Al'40🌻

37 8 0
                                    

Aku hanya ingin pergi sementara, tidak selamanya,  tapi jika harus selamanya, maka mengenalmu adalah bagian yang paling sempurna dalam hidupku.

-Alkena-

Empat orang itu hanya duduk diam tanpa suara, mereka larut dalam pikiran masing-masing, Raya tertunduk lesu dengan isakan-isakan kecil yang terus keluar, sedangkan Rhysaka sibuk menatap lantai di depannya, lengan kemeja abunya kini berubah menjadi kehitaman dan terlihat lengket karena darah bintang yang bersimbah tadi, kepala sekolah dan bu Irma yang menemani mereka hanya bisa terdiam, bingung harus berbuat apa. Lampu kecil diatas pintu itu masih menyala, pertanda operasi belum selesai.

“rhy, bu, gimana kondisi bintang?” tanya seorang pria dengan seragam hijaunya, itu Adi, papanya Bintang, Rhy dan Raya menoleh bersamaan, Rhysaka langsung menghambur ke pelukan papanya dan terisak disana.

“bintang paa” isak Rhy, suara beratnya itu terdengar memilukan, kepala sekolah dan bu Irma ikut terbawa perasaan, Rhysaka yang dikenal tegas dan berwibawa kini terlihat sangat lemah

“sstt, rhy udah jangan nangis, bintang kuat. kamu tau sendiri kan gimana adik kamu” ucap Adi menenangkan,

“harusnya rhy pa, bukan bintang.bintang kaya gini gara-gara rhy pah,”

“suttt, udah udah.. Jangan nyalahin diri kamu kaya gini udah”, tenang Adi, tak lama pintu terbuka menampilkan seorang dokter dengan baju operasinya,

“dokter gimana keadaan adik saya dok?” tanya Rhy panik,

“bintang gimana dok?” tanya Adi,

“kondisi bintang saat ini sangat lemah, pendarahan di kepalanya berhasil dihentikan, namun karena sakit yang diderita bintang menghambat produksi sel darah merahnya membuat kondisinya lemah dan kritis” tutur dokter Bagas, Adi mengusap wajahnya pelan, sedangkan Raya hampir saja terjatuh jika tidak ditahan oleh bu Irma,

“tolong selamatkan adik saya dok”

“satu-satunya cara hanya bisa dilakukan dengan transfusi sum-sum tulang belakang”

“kalo gitu saya saja dok” ucap Rhy

“saya juga” ucap Adi,

“baik kalau begitu, anda berdua silahkan ikut saya, nanti kita akan tes siapa yang paling cocok untuk Bintang” ucap dokter Bagas, Rhy dan Adi kemudian mengikuti dokter bagas untuk mengecek DNA mereka dan menetukkan siapa yang akan menjadi pendonor untuk Bintang.

Raya kembali duduk dikursi ruang tunggu dengan air mata yang terus mengalir deras,

"yang sabar bu, insyaallah bintang bakal sembuh kok" ucap bu Irma menenangkan

"saya ngerasa bersalah sama bintang bu, saya jarang perhatiin dia, saya selalu tekan dia biar berprestasi, saya gak mikir kalo dia punya penyakit" tutur Raya dengan suata bergetar,

"setiap orang tua pasti pernah salah kok bu, sekarang kita berdoa aja untuk kesembuhan bintang" ucap Kepala sekolah,  Raya terus terisak,  hatinya terus diliputi rasa bersalah pada putrinya.

Ditempat lain, tepatnya di kelas 11 Mipa 3, suasana suram pun begitu terasa, semua siswanya terdiam dengan tatapan kosong dan bingung, tidak ada yang keluar kelas, pergi ke kantin atau apapun itu, hanya beberapa yang keluar untuk pergi ke toilet, setelah itu tidak ada lagi. Isakan kecil masih terdengar dari beberapa sahabat bintang, seperti Vina dan lika yang terus berpelukan sembari menangis, dan salsa yang menangis dipelukan Risma, bahkan semua anak laki-laki pun ikut terdiam.

“hei, gue dapet kabar tentang kondisi bintang” ucap revan,

“darimana?” tanya satya

“dari bu Irma, barusan chat gue”

Alkena [END] Kde žijí příběhy. Začni objevovat