Part 35

3K 233 30
                                    

please leave votes and comment ^^

______________________________________________________

dr. Brown tak pernah menyangka, keadaan Naya akan sememprihatinkan ini.

Bau pesing bercampur kotoran merebak di kamarnya. Namun ia tampak tidak terusik dengan bebauan yang berasal dari tubuhnya sendiri.

Pandangannya menatap lurus ke tembok kamar, seolah bisa menembusnya. Ia bahkan tidak menoleh barang sedetikpun tatkala Ken dan dr. Brown tiba. Kedatangan mereka di sana seolah tak kasat mata.

"Aku akan membereskannya sebentar." Ken mendorong dr. Brown keluar dari kamar itu.

dr.Brown menunggu di luar dengan kebingungan menghinggapi dirinya. Apakah selama ini Ken mengurus wanita itu seorang diri? Bahkan mengurusi kotorannya? Bukankah ini sesuatu yang mencengangkan? Mengapa tidak orang lain? Bahkan ada Julius yang tinggal bersama mereka.

Selang beberapa menit,pintu kamar pun terbuka. Bau kotoran kembali menyapa indra penciuman dr. Brown.

Ken keluar sambil menyeret sebuah polybag besar yang menjadi sumber bau busuk berasal. Tangan Ken yang lain mencubit cuping hidung untuk menghalau baunya. Julius muncul hanya sekedar menjemput polybag dan membawanya pergi darisana.

Kembali Ken mengundang dr. Brown masuk untuk melihat keadaan Naya.

Kamar itu sudah tak menebarkan aroma busuk, justru harum semerbak.

Tampak Naya tengah duduk berlunjur di atas kasur dengan rambut basah. Tetesan air dari ujung rambutnya tampak berjatuhan membasahi sarung bantal yang baru saja diganti.

Rupanya tugas Ken belum selesai. Ia mulai kewalahan menyisir rambut Naya, tak lupa mengeringkannya dengan sebuah pengering rambut.

"Jadi sekarang kau mengasuh bayi?"

"Shut up." Tampak Ken sempat melirik sepintas ke arah dr. Brown dengan tampang tak suka yang membuat dr. Brown terkekeh senang.

"Mengapa kau harus repot-repot mengurusnya? Apa kali ini kau menganggapnya sebagai istri sungguhan? Mengapa tidak memperkerjakan orang lain? Oh ya, kau kan punya Julius."

Ken mematikkan pengering rambut dan meletakkannya di atas nakas. Tampak tidak suka dengan dr. Brown yang mencecarnya seperti itu.

"Aku memilih tidak memperkerjakan orang lain untuk melindungi reputasiku. Bukankah lebih sedikit yang tahu maka lebih baik? Julius—dia sudah terlalu kewalahan dengan tugas lainnya."

"Benarkah?" dr. Brown merasa alasan Ken terdengar dibuat-buat. "Mengapa aku merasa kau justru mulai tertarik dengan gadis itu."

"Are you kidding me?" Ken membalas dr.Brown dengan mimik marah.

"Well.., lihat lah dirimu."

"Biar kujelaskan., wanita ini sudah gila. Dia bahkan sudah tidak mengenaliku. Bagaimana mungkin aku membalaskan dendam ibuku pada orang yang sudah tak berakal? Aku merawatnya supaya dia lekas membaik, setelah itu aku akan menyiksanya."

"Bukan kah membuatnya gila sama saja dengan menyiksanya? Biarkan begini saja sudah bagus."

"Bagus katamu?"

Tiba-tiba saja Ken memukuli Naya hingga membuat gadis itu mengerang kesakitan.

"Kau lihat? Aku ingin menyiksanya seperti ini. Tetapi gadis ini hanya akan merasakan sakit tanpa tahu kesalahannya. Itu bukan hal yang kuinginkan. Aku ingin ia tersiksa dalam kondisi waras, sehingga ia masih bisa berfikir dan menyadari kesalahannya yang terlahir dari seorang jalang. Aku ingin membuatnya menyalahkan ibu jalangnya itu, membencinya sampai dia mati. Itulah keinginanku."

KANAYAWhere stories live. Discover now