Chapter 27

2.3K 226 34
                                    

Bangunan tua itu berada di perbatasan Kanada dan Amerika Serikat, dibangun di pinggir jurang sedalam tiga ratus meter dengan sungai yang mengalir deras menuju lautan. Desna menatap dingin bangunan itu, tangannya terkepal kuat menahan berbagai emosi yang menggelegak dalam dirinya. Tepukan di bahu membuatnya menoleh, Michael menatapnya dengan tenang.

"Kita berangkat sekarang."

"Ya," jawab Desna sambil mengamati satu persatu timnya.

Rangda dengan senyum polosnya sedang mempersiapkan kusarigama miliknya. Rebecca memastikan pistol dan magazen di tangannya. Nagihiko – yang diperbolehkan ikut serta oleh Nue, menyarungkan kembali katana miliknya dan menyampirkannya di punggung. Silvar yang berdiri di sampingnya mengeluarkan cakar besi di tangannya.

Desna mengamati Silvar lebih cermat, emosinya terlihat jelas di mata kuningnya bersinar bagai serigala. Pemuda itu memaksakan diri untuk ikut serta walau masih butuh waktu demi memulihkan diri. Kalau dugaannya benar, Silvar pasti memaksakan diri untuk Raini.

"Baiklah. Kita akan terbagi menjadi dua tim." Michael mengeluarkan PDA dari saku dan menekan tombolnya. Sebuah hologram bangunan yang akan mereka tuju muncul. "Aku, Rebecca dan Nagi akan ke lantai bawah, ke tempat penelitian mereka. Desna, Silvar dan Rangda. Kalian yang bertugas menyelamatkan Lotus. Gabrielle dan Arwen sedang berusaha menyusup sistem keamanan mereka juga memastikan target kita. Jadi, pastikan alat komunikasi kalian tetap terpasang. Setelah selesai, bantuan akan datang untuk membereskan tempat itu. Paham?"

Semua menjawab dengan anggukan.

*_*_*

Setelah mereka berhasil menyusup masuk, mereka berpencar. Meski tahu bahwa kedatangan mereka sudah ditunggu, Michael tetap meminta dua orang yang mengikutinya untuk tetap menjaga agar tidak ada kontak dengan musuh.

"Biar tim Desna saja yang menarik perhatian mereka," ujar Michael saat tim mereka berpencar.

Dalam kegelapan, mereka bertiga mengendap-endap mengikuti seorang penjaga yang berjalan menuju ruang bawah tanah yang berfungsi sebagai ruang kendali listrik. Michael mengintip dari celah pintu, memperhatikan penjaga itu mendekati salah satu dinding, menekan keypad mini yang tersembunyi di samping peralatan yang tersusun berantakan, lalu dinding itu bergeser hingga membentuk pintu untuk memasuki ruang sempit yang seperti berfungsi sebagai lift.

Setelah penjaga itu masuk dan dinding tertutup rapat kembali. Michael memberi isyarat pada Rebecca dan Nagihiko untuk mendekat lalu menyusupkan tangannya ke telinga "Kami sudah menemukan pintu masuknya, Gabrielle."

"Apa butuh bantuanku untuk meretasnya?"

"Tidak perlu. Aku masih bisa mengatasinya."

"Baiklah. Karena kalian akan masuk ke bawah tanah, sinyal komunikasi kita pasti akan terputus dan aku tidak akan bisa membantu kalian. Aku sudah berhasil meretas kamera pengawas dan memastikan keberadaan target. Jadi dengarkan baik-baik ucapanku..."

Mereka bertiga menyimak ucapan Gabrielle tanpa memotongnya sedikit pun. Pria itu menjelaskan jalur yang akan mereka lewati, orang-orang yang harus mereka bereskan, dan tempat yang harus mereka tuju. Setelah selesai, Michael mendekati keypad mini yang dilihatnya tadi. Sistem kode angka sudah sangat ketinggalan zaman, tidak sulit untuk membongkarnya. Michael mengeluarkan alat seukuran telapak tangan dari ransel kecilnya lalu menyambungkannya dengan sirkuit keypad. Dalam hitungan detik, Michael berhasil mengetahui kombinasi angka yang tepat dan lift tersembunyi itu.

Rebecca melihat tombol hijau di sana. Wanita itu menekannya dan lift itu pun meluncur ke bawah. Mereka menyiapkan senjata masing-masing menunggu kemungkinan bertemu musuh. Lift berhenti dan pintu pun terbuka. Dua orang penjaga muncul di hadapan mereka. Terlalu terkejut, mereka tidak sempat menggunakan bahkan mengarahkan senjata mereka karena Rebecca sudah menembak kepala mereka dengan pistolnya. Letusan pistol itu tak terlalu terdengar karena peredam terpasang di pistol Rebecca. Mereka melewati dua mayat itu dan menyusuri koridor pendek, di ujungnya terdapat lobi yang lumayan luas dengan dua koridor lain di sisi-sisinya.

When The Darkness Calling BackTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang