Part 33

5.4K 345 69
                                    

Akhirnya Kanaya update menjelang tengah malam! 😭 Maaf terlambat dari tengat waktu yang dijanjikan. ternyata part kali ini mencapai 2285 words😂 So it takes longer than I thought hehe. I hope you guys like it❤️
____________________________

Adakah kebenaran dalam hukum tuai tabur yang kerap orang-orang suarakan?

Hukum alam tidak tertulis itu tampaknya hanya sebuah isapan jempol belaka.

Naya tersenyum miris. Ia merasa tidak pernah mengusik kehidupan seseorang,  tidak pula mendzolimi , apalagi sampai membunuh, tapi mengapa kehidupannya  hanya berisikan pahit getir.

Hampir ia lupa, nyatanya ia pun pernah bahagia. Dulu sekali. Saat mendiang ibunya masih hidup dan belum kenal penyakit.

Kebahagiaan Naya nyaris lengkap atas kehadiran Ed jika saja  hal itu tidak berbuntut pada perlakuan buruk teman-temannya di sekolah.      

Satu demi satu orang-orang yang menjadi kekuatan Naya pergi. Sampai kemarin, Alfa menjadi satu-satunya kekuatan yang tersisa.  
Kini, padam sudah gairah hidup Naya setelah apa yang diperbuat Ken kepadanya.

Naya tahu diri. Ia tak ingin mengharapkan  Alfa dengan keadaannya sekarang—yang kotor dan nista.

Sosok itu masih tertidur pulas disampingnya—sang Iblis dengan paras yang mungkin menaklukan seorang bidadari saja ia mampu. Tapi  bidadari mana yang mau dipersunting oleh iblis? Ia masih bisa mendengkur—tidur begitu nyenyak, tatkala Naya bahkan tidak bisa memejamkan mata. Bukannya Naya tidak memikirkan untuk kabur di tengah kelengahan lelaki itu. Sungguh otak Naya sudah tersetting otomatis memikirkan cara untuk kabur di setiap kesempatannya ada. Tapi kali ini, dengan cepat Naya langsung mematahkan fikirannya sendiri, untuk apalagi ia berusaha? Apalagi dengan kondisinya sekarang.

Ken memberi sekujur tubuhnya rasa sakit yang hebat, terlebih di area selangkangan.  Mungkin dalam beberapa hari ke depan, tubuh Naya akan membaik, tapi bagaimana dengan hatinya? Perasaannya? Tidak. Hatinya tidak akan sembuh. Rasanya bahkan , setiap Naya mengingat kejadian semalam,dadanya seperti dijatuhi ribuan palu yang menghantam keras dan menyesakkan. Berkali lipat lebih menyakitkan dibandingkan yang ditanggung tubuhnya.

"Selamat pagi.." Suara Ken terdengar parau—khas orang yang  baru saja bangun tidur.
Sejak tadi Naya sudah berusaha mengambil jarak terjauh. Namun tanpa perasaan Ken memangkas jarak mereka, bahkan dengan berani menjatuhkan tangannya diatas pinggang Naya—memberi rangkulan.

Naya membungkus dirinya lebih erat dengan selimut yang juga harus berbagi dengan Ken. Laki-laki itu merasakan reaksi tubuh Naya yang menegang karena kedekatan mereka. Ia berlagak tidak sadar. 

"Kau tahu mengapa aku membawamu kesini?" Sedikitpun Naya tidak merespon, tidak dengan jawaban dari mulut, tidak dengan gestur gerakan tubuh. Tapi Ken sendiri menjawabnya. "Aku sudah tahu kau akan menolak. Kuharap jika setidaknya kita melakukannya disini, kau tidak akan memikirkannya berlarut-larut. Seperti kataku kemarin, kita akan melupakannya setelah kita pergi darisini. Anggap saja ini tidak pernah terjadi."
Ken sudah gila.  Kalau dirinya yang disuruh melupakan sesuatu yang menyakitinya, bisakah? Jika saja bisa memilih, Naya pun ingin sekali mereset otaknya, melenyapkan memori buruk itu.

"Kau tahu mengapa aku tidak suka tinggal dirumah ayah?" pertanyaan lain pun tak membuat Naya bergeming. "Terlalu banyak kenangan lamaku disana. Aku bahkan terkejut begitu sadar aku pernah melupakan itu semua. Aku tak bisa membedakan apakah itu ingatan masa lalu atau hanya sekedar anganku saja. Setiap sudut rumah itu, seperti membangkitkan bayangan-bayangan masa kecilku."

Naya menangkap maksud Ken. Mekanisme otak manusia memang hebat. Mereka dapat berbuat sesukanya diluar kendali sang pemilik.
Di saat seseorang melihat benda, tempat, suasana atau hal apapun yang bersinggungan dengan kenangan tertentu, otak akan terselentik memunculkan kembali kenangannya.  Mungkin, Ken belum sadar, yang ia berikan bukan sekedar kenangan buruk. Dikatakan sangat buruk bahkan tidak cukup. Setiap kengerian itu menancap dalam ingatan Naya. Bagaimana Ken mencabik-cabik pakaiannya, mengikat masing masing tungkai kakinya di tiap ujung ranjang, mempenetrasi Naya secara paksa. Tak peduli di mana pun tempat perkaranya, peristiwa itu akan hidup abadi di memori Naya. Tak butuh melihat sesuatu yang berkaitan untuk memicu ingatan mengerikan itu hadir seperti sebuah proyeksi.

KANAYAWhere stories live. Discover now