan sifatnya yang menakutkan.


Raini mengunyah suapan terakhirnya dengan cepat lalu meneguk air hingga tandas. "Ayo, berangkat, Tila!"


"Tapi aku baru memasukan suapan ketiga ke mulutku," keluh Tila.


"Duluan saja. Biar Tila aku yang antar."


Raini tak mendebat lebih jauh. Gadis itu segera mencium punggung tangan dan perut Seroja bergantian dan melangkah cepat keluar. Atila yang sedang meminum susunya mengerutkan dahinya bingung.

When The Darkness Calling BackWhere stories live. Discover now