Sungguh Ken tidak tahu diuntung. Namun mengingat besarnya ia dibayar, Jack pun memilih tidak banyak protes.

Ken selalu merasa beruntung ketika menemukan Julius. Dia seperti seekor anjing yang setia pada tuannya. Hal yang lebih Ken senangi, Julius kesulitan memiliki emosi. Tidak punya gejolak hasrat, tidak cukup peka atas rasa marah, kesal, sedih bahkan bahagia. Bukan berarti tidak bisa, namun lebih sulit dari orang-orang pada umumnya. Meski kurang peka untuk hal seperti itu, Julius cukup peka secara fisik. Ia bisa mengenali rasa sakit dengan mudah. Saking peka tubuhnya, ia langsung menyadari ada yang tidak beres di malam kedua Naya menyusupkan sedatif ke dalam minumannya. Walau obat sedative tidak menyakitinya, Julius bisa menyadari itu. Dengan demikian Ken bisa mengambil langkah cepat untuk memasang instalasi kamera pengawas di segala penjuru rumah.

"Katakan apa yang kau inginkan Julius? I will grant your wishes. Super cars? Luxury house? Women? Just name it.."

Julius tampak berfikir keras untuk memutuskan keinginannya. Hal-hal yang diusulkan Ken sepertinya tidak masuk di opsi Julius.

"Baiklah.. Take your time Julius—"

"Aku ingin seekor kuda." Mendengar permintaan Julius, membuat Jack dan teman-temannya tertawa. Sebaliknya Ken dan dr. Brown sama sekali tidak merasa tergelitik.

"Bukankah itu terlalu mudah Julius? Setidaknya mintalah sepasang. Aku bahkan tidak keberatan memberikan sekodi untukmu."

"Tidak. Aku hanya butuh satu ekor."

"Baiklah.. Akan kuberikan yang terbaik."

Di tengah-tengah sesi permintaan itu, terdengar bel rumah mr. Milton berbunyi diikuti dengan empat pria berseragam polisi menyerobot masuk ke dalam. Naya berusaha tenang, walau hatinya senang sebab merasa kembali punya harapan.

Mimik wajah Jack dan teman-temannya tampak menegang. Mereka mundur teratur menjauhi mr. Milton dan menjauhi petugas.

"Apa yang terjadi disini? Kami menerima laporan adanya indikasi kejahatan." Salah seorang petugas berbicara.

Merasakan momen yang tepat, Naya pun langsung bertindak nekat. Ia mengerahkan sepenuh tenaganya untuk menyikut Ken. Disaat Ken sibuk mengaduh karena serangan di ulu hatinya, Naya mengambil kesempatan untuk melompat ke atas meja sambil merampas komputer jinjing yang masih terhubung dengan mr. Milton.

Ntah mengapa Julius terpaku dan tidak mengejar saat ia melewatinya. Mungkin karena ia tahu Naya tidak akan bisa berlama-lama melarikan diri. Toh, perempuan itu masih terperangkap di dalam rumah.

Yang terpenting, Naya merasa mengantongi kesempatan untuk menjelaskan kepada para petugas atas kemelut situasi yang terjadi. Jika beruntung, bantuan untuknya juga mungkin sempat datang hari ini.

Para petugas tampak menyimak pernyataan Naya dengan sungguh-sungguh meski arah webcam merekam tak tentu arah karena gerakan Naya yang menjelaskan sambil berlari. Barulah ketika Naya merasa cukup aman dan memutuskan untuk berhenti di ruangan paling jauh dari keberadaan Ken, para officer itu mulai membalas dengan pertanyaan-pertanyaan seperti, sudah berapa lama Naya dan Ken menikah? Bagaimana mungkin Naya akhirnya bisa berakhir dengan Ken. Dan bentuk interogasi lainnya.

Naya yang merasa tak dibekali banyak waktu lantas menginterupsi petugas dengan berseru. "Aku bisa menjelaskannya semuanya belakangan. Officer, tolong kirimkan bantuan tercepat untukku! Sebelum aku terbunuh disini.."

Bahkan setelah seruan itu, para petugas tidak lantas bergerak. Sampai akhirnya dr. Brown terdengar bersuara dengan nada muak.

"Ck.. Just stop it!"

Para aparat menoleh kearah dr. Brown dengan wajah sungkan, seolah mereka bawahan yang baru mendapat teguran dari seorang bos. Salah seorang dari mereka kemudian mengangkat handy talknya dan memberi konfirmasi ke saluran pusat bahwa keadaan di kediaman terlapor aman terkendali. Naya butuh waktu untuk memproses sampai akhirnya memahami situasi.

Polisi-polisi itu datang atas laporan John Vernon yang berusaha menyelamatkan clientnya. Sayangnya Ken dan dr. Brown juga sudah mengantisipasi hal ini.

dr. Brown dengan bisnis gelapnya tentu sudah punya sokongan kuat dari pihak kepolisan. Sehingga sejak awal, kedatangan mereka bukan untuk menyelamatkan mr. Milton, namun justru untuk 'membereskan masalah' Ken.

Sejujurnya, dr. Brown tidak pernah menyukai aparat-aparat negara, mereka menganggap diri mereka pahlawan masyarakat, padahal mereka hanyalah sampah yang mudah di manfaatkan oleh dirinya dan orang-orang beruang. Tapi tentu saja, dr. Brown selalu memerlukan para sampah seperti itu.

"Brengsek!! Kalian para aparat bahkan lebih biadab daripada mereka!"

Dirasuki rasa frustasi, Naya langsung membanting komputer jinjing milik Ken ke lantai, kemudian menginjaknya sambil menyumpah. Terdengar suara tertawa yang ntah milik komplotan Jack atau mungkin juga para aparat biadab itu. Naya tidak bisa memastikannya, karena meski speaker di komputer masih berfungsi, layar komputer itu sudah hancur.

Semua ini semakin menebalkan keyakinan Naya, bahwa tidak ada satupun manusia yang bisa ia percaya. Tidak seorang pun disamping ayahnya, ibunya, tuan Milton dan Alfa.     


PS : Next chapter kayaknya bakalan ada adegan kekerasan 21+ yang tidak akan aku tayangkan dalam platform ini (Aku akan ringkas adegannya dengan keterangan saja) karena khawatir masih banyak adik-adikku yang masih dibawah umur. Tolong dimengerti <3

KANAYAWhere stories live. Discover now