Al'51🌻

32 8 0
                                    

“hahaha si Alkena” celetuknya sembari tertawa, Vina, Salsa dan Lika yang sedang menutup mata mereka karena ketakutan sontak menoleh kea rah Bintang

“apa?” tanya ketiganya, Bintang yang sadar dengan ucapannya langsung terdiam, ia menoleh perlahan

“hmhh?” ucapnya

“ngomong apa? Alkena?” tanya salsa

“alkena?” ulang Lika

“y-yaa kan Alkena setan, ya gue refleks aja inget dia” jawabnya sembari memelankan kata ‘inget dia’

“ekhemm” dehem Vina

“masa” ucap salsa dengan nada menggoda

“ssutt udah” lerai Lika, keempatnya kemudian kembali focus pada film, Bintang merutuki dirinya sendiri

‘perasaan gue ngomong pelan deh, kok bisa sih mereka denger’ batinnya,

saat melihat hantu laki-laki tadi entah kenapa ia memang jadi teringat pada Alkena, mungkin karena panggilan ‘setan’ yang ia berikan pada cowok itu. Setelah satu jam lebih, lampu kembali dinyalakan pertanda film sudah berakhir, Bintang menoleh kea rah ketiga temannya yang seketika terbahak karena melihat wajah salsa dan vina yang pucat dan berkeringat

“ahahahahahaha”

“abis lari marathon mba? Keringetan gitu hahahaha”

“berisik lo! Untung nyokap gue pulang ke rumah sekarang” gerutu salsa sedangkan Bintang sibuk meredakan tawanya

“cari makan yuk gais” ucap Lika, wajahnya tidak sepucat salsa dan vina

“kuy ah. Laper” ucap Bintang sembari bangkit, vina menjulurkan tangannya pada Bintang

“bantuin lemes”, Bintang terkekeh kemudian meraih tangan temannya itu, keempatnya lalu menuju salah satu restoran cepat saji. Sembari menunggu pesanan salsa dan vina asik bergosip ria, sedangkan ia dan Lika hanya mendengarkan sembari sesekali menanggapi, Bintang mengalihkan pandangan ke luar jendela restoran, ia tiba-tiba teringat pada Alkena,

‘kalo nonton horror sama dia kayaknya seru ya’ batinnya, tanpa sadar ia tersenyum kecil,

“tang?” panggil Vina, ia menoleh terkejut

“huh?”

“lo gak kesambet kan?”

“ya enggaklah. Apaansi”

“terus kenapa senyum-senyum sendiri gitu?” tanya Vina begitupun dengan salsa dan Lika yang terlihat mengintimidasi lewat tatapan mereka, Bintang mengatupkan bibirnya

“jangan-jangan mikirin Alkena” ucap Lika

“dih enggaklah. Kenapa si mikirnya alkena mulu? Kan bisa aja gue senyum sendiri itu gara-gara liat yang lucu”

Lika mengarahkan pandangannya keluar, “mang parkir lucu? Makanya barusan senyum sendiri”

“iya lucu banget kaya kim taehyung” jawab Bintang gemas yang langsung dihadiahi cubitan oleh Lika

“enak aja suami gue disamain sama tukang parkir”, Bintang menyengir lebar, kali ini ia harus mengalihkan pembicaraan agar ketiganya tidak terus membicarakan Alkena Alkena dan Alkena.

Ditempat lain, kelima cowok itu memacu motor sportnya di tengah jalanan kota Bandung yang cukup ramai itu, suara knalpot motor mereka itu pun tak ayal membuat beberapa pengendara merasa terganggu, dengan mengenakan jaket kulit berwarna hitam dan helm fullface, kelimanya terlihat keren melaju di jalanan kota, meskipun berkendara dengan kecepatan yang cukup tinggi tapi mereka tetap mematuhi rambu-rambu lalu lintas, karena prinsip mereka adalah “ngebut boleh, bego jangan”, pernah disatu waktu ketika mereka konvoi seperti ini, kelimanya berhenti dan menepikan motor mereka hanya untuk membantu seorang nenek yang hendak menyebrang di zebra cross, hati mereka terenyuh kala melihat seorang nenek tua dengan bawaannya yang cukup banyak dan langkahnya sudah tertatih, atau mereka juga pernah membantu seorang kakek yang motornya mogok ditengah jalan, kelimanya turun untuk kemudian membantu sang kakek mendorong motornya ke pinggir jalan tanpa memperdulikan motor yang mereka parker yang mungkin saja akan sedikit menghalangi jalan. Setelah tiga jam berkendara mereka pun sampai disebuah tempat wisata yang sangat asri, kali ini mereka pergi ke daerah pangalengan, hamparan kebun teh yang sangat luas membuat mata mereka terasa segar

Alkena [END] Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang