Part 13

10.2K 454 8
                                    

Pernikahan memang pada akhirnya tidak selalu berhasil. Banyak yang gagal dan berpisah ditengah perjalanan. Tapi bagaimanapun itu berakhir, pada mulanya orang-orang selalu mendambakan pernikahannya berjalan langgeng. Pada mulanya manusia tidak menggangap pernikahan sebagai bagian dari permainan. Sebab pernikahan adalah sebuah ikatan yang suci—ikrar dari kedua insan yang berjanji sehidup semati.

Tetap saja pada akhirnya masih ada orang-orang yang menikah tanpa cinta, semata-semata hanya karena desakan. Desakan usia, desakan materi, hingga desakan situasi.

Untuk Naya, arti pernikahan sendiri begitu sakral, ia sampai tidak berani berfikir untuk menikah, sampai kemudian Alfa datang di kehidupannya. Alfa menyadarkan Naya bahwa selama ini hidupnya tidak pernah hidup. Kehidupan yang selama ini ia kenal begitu redup, tanpa harapan dan angan-angan. Untuk pertama kali setelah sekian lama, Naya pun mulai menemukan cara untuk bahagia. Dan Alfa adalah jalan keluarnya.

Menikah dengan Ken sama saja dengan membuang harapannya yang mulai terbangun. Naya tak rela menukar satu-satunya harapan bahagia dengan omong kosong. Harapan bahagia itu mungkin memang membuatnya menjadi manusia egois. Ia mempertaruhkan nyawa sang ayah untuk kebahagiaannya. Tapi keputusannya bukannya tidak berdasar. Sebab ia meyakini bahwa tidak ada anak di dunia yang tega membunuh ayahnya sendiri, apalagi untuk seorang ayah kandung.

Kesangsian itu pada akhirnya menjadi hal yang Naya sesali.

Pagi ini, Ed dilarikan ke rumah sakit terdekat. Sebelumnya ia lebih dulu kejang dan sulit bernafas sampai akhirnya tak sadarkan diri. Denyut nadinya hampir tidak terasa.

Naya sama sekali tidak menyangka bahwa Ken akan berada dibalik semua ini. Panik membuatnya melupakan hal besar. Hingga akhirnya sang dokter memaparkan sebab musabab itu.

"Ini kasus keracunan botulinum toksin." Nama racun itu terdengar asing bagi orang awam seperti Naya. "Botulinum merupakan salah satu racun mematikan yang sumbernya dari bakteri. Toksin botulinum adalah toksin biologis terkuat dari semua toksin lain yang pernah dikenal. Racunnya mampu meyebabkan kelumpuhan otot yang berimbas pada kegagalan sistem pernafasan dan berujung pada kematian."

Dunia Naya nyaris runtuh ketika mendengar hal itu. Dokter Banu mengulurkan tangan untuk membantunya berdiri tegap.

"Dokter.. tolong...selamatkan ayah saya."

"Ayah anda akan baik-baik saja. Saat ini pasien perlu menjalani rawat inap sampai fungsi tubuhnya dapat berjalan normal. Pasien tidak akan diperbolehkan pulang sampai rumah sakit memastikan bahwa racun dalam tubuh pasien sudah ternetralisir. " Penjelasan dokter tak membuat Naya lebih tenang, ia malah semakin terisak.

"A-ada yang berencana membunuh ayah saya. Racun itu-"

"Saya rasa tidak ada yang mencoba meracuni ayah anda. Ini hal yang sebenarnya lumrah terjadi. Di alam sendiri keberadaan bakteri botulinum itu ditemukan dimana-mana. Baik bayi dan orang dewasa sering sekali tidak sadar terhirup atau termakan, namun jarang sekali yang menunjukkan efek. Itu karena sistem kekebalan tubuh yang menghancurkan spora sebelum mereka dapat tumbuh dan memproduksi racun. Mengenai kasus ayah anda dapat terjadi karena paparannya melewati batas dosis toleransi." Naya menggeleng kuat dan meremas tangan sang dokter lebih kuat, membuat dr. Banu berhenti menjelaskannya sesaat sebelum kembali melanjutkan. "Kami tidak menemukan toksin itu dalam pemeriksaan tinja. Makanan dalam pencernaanya dinyatakan aman dan bebas kontaminasi botulinum. Pasien tertular melalui pernapasan. Jalur pernapasan jauh lebih berbahaya. Bila anda memang yakin itu hal yang disengaja, anda perlu memastikan sumbernya terlebih dahulu. Saya sangat menyesal itu diluar pekerjaan tim dokter."

Masih ada serangkaian tugas pemeriksaan pasien yang harus dr. Banu lakukan. Dengan terpaksa ia meninggalkan Naya yang terduduk lemas di bangku koridor rumah sakit.

KANAYAWhere stories live. Discover now