Part 11

10.8K 505 5
                                    

"Hai, Nay. Aku datang menjemputmu." Ken dengan setelan kemeja casual terlihat seolah telah menyesuaikan penampilannya untuk singgah disana. Kemunculannya mencetuskan guncangan hebat. Naya bahkan tak yakin andaikan ia berdiri apakah kaki-kakinya masih mampu menopang tubuhnya berdiri. Sendi-sendinya terasa lemas hingga gelas kaca dari genggamannya meluncur, menumpahkan isinya mengenai gaun.

"Hey, hati-hati." Beruntung, gelas itu masih berwujud utuh meski sudah jatuh.

"Mengapa begitu terkejut? Apa kakak menggangu acaramu?" Ken bertanya dengan nada jenaka yang langsung ditimpali Arni. "Nak, berhati-hati lah, sepertinya kekasihmu punya saudara yang posesif." Seisi ruangan itu tertawa sebelum bergantian menyapa Ken.

"Sejak kemaren malam ia susah dibujuk pulang kerumah. Ayahku khawatir. Aku bersyukur akhirnya ia mau dijemput hari ini. Kami janjian pukul sembilan. Namun aku datang lebih cepat dan justru diberi tawaran mampir. Kurasa itu membuatnya terkejut. Dia melihatku sudah seperti melihat hantu." Bohong. Ken berbohong. Tidak mungkin Naya menghubungi orang yang justru paling ingin ia hindari.

"Aku pun pasti pucat bila kakakku melakukan hal yang sama." cetus Viena yang memecah tawa orang-orang lagi. Naya tidak menemukan rasa humor sama sekali disana—menyadari dirinya sedang terancam. Dan tidak satupun dari orang-orang diruangan tersebut menyadarinya. Itu hal yang baik, Naya menginginkan itu. Biarlah hanya dirinya dan Ken yang mengerti apa yang sungguh terjadi.

Alfa yang tahu Naya minggat sedikit bingung. Kemaren seharian ia bersama Naya, setahunya nomor ponsel Naya tidak aktif mengingat ia sengaja kabur dengan keberadaan tak terlacak. Mungkin Naya baru menghubungi keluarganya siang ini. Alfa berprasangka.

Ia berdiri setelah menyeka bagian gaun Naya yang warnanya lebih pekat karena basah kemudian memberi rangkulan perkenalan kepada Ken. Rupanya Naya tidak berbohong mengenai saudara laki-lakinya. Alfa hanya mendengar Ed bercerai dengan istri pertamanya, tapi isu lain mengenai anak dari istri pertama itu tidak pernah terdengar.

Menarik kursi untuk Ken, Alfa menjadi pemisah diantara Naya dan Ken. Naya mensyukuri hal itu. Mereka bercakap-cakap, tak jauh-jauh membicarakan kesibukan dunia bisnis. Alfa berbisik pelan ketika perhatiannya kembali kepada Naya. "Kau terlihat pucat. Apa kau baik-baik saja?" Naya mengangguk, memaksakan diri untuk tersenyum. Ia sudah sangat lihai dalam hal menyembunyikan perasaan karena terlatih melakukannya. Tapi kali ini kekhawatirannya terlalu besar.

Naya izin ke kamar kecil. membasuh wajah tak peduli bila riasannya rusak. Ia tampak lebih mampu menguasai diri ketika keluar darisana. Langkahnya terbata-bata ketika melihat Alfa tidak ada ditempat. Bangkunya kosong. Artinya tidak ada yang membatasi dirinya dan Ken. Naya duduk ditempatnya dan menyibukkan diri dengan makanan. Ia menahan nafas ketika Ken bergeser, mengisi bangku Alfa yang kosong. Laki-laki itu membantu memotong daging di piringnya.

"Naya,kau beruntung punya kakak setampan dan seperhatian dia."

"B-benar." Naya mengangguk. "aku gadis yang sangat beruntung." Ken tersenyum miring mendengar Naya membalas pujian Viena yang tidak mengetahui bahwa tingkah laku manisnya hanyalah sandiwara. Naya pun ikut berperan dengan baik.

Selama ini Naya selalu menciut ketika berhadapan dengannya. Tapi dia tampak tangguh hari ini. Ntah sisi mana yang sesungguhnya memihak dalam jiwa perempuan itu. Ken menarik tengkuk Naya lalu berbisik. "Selesaikan makananmu lebih cepat. Jangan membuatku menyeretmu paksa didepan mereka." Naya mengulum senyum, memperlihatkan seolah Ken sedang membagikan sebuah lelucon untuknya.

"Kalian sudah mau pulang?" Alfa habis menerima panggilan penting dari seorang rekan kerja, Tampak kecewa ketika melihat Naya sudah bersiap untuk pulang. Naya dan Ken pamit undur diri.

"Nay.. maafkan aku tidak segera mengatakannya." Naya mengangguk meski tak mengerti apa yang dimaksud Alfa. Fikirannya tidak fokus menyadari Ken tengah mengawasinya dari balik kemudi mobil. Suara Alfa berubah seperti dengungan tak berarti. Naya buru-buru beranjak darisana tak mau mood Ken yang tak sabaran rusak dan membuatnya melakukan hal-hal tak terduga.

KANAYAWhere stories live. Discover now