Al'36 🌻

40 11 0
                                    

Bintang sampai dirumahnya dengan selamat, sepanjang perjalanan tadi mereka tidak berbincang apapun, hanya sesekali muncul pertanyaan dari keduanya, kemudian hening kembali. Alkena baru melajukan mobilnya setelah bintang benar-benar masuk ke dalam rumah. Sayangnya, ia tidak tau kalau bintang pingsan tepat saat ia menutup pintu rumahnya, beruntung Rhysaka ada disana dan dengan sigap langsung memeluk tubuh Bintang agar tidak menyentuh lantai.

Bintang membuka matanya beberapa saat kemudian, tubuhnya terasa lemas, dan yang ia lihat adalah ruangan serba putih, bukan kamarnya tentu saja.

“kamu udah sadar sayang” ucap Rhy sembari menggenggam tangan Bintang

“aku dimana?”

“kamu di rumah sakit,” jawab Rhy sembari mengelus rambut Bintang,

“hai bintang, lama gak ketemu” sapa dokter Bagas,

“hai dok”

“yuk kita duduk,” ajak dokter bagas, Rhy dan Bintang duduk dikursi di depan dokter bagas,

“jadi bintang gimana dok?” tanya Bintang, dokter bagas tersenyum ramah,

“bintang tau kan, setiap yang hidup selalu punya harapan?” tanya dokter Bagas, Bintang mengangguk lemah,

“nah, bintang juga punya harapan. Bintang harus yakin kalo bintang masih punya harapan yaa. Jangan menyerah”, Bintang terdiam, ahh iya tentu saja, tapi kadang kan harapan tidak selalu kenyataan.

Setelah menerima resep obat, Rhy dan Bintang keluar dari rumah sakit. Bintang menatap kosong jalanan didepannya terlalu banyak hal yang ia pikirkan.

“mau coklat?” tawar Rhy, Bintang menoleh kemudian mengangguk

Rhy membawa Bintang duduk ditaman rumah sakit, sementara ia membeli coklat yang ada di kantin rumah sakit, setelah selesai, ia menemui adiknya itu sembari memberikan dua batang coklat kesukaan Bintang

“makasihh abangg” ucap Bintang, Rhysaka tersenyum manis kemudian mengusap lembut rambut Bintang, bintang tidak memakan cokelatnya ia hanya menyimpannya disaku kemudian kembali menatap kosong taman didepannya

“kenapa coklatnya gak dimakan?” tanya Rhy

“engga ah, kalo dimakan sekarang rasanya pasti pait,” jawab Bintang, Rhy memeluk adiknya itu erat, erat sekali seakan ia tidak mau kehilangan Bintang, dan Bintang menangis saat itu juga,

“abang gak mau kehilangan kamu” ucapnya serak, Rhysaka menahan tangisnya

“bintang sayang abang. Sayang banget”

“abang lebih sayang kamu”

“makasih udah jadi guru sekaligus kakak yang paling baik untuk bintang”

“kamu bisa lewatin ini semua. Kamu harus yakin kamu bakalan sembuh”

“temenin bintang terus ya bang” ucap Bintang parau, air matanya sudah membasahi kemeja abu-abu yang dipakai Rhysaka, dibalik punggung Bintang, air mata Rhysaka pun mengalir deras. Kedua kakak beradik itu terus berpelukan erat, menyiratkan keduanya tidak ingin kehilangan satu sama lain.

Bintang duduk dikursi belajarnya sembari mengutak-atik laptopnya, menuliskan cerita novelnya yang sudah beberapa hari ini ia tinggalkan, lagu Before you go milik Lewis Capaldi mengalun merdu dari laptopnya,

Setan Alkena is calling you…

Dahi bintang mengerut saat melihat nama Alkena dilayar ponselnya, baru saja bintang mengklik tanda jawab suara Raya menghentikkan aktivitasnya

Alkena [END] Where stories live. Discover now