Part 28

6.2K 339 44
                                    


Ucapan Alfa tempo kemaren masih terngiang di benak Ken. Seenaknya saja laki-laki itu meminta dirinya dan Naya untuk berpisah.

"Hanya segini?"

"Ya. Itu keseluruhan biaya pendidikan nona yang ditanggung mendiang ayah anda ."

"Bagaimana dengan kebutuhan lain?"

"Kebutuhan seperti apa yang anda maksud?"

"Apapun yang bisa menambah digit angka ini dan memberatkan bajingan itu!"

"Sejujurnya, saya tidak yakin. Yang saya tahu nona memang bukan tipe gadis yang suka menghabiskan uang." Ken berdecak seolah kesal dengan sikap terpuji itu.

"Untuk apa rincian tersebut? Apa yang anda rencanakan?" Ken mengangkat pandangan untuk melihat Mr. Milton. Tangan kanan ayahnya ini memang terlalu banyak ingin tahu, mungkin ia merasa di atas angin karena sudah dipercaya Ed berpuluh tahun.

Ed memang mempercayai Mr. Milton daripada orang lain, ia juga mendengarkan saran Mr. Milton dibanding siapapun. Tapi hari itu, saat Ed menggagas perjodohan Naya dengan Ken, Mr.Milton tidak butuh waktu berfikir untuk menentangnya. Ia berani menyangkal gagasan Ed—melupakan kedudukannya.

Pernikahan bukan lah sebuah lelucon. Bahkan pernikahan karena hubungan bisnis yang kerap disiarkan drama-drama murahan lebih terdengar masuk akal dibanding alasan perjodohan Naya dan Ken.

Ed terlampau mencintai Evelyn, perempuan yang melahirkan Naya. Naya bukan darah daging Ed, tapi ia menyayanginya selayaknya anak sendiri. Tidak membedakan sedikitpun kasih sayangnya seperti ia menyayangi Ken. Terlepas dari itu, Ed mengharapkan ia dan Evelyn bisa membuahkan keturunan. Sayang semesta berkehendak lain. Ed mengikhlaskan diri ketika Evelyn di vonis kanker rahim yang membuatnya mustahil untuk mengandung anak.

Sampai pada akhirnya Ken kembali kepadanya, Ed terfikir untuk menyambung mimpinya. Keturunannya dengan Evelyn bisa terwujud melalui Naya dan Ken. Sungguh Ed merasa egois. Tapi bukan semata-mata untuk kepuasannya semata. Dibalik itu pun Ed berfirasat Naya dan Ken akan menjadi pasangan serasi, pasangan yang dapat saling membahagiakan. Perasaan itu kuat sekali, bahkan sampai hadir ke dalam mimpi.

Mr. Milton tahu, seandainya Ed dihidupkan kembali, pria itu akan sangat menyesali pilihannya. Menyumpahi firasat dan mimpi-mimpi bodoh itu. Kenyataannya ia justru menjorokkan Naya ke dalam jurang dendam.

Ed dan Ken telah berpisah bertahun-tahun, namun yang terpatri dalam fikiran Ed adalah figure kecil Ken saat diambil alih darinya. Tentu selayaknya orangtua, saat kembali pun, Ed merasa Ken tetaplah seorang anak manis nan polos, tak peduli bahwa ia telah beranjak dewasa. Sekalipun ia bahkan tak mengikuti perkembangan Ken.

Mr. Milton menebak-nebak isi kepala Ken ketika melihat senyum penuh arti mengembang disana.

"Apa kau tahu alasan sebenarnya aku menikahi Naya?"

Jauh sebelum pertanyaan itu, Mr. Milton sudah terfikir dua alasan, tapi ia memilih tidak menjawabnya.

"Kau pasti mengira aku setuju menikahi Naya karena syarat yang diajukan ayahku. Kau mungkin menganggap dengan menikahi Naya, aku bisa menguasai harta peninggalan ayah bahkan meraih posisi terpenting di perusahaan dengan mudah." Ken mengulang apa yang kurang lebih dituduhkan Alfa padanya.

"well, kau salah besar. Aku menikahinya untuk membalaskan kesulitan ibuku."

Bagi Ken 'kesulitan' dan 'dendam' jelas dua hal berbeda. Tapi tentu saja Mr. Milton paham dalam ucapan Ken kata itu bermakna sama.

"Wah, kau bahkan tidak tampak terkejut sedikitpun. Kurasa kau sudah menduga hal ini." Tentu saja Mr. Milton sudah menduganya. Ia ada disana, turut menyaksikan babak cerita ketika keluarga itu berpisah. Mungkin karena itu pula Ken merasa tidak keberatan mengungkap alasan menikahi Naya yang ia sembunyikan rapat-rapat dari orang lain.

KANAYAWhere stories live. Discover now