Part 44

2.3K 117 26
                                    

Terpaksa reupload karena ada beberapa yg ga bisa buka 🙂 Happy Reading , Hope u enjoy. Jangan lupa komen ❤️
________________

"Ini keputusanku. Inilah yang kuinginkan." Kata-kata itu akan diucapkan berulang dan sebanyak mungkin setiap suara-suara aneh mulai bergaung di kepalanya.

"Aku adalah manusia, bukan alat balas dendam. Tidak satu hal pun yang terjadi di masa lalu menjadi kesalahan Naya. Naya dan si jalang adalah sosok yang berbeda."

Ken baru saja hendak mengucapkan kalimat senada lagi ketika didengarnya gesekan kaki di permukaan keras. Dia menoleh ke kiri, menemukan sekelebatan bayangan.

Ia pun memejamkan mata dan menarik napas dalam-dalam, mengeratkan pegangan pada sandaran tangan kursi.

"Ini tidak nyata. Ini tidak nyata." Kilah Ken, berusaha meyakinkan dirinya.

Sekalipun sudah terpejam, di balik kelopak matanya, Ken seolah melihat kehadiran sosok itu tengah hilir mudik.

Jantung Ken mencelos, sampai-sampai ia mendengar degupnya sendiri.

Lima menit berlalu. Perlahan-lahan dia membuka mata, merasa lega ketika tak menemukan apapun.

Kelegaan yang tak berlangsung lama, sebab api mendadak berkobar di perapiannya. Ibunya muncul di dalam kobaran api tersebut, menghampirinya dengan sangat cepat seraya berseru,"BUNUHHH!!" lalu menerobos tubuh Ken yang lantas terjengkang ke lantai karena begitu terkejut.

Sontak Ken meraba dirinya dengan panik, memastikan tubuhnya tidak terbakar. Dan memang demikian. Tubuhnya baik-baik saja. Bahkan perapian itu tidak menyala ketika Ken sudah mampu menguasai keadaan dan berdiri.

Dengan frustasi Ken menghampiri salah satu rak dalam ruang kerjanya, mengambil stick golf dari dalam sana lalu bergegas keluar.

Bisikan-bisikan di kepalanya masih terdengar,terus mengikutinya kemana pun dia pergi.

dr. Brown lagi-lagi terjaga ketika Ken melaluinya. Pria itu dengan malas menyeret langkahnya, hendak mengikuti Ken, namun akhirnya mengurungkan niat dan memutuskan untuk mengenyakkan diri di sofa.

Dia memang sudah tak berniat menghentikan Ken sama sekali.

Sekitar satu jam kemudian, dr. Brown sedang duduk bersantai menikmati linting ganja saat Ken kembali dalam kondisi bersimbah darah.

dr. Brown mengawasi kedatangannya yang mengotori ubin rumah dengan bercak-bercak kemerahan. Lalu pandangan dr. Brown jatuh pada logam pemukul stick golf berlumuran darah yang dilekati sesuatu menyerupai koyakan daging.

"Apa kali ini kau memukuli sampai mati?"

Ken mengangguk. Tak terlihat sedikitpun menyesal.

dr. Brown mendesah, membayangkan kerepotannya besok yang harus mengubur kuda lain yang tak berdosa.

Ken selalu meluap marah dan meledak saat mimpi buruk dan suara-suara itu mulai bergerumuh di kepalanya. Jika sudah begitu, kinerja otaknya seakan-akan kehilangan fungsinya sementara. Dia kemudian akan menargetkan semua itu pada Naya sebagai sasarannya, menyesal dan merutuki ketololannya begitu kemarahannya telah surut setelah berhasil membuat jurang pemisah antara dirinya dengan Naya lebih dalam lagi.

Keinginan paling dasar Ken bebas dari mimpi buruk adalah agar bisa menyelamatkan hubungannya dengan Naya.

"Kau butuh wadah pelampiasan." Begitulah saran Elsie saat mendengar keluh kesah Ken di dalam sesi bicara. Hal itu oleh Ken didengarkan dan ditanggapi lebih ekstrem.

Sudah tak jadi masalah bila mimpi dan suara sialan itu sewaktu-waktu menyerbu. Ken sudah tahu kemana dia harus pergi untuk melampiaskan semua itu tanpa berujung penyesalan.

KANAYAWhere stories live. Discover now