Part 40

2.6K 263 45
                                    

Hi! Thanks for support ^^ Please leave me a comment and vote

**

Setelah mengunjungi pusara sang ibu, Ken merasa lega bukan main, seperti habis melakukan sebuah pengakuan dosa.

Di malam yang sama, sang ibu hadir di dalam mimpi. Mereka berpelukan, saling menangis melepas rindu. Ken tahu ibunya sudah mati, tapi dia tidak merasa takut.

Ibunya terlihat sehat dan menakjubkan. Layaknya seorang bidadari.

Di mimpi itu, mereka berkuda bersama di halaman belakang rumah, kemudian memanen buah-buahan dan sayur dari hasil kebun mereka sendiri.

Pada kenyataannya, mereka tak pernah menanam buah-buahan. Kebun mereka hanya dipenuhi dengan tanaman sayur. Salah satunya yang paling Ken ingat bernama artichoke. Setiap hari, seorang pelayan akan menyeduhkan segelas artichoke untuk ramuan herbal ibu Ken.

Di dalam mimpinya, mereka memboyong hasil panen ke dalam rumah. Walaupun, hanya memanen buah dan sayuran, tetapi di atas meja makan juga ditemukan hidangan lezat lainnya, seperti kalkun, bratwurst dan panekuk.

Seraya menyantap, mereka membicarakan hal-hal menarik. Ken menceritakan dirinya yang saat ini melanjutkan perkembangan EltCorps. Ibunya terlihat senang dan memberi dukungan.

Semua reaksi positif itu berubah ketika Ken menyinggung perihal Naya.

Pada akhirnya, mereka pun berdebat. Di tengah perdebatan, Ken memuntahkan sesuatu dari mulutnya, tetapi yang terlontar bukan daging kalkun ataupun bratwurst, namun jantung manusia. Saat Ken beralih kembali ke ibunya, penampilan sang ibu sudah berubah kacau balau. Bagian dadanya terlihat tercabik dan bersimbah darah. Sesuatu yang baru saja dimuntahkan Ken adalah jantungnya yang sudah setengah terlumat.

Ken merasakan rasa mual yang hebat. Bukan hanya dalam mimpi, tetapi juga secara realita. Tubuh sejatinya turut merasakan gelombang rasa mual. Perutnya mengejang. Ia pun terbangun dengan refleks menggulingkan badan ke sisi kiri. Memuntahkan isi perutnya dari atas ranjang, mengotori ubin dibawahnya.

Dengan sangat panik, ia langsung menyeka lidah dan bibirnya.

Sadar tak menemukan jejak darah selain sisa muntahannya, Ken seperti dibanjiri perasaan lega. Tetapi jantungnya masih terpacu. Dadanya masih naik turun. Mimpi buruk itu masih melekat dalam benaknya. Rasanya seperti kenyataan.

Konon katanya mimpi itu sebatas bunga tidur. Bisa jadi wangi seperti mawar, bisa jadi bau bangkai seperti rafflesia, atau mungkin beracun seperti angel's trumpet.

Mungkin malam itu Ken hanya kurang beruntung.

Namun keesokannya, mimpi buruk itu berulang, begitu pula esok dan terus esoknya. Semuanya terus belanjut. Ken berusaha keras mengenyahkannya, tapi tak bisa.

Dirinya sampai punya ketakutan tertidur dan berusaha tetap terjaga.

Bagaimanapun tidur adalah kebutuhan dasar manusia. Ken tak mampu melawannya.

Ketika baru terlelap sebentar, tak lama ia akan mengigau lalu terlompat bangun dengan keadaan bersimbah keringat.

Lama-kelamaan, mimpi buruk tersebut semakin mengacaukan akal sehat.

Tak jarang Naya dan seorang wanita yang tampak seusia ibunya juga muncul di dalam mimpinya. Wajah wanita itu tidak begitu jelas, tetapi Ken tahu dia adalah ibu dari Naya. Dua orang itu tampil sebagai eksekutor yang menyakiti ibu Ken dengan cara terburuk. Ada kalanya, Ken sadar dengan kenyataan bahwa ia sedang bermimpi saat hal itu sedang berlangsung, tetapi dia terjebak disana dan tidak dapat terbangun. Terkadang pula, Ken tak bisa membedakan mimpinya dengan kenyataan.

KANAYAWhere stories live. Discover now